"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Selasa, 15 Mei 2012

SABAR (21)

Anas r.a. berkata: Terjadi putra Abu Thalhah sakit, maka ketika Abu Thalhah telah keluar (bepergian) mendadak matilah putranya. Kemudian Abu Thalhah kembali bertanya pada isterinya: Bagaimanakah keadaan putraku? Jawab Umu Sulaim (ibu anak itu) : Ia lebih tenang keadaannya dari semula. Kemudian dihidangkan makan, lalu Abu Thalhah makan, dan berkumpul dengan Umu Sulaim. Kemudian tatkala Abu Thalhah sudah merasa puas, berkata Umu Sulaim: Lurupilah anak itu (kuburkanlah anak itu). Kemudian pada pagi harinya Abu Thalhah pergi memberitahukan tentang halnya semalam pada Rasulullah. Nabipun bertanya: Pengantinankah kau semalam? Jawabnya : Ya. Maka sabda Nabi s.a.w. ALLAHUMMA BAARIK LAHUMAA. (Ya Allah berilah berkat pada kedua suami isteri itu). Mendadak dari persetubuhan yang semalam itu lahirlah seorang putra. Maka segera Abu Thalhah memerintahkan kepada Anas untuk membawa anak itu kepada Rasulullah s.a.w. dengan membawakan beberapa biji kurma, lalu diterima oleh Rasulullah s.a.w. dan dikunyah kurma itu kemudian dimasukkan ke dalam mulut anak itu dan diberi nama ,,Abdullah”. (HR. Buchary dan Muslim).

Dan dalam riwayat Imam Buchori, berkata putra ‘Ujainah lalu berkata salah seorang dari golongan Anshor kemudian saya melihat 9 orang anak, kesemuanya telah hafadh Al Qur’an, ya’ni dari para putra Abdullah yang lahir.
Dan dalam riwayat Muslim: Ketika mati putra Abu Thalhah dan Umu Sulaim, berkata Umu Sulaim kepada keluarganya : Jangan diceriterakan hal ini kepada Abu Thalhah, biarlah saya sendiri yang memberi tahu kepadanya. Maka ketika datang, segera ia menghidangkan makanan “asja”, kemudian diajaknya bergurau, hingga terjadilah persetubuhan. Kemudian setelah Abu Thalhah merasa puas barulah ia berkata: Hai Abu Thalhah bagaimana pendapatmu kalau seseorang meminjamkan sesuatu kepada satu keluarga, tiba-tiba diminta kembali pinjamannya itu, apakah boleh keluarga yang dipinjami menolak? Jawab Abu Thalhah: Tidak boleh. Berkata Umu Sulaim: Relakan putramu kepada Allah, Maka marahlah Abu Thalhah sambil berkata: Mengapakah kau sembunyikan berita itu hingga saya berlumuran begini baru kau beri tahu? Maka segera Abu Thalhah memberitahukan kepada Rasulullah s.a.w. segala kejadian malam itu. Rasulullah s.a.w. berdo’a: BAARAKALAAHU FII LAILATI KUMAA (Semoga Allah memberkahi kamu berdua dalam harimu itu).
Kernudian mengandunglah Umu Sulaim dari persetubuhan malam itu. Kemudian terjadi Abu Thalhah pergi bersama Rasulullah dengan Umu Sulaim, dan ketika akan kembali masuk kota Madinah mendadak Umu Sulaim merasa perut akan bersalin, hingga harus tertinggal. Abu Thalhah berdo’a : Ya Tuhan, Engkau mengetahui bahwa saya senang jika keluar kota atau masuk ke kota bersama Rasulullah s.a.w. dan kini saya tertahan sebagaimana yang Kau ketahui. Tiba-tiba Umu Sulaim berkata: Hai Abu Thalhah rasa sakit perutku kini telah hilang, maka mari kita berjalan terus, dan mulai terasa kembali perutnya ketika telah masuk kota Madinah. Maka disanalah Um Sulaim melahirkan seorang anak laki-laki, lalu ibuku (Umu Sulaim) berkata: Tidak boleh diteteki (disusui) oleh siapapun sebelum kau bawa kepada Rasulullah s.a.w. maka pagi-pagi benar saya bawa bayi itu kepada Rasulullah s.a.w. yang kemudian oleh Rasulullah s.a.w. ditahnikkan (menyuapkan makanan yang telah dikunyah pada bayi itu dan dinamai “Abdullah”).
------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 68-71.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar