"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Kamis, 17 Agustus 2017

Larangan Bersekutu Dengan Orang Kafir

Di dalam al-Qur'an Surat Aali 'Imraan (3) : 28 ; الله سبحانه وتعالى menjelaskan bahwa :

لَّا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكٰفِرِينَ أَوْلِيَآءَ مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ ۖ وَمَن يَفْعَلْ ذٰلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّـهِ فِى شَىْءٍ إِلَّآ أَن تَتَّقُوا۟ مِنْهُمْ تُقَىٰةً ۗ وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّـهُ نَفْسَهُۥ ۗ وَإِلَى اللَّـهِ الْمَصِيرُ

Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang kafir jadi pemimpin selain dari orang mukmin. Barangsiapa berbuat demikian, maka tidak ada perhubungannya dengan Allah sedikitpun, kecuali memelihara dirimu dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya, dan hanya kepada Allah tempat kembali.

Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat yang dikemukakan oleh Ibnu Jarir dari Sa'id atau 'Ikrimah رَضِيَ اللََّهُ عَنْه yang bersumber dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما bahwa al-Hajjaj bin 'Amr yang mewiliki Ka'b bin al-Asyraf dan Ibnu Abil Haqiq serta Qais bin Zaid (tokoh-tokoh yahudi) telah memikat segolongan kaum Anshar untuk memalingkan mereka dari agamanya. Rifa'ah bin al-Mundzir, Abdullah bin Jubair serta Sa'd bin Hatsamah memperingatkan orang-orang Anshar tersebut dengan berkata : "Hati-hatilah kalian dari pikatan mereka, dan janganlah terpalingkan dari Agama kalian. Mereka menolak peringatan itu. Maka Allah menurunkan ayat tersebut diatas (QS. Aali 'Imraan (3) : 28) sebagai peringatan untuk tidak menjadikan orang-orang kafir sebagai pelindung mukminin.

Tafsir Ayat
Allah سبحانه وتعالى melarang hamba-hamba-Nya yang mukmin berpihak kepada orang-orang kafir dan menjadikan mereka teman yang setia dengan menyampaikan kepada mereka berita-berita rahasia karena kasih sayang kepada mereka dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Kemudian Allah سبحانه وتعالى mengancam perbuatan tersebut melalui firman-Nya:
وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ

Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah.

Dengan kata lain, barang siapa yang melakukan hal tersebut yang dilarang oleh Allah سبحانه وتعالى, maka sesungguhnya ia telah melepaskan ikatan dirinya dengan Allah. Seperti yang disebutkan di dalam firman lainnya, yaitu : QS. Al-Mumtahanah : 1, QS. An-Nisa : 144, QS. Al - Maidah : 51 dan QS. Al-Anfal : 73.

إِلَّا أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقاةً

.., kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka.

Dengan kata lain, kecuali bagi orang mukmin penduduk salah satu negeri atau berada di dalam waktu tertentu yang merasa khawatir akan kejahatan mereka (orang-orang kafir). Maka diperbolehkan baginya bersiasat untuk melindungi dirinya hanya dengan lahiriahnya saja, tidak dengan batin dan niat. Seperti apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Darda yang mengatakan :

"إنَّا لَنَكْشرُ فِي وُجُوهِ أقْوَامٍ وَقُلُوبُنَا تَلْعَنُهُمْ".

Sesungguhnya kami benar-benar tersenyum di hadapan banyak kaum (di masa lalu), sedangkan hati kami (para sahabat) melaknat mereka (orang-orang musyrik).

As-Sauri رحمه الله mengatakan bahwa sahabat Ibnu Abbas رضي الله عنهما pernah mengatakan taqiyyah (sikap diplomasi) bukan dengan amal perbuatan, melainkan hanya dengan lisan saja. Hal yang sama diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما, yaitu bahwa sesungguhnya taqiyyah itu hanya dilakukan dengan lisan. Hal yang sama dikatakan oleh Abul Aliyah, Abusy Sya'sa, Ad-Dahhak, dan Ar-Rabi' ibnu Anas. Pendapat mereka dikuatkan oleh firman Allah Swt. yang mengatakan :

مَنْ كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ إِيمانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمانِ

Barang siapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah); kecuali orang yang dipaksa kafir, padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa). (QS. An-Nahl : 106), hingga akhir ayat.

Imam Bukhari mengatakan, Al-Hasan pernah berkata bahwa taqiyyah (terus berlangsung) sampai hari kiamat.

Kemudian الله سبحانه وتعالى berfirman:

وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ

Dan Allah memperingatkan kalian terhadap diri (siksa)-Nya.

Yakni Allah memperingatkan kalian terhadap pembalasan-Nya bila Dia ditentang dalam perintah-Nya, dan siksa serta azab Allah akan menimpa orang yang memihak kepada musuh-Nya dan memusuhi kekasih-kekasih-Nya.

وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ

Dan hanya kepada Allah kembali (kalian).

Maksudnya, hanya kepada-Nyalah kalian dikembalikan, karena Dia akan membalas tiap-tiap diri sesuai dengan amal perbuatan yang telah dilakukannya.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Suwaid ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Sa'id, telah menceritakan kepada kami Muslim ibnu Khalid, dari Ibnu Abu Husain, dari Abdur Rahman ibnu Sabit, dari Maimun ibnu Mihran yang menceritakan, "Sahabat Mu'az pernah berdiri di antara kami, lalu ia mengatakan, 'Hai Bani Aud, sesungguhnya aku adalah utusan Rasulullah kepada kalian. Kalian mengetahui bahwa tempat kembali hanyalah kepada Allah, yaitu ke surga atau ke neraka'."
---------------
Bibliography :
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 94.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 96.
Tafsir Ibnu Katsir Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar