"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Kamis, 10 November 2016

Kebaikan Dunia Akhirat

Di dalam al-Qur'an surat al-Baqarah (2) : 200 - 202, Allah ta'ala memberi petunjuk kepada orang beriman bagaimana seharusnya berdo'a dalam firman-Nya :

فَإِذَا قَضَيْتُم مَّنٰسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا۟ اللَّـهَ كَذِكْرِكُمْ ءَابَآءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا ۗ فَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى الدُّنْيَا وَمَا لَهُۥ فِى الْءَاخِرَةِ مِنْ خَلٰقٍ
Maka apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berzikirlah kepada Allah sebagaimana kamu dahulu pernah menyebut-nyebut (membanggakan) bapak kamu atau berzikir lebih banyak. Maka diantara manusia ada yang berkata, "Ya Tuhan kami berilah kami (kebaikan) di dunia ini," dan tiadalah baginya bagian di akhirat. (200).

وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْءَاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Dan diatara mereka ada orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan (pula) di akhirat, dan peliharalah kami dari azab neraka". (201).

أُو۟لٰٓئِكَ لَهُمْ نَصِيبٌ مِّمَّا كَسَبُوا۟ ۚ وَاللَّـهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ
Mereka itu akan memperoleh bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya. (202).

Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat yang bersumber dari Ibnu Abbas r.a. dikemukakan, bahwa orang-orang Jahiliyyah wuquf di musim pasar. Sebahagian dari mereka selalu membangga-banggakan nenek moyangnya yang telah membagi-bagi makanan, meringankan beban, serta membayarkan diat (denda orang lain). Dengan kata lain, saat wuquf itu, mereka menyebut-nyebut apa yang pernah dilakukan oleh nenek moyangnya. Maka turunlah ayat tersebut diatas (QS. 2 : 200) sampai asyadda dzikira, sebagai petunjuk apa yang harus dilakukan di saat wukuf. (HR. Ibnu Abi Hatim).
Menurut riwayat lain yang bersumber dari Mujahid dikemukakan bahwa orang-orang di masa itu apabila telah melakukan manasik, berdiri di sisi jumrah menyebut-nyebut jasa nenek moyang di zaman jahiliyyah. Maka turunlah ayat tersebut diatas (QS. 2 : 200) sebagai petunjuk apa yang harus dilakukan di sisi jumrah. (HR. Ibnu Jarir).
Menurut riwayat lain yang bersumber dari Ibnu Abbas, dikemukakan bahwa salah satu suku bangsa Arab sesampainya ke tempat wuquf berdo'a : "Ya Allah, semoga Allah menjadikan tahun ini tahun yang banyak hujannya, tahun makmur yang membawa kemajuan dan kebaikan. Mereka tidak menyebut-nyebut urusan akhirat sama sekali. Maka Allah ta'ala menurunkan ayat tersebut diatas sampai akhir ayat, (QS. 2 : 200) , sebagai petunjuk bagaimana seharusnya berdo'a. Setelah itu kaum Muslimin berdo'a sesuai dengan petunjuk dalam al-Qur'an (QS. 2 : 201), yang kemudian ditegaskan oleh Allah ta'ala dengan firman-Nya ayat berikutnya (QS. 2 : 202). (HR. Ibnu Abi Hatim).

Tafsir Ayat
QS. 2 : 200. "Maka apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, ...". Keseluruhan rangkaian ibadah haji dinamai manasik. "..., maka berzikirlah kepada Allah sebagaimana kamu dahulu pernah menyebut-nyebut (membanggakan) bapak kamu atau berzikir lebih banyak. ...". Sebagaimana dituturkan Ibnu Abbas r.a. dalam asbabun nuzul ayat tersebut diatas, orang-orang dizaman jahiliyyah bila selesai wukuf, banyak dari mereka beromong-omong, bercengkrama sambil membangga-banggakan ayah dan nenek moyang mereka yang dermawan, menghormati tamu dan disegani. Apabila orang telah Islam, kebanggaan bukanlah pencapaian nenek moyang, tetapi iman dan amal shalih. ".... Maka diantara manusia ada yang berkata, "Ya Tuhan kami berilah kami (kebaikan) di dunia ini," dan tiadalah baginya bagian di akhirat". Sebagaimana dituturkan Ibnu Abbas r.a. bahwa beberapa orang Arab Badui seketika selesai mengerjakan wukuf mereka berdo'a, "Ya Allah, turunkan kiranya hujan tahun ini, jadilah tahun ini tahun subur, jadikanlah tahun ini beroleh anak yang bagus". Hampir tidak ada seorang pun yang berdo'a untuk keselamatan di hari akhirat. Disinilah kita mendapat pengetahuan bahwa orang jahiliyyah naik haji, tetapi hanya semata-mata menjadi adat kebiasaan sejak dulu. Hati mereka lebih terpaut kepada dunia.
QS. 2 : 201. "Dan diatara mereka ada orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan (pula) di akhirat, dan peliharalah kami dari azab neraka". Sebahagian dari mereka yang sama-sama menyelesaikan manasik haji ada pula yang berdo'a memohon kebaikan dunia dan akhirat. Dan kebaikan hari akhirat itu hendaklah dibangunkan dari sekarang. Kebaikan dunia berupa harta kekayaan, kedudukan yang tinggi, badan sehat hendaklah jadikan untuk amal bekal di hari akhirat. Do'a kedua inilah yang baik.
QS. 2 : 202. "Mereka itu akan memperoleh bahagian dari apa yang mereka usahakan, ...". Golongan pertama berusaha mencari kebajikan dunia saja. Golongan kedua berusaha mencari kebaikan dunia untuk beroleh kebaikan akhirat. Tiap langkah yang mereka langkahkan di dunia adalah untuk akhirat. Oleh sebab itu Allah telah memberikan janji-Nya dengan tegas, bahwa segala usaha kepada yang baik tidak akan disia-siakan Tuhan. Yang mengejar kebaikan dunia saja akan dapat juga. Dan yang mengusahakan dunia untuk akhirat akan dapat kedua kebaikan itu. Dia akan hidup di dunia dengan bahagia dan dia akan hidup di akhirat dalam kenikmatan yang disediakan Allah buat orang-orang shalih. "..., dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya". Tegasnya kemana pun haluan hidup manusia itu, baik semata-mata hanya menuju dunia atau menuju dunia dan akhirat, orang yang bertujuan hidup baik akan segera jelas kebaikannya dan orang yang pura-pura akan segera pula kelihatan kepura-puraannya.
---------------
Bibliography :
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 66 - 67.
Tafsir Al-Azhar Juzu' 2, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit PT. Pustaka Panjimas Jakarta, cetakan September 1987, halaman 142 - 144.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 56 - 57.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar