"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Jumat, 14 Juli 2017

Bentuk Kesyirikan Kepada Orang Shalih

Berikut di antara bentuk-bentuk kesyirikan yang terjadi pada orang shalih :
1.  Mengikuti mereka dalam menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal
Allah s.w.t. berfirman yang artinya : “Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) al-Masih putra Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan”. (QS. At-Taubah (9) : 31).
Dari ‘Adi bin Hatim r.a. bahwasannya beliau mendengar Nabi s.a.w. membaca ayat di atas (QS. at-Taubah (9) : 31)  lalu ia berkata : “Sesungguhnya kami tidak menyembah mereka”. Maka Rasulullah s.a.w. bersabda : “Bukankah mereka (para rahib dan pendeta) mengharamkan apa yang Allah s.w.t. halalkan maka kalian pun mengharamkan. Dan mereka menghalalkan apa yang Allah s.w.t. haramkan maka kalian pun menghalalkannya?” Maka saya jawab : “Iya”. Maka beliau bersabda : “Maka itulah ibadah kepada mereka”. (HR. Tirmidzi : 3094 dan Ahmad 4/257, 378 dan dishahihkan al-Albani dalam ash-Shahih No. 3293).
Syaikh Muhammad at-Tamimi membawakan bab dalam kitabnya Kitabut Tauhid : “Bab 37 : Barangsiapa yang menaati ulama dan umara (pemimpin) dalam mengharamkan apa yang Allah s.w.t. halalkan dan menghalalkan apa yang Allah s.w.t. haramkan maka sungguh ia telah menjadikan mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah s.w.t.”
Karena itu, barangsiapa yang mengikuti para ulama dan umara dalam menyelisihi syari’at Allah s.w.t. maka seakan-akan ia telah menyembah mereka. Dan ia terjatuh dalam kesyirikan.

2.  Berdo’a kepada Allah s.w.t. tetapi menjadikan orang shalih sebagai wasilah
Seorang muslim yang sudah bersyahadat dan memiliki keyakinan bahwa tidak ada yang memberi bahaya atau mendatangkan manfaat kecuali Allah s.w.t. maka wajib baginya mengikhlaskan setiap do’anya kepada Allah s.w.t. tanpa menjadikan perantara seorang pun. Karena sesungguhnya menjadikan orang shalih sebagai wasilah atau sarana dalam do’anya merupakan bentuk kesyirikan kepada Allah s.w.t. Sebagaimana firman Allah s.w.t. yang artinya : “Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata : “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada Kami di sisi Allah.” Katakanlah : “Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?” Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu)”. (QS. Yunus (10) : 18).
Syaikh Shalih bin Fauzan menjelaskan : “(Dalam ayat ini) Allah s.w.t. telah menyucikan diri-Nya dari perbuatan mereka (orang musyrik) dan menamakan perbuatan mereka sebagai bentuk kesyirikan kepada-Nya Padahal mereka mengatakan mereka (yang kami mintai) adalah pemberi syafa’at di sisi Allah s.w.t. dan meyakini bahwa yang mereka mintai itu tidak bisa memberi manfaat dan mudarat tapi tujuan mereka hanya menjadikan yang dimintai sebatas ketergantungan pada kedudukan mereka di sisi Allah s.w.t. (Lihat Kasyfusy Syubuhat karya Syaikh Muhammad at-Tamimi dan syarahnya oleh Syaikh Sahih bin Fauzan 75 – 76).

3.  Meminta syafa’at kepada mereka
Allah s.w.t. berfirman yang artinya : “Katakanlah : Hanya kepunyaan Allah syafa’at itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikannya”. (QS az-Zumar (39) : 44).
Dan ini adalah bantahan yang telak kepada orang-orang musyrik yang mereka menjadikan perantara-perantara dari para malaikat, para nabi, patung-patung yang berwujud orang shalih selain Allah s.w.t. Dan mereka menyangka bahwasannya yang dimintai itu memiliki syafa’at dan memiliki kemampuan untuk memberikan syafa’at di sisi Allah s.w.t. walau tanpa izin-Nya. (Lihat al-Mulakhash fi Syarhi Kitabit Tauhid : 143).

4.  Meminta-minta kepada orang shalih yang sudah mati
Meminta-minta kepada orang shalih yang sudah wafat – apakah permintaan itu yang bersifat duniawi atau ukhrawi – adalah bentuk kesyirikan yang sangat jelas, karena merupakan permohonan kepada makhluk yang tidak punya kekuatan sama kekali untuk memenuhi permintaan tersebut (QS. Faathir (35) : 13-14). Dan kita telah memahami bersama bahwasannya do’a bagian dari bentuk ibadah dan ibadah tidak boleh untuk dipalingkan selain Allah s.w.t.
Sebab Adanya Kesyirikan Ini
Sebab dan muara adanya kesyirikan-kesyirikan di atas adalah sikap ghuluw (berlebih-lebihan) kepada orang-orang shalih. Oleh karena itu, Allah s.w.t. berfirman yang artinya : “Wahai ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agama-mu”. (QS. An-Nisa’ (4) : 171).
Ayat yang mulia ini, walaupun ditujukan kepada ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani), ini juga mencakup semua ummat sebagai bentuk peringatan agar tidak berbuat seperti perilaku orang Nasrani dan Yahudi terhadap al-Masih dan Uzair. (Lihat al-Mulakhash fi Syarhi Kitabit Tauhid : 159 dan Fathul Majid : 247).
-------------------------------------------
Abu Lutfia; Buletin Dakwah Islam Al-Furqon, Tahun ke-8, Volume 4 Nomor 1, halaman 2 – 4.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar