Di surat Ali 'Imraan (3) ayat 8;
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
"Rabbanaa laa tuzigh quluubanaa ba'da idz hataitanaa wahab lanaa milladunka rahma innaka antal wahhaab".
Artinya :
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (Karunia).
Keterangan :
Menilik ayat sebelumnya yakni ayat 7 surat Ali 'Imraan, bahwa do'a tersebut dibaca oleh orang-orang yang mendalam ilmunya. Maka bagi mereka yang belum mendalam ilmunya sudah barang tentu lebih utama membacanya atau menjadikannya do'a.
Menurut riwayat al-Baghawy, Nabi ﷺ bersabda : "Segala jiwa manusia terletak antara dua tangan Tuhan. Tuhan membelokkan dan Tuhan meluruskannya, karena itu Nabi s.a.w. apabila berdo'a selalu mengucapkan "Allahumma ya muqallibal qulubi tsabbit qulubana 'ala dienika" (al-Baghawy : 1 / 271).
Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar Juzu' 3, halaman 111 - 112 menuturkan bahwa : Dengan do'a seperti inilah kita menghadapi segala persoalan hidup. Selama petunjuk Tuhan masih membimbing kita, akan selamatlah kita. Jangan berani berjalan dengan kemauan sendiri, hendak memperturutkan hawa nafsu, niscaya kita akan sesat. Tidaklah hidup didunia yang paling sengsara adalah sesat setelah petunjuk. Orang lain melaju menuju ridho Allah, sedangkan diri sendiri terbenam dalam lumpur kesesatan. Itulah sebabnya selalu kita hendaknya memohonkan rahmat yang datang langsung dari Tuhan, rahmat ke dalam hati dan sikap hidup, yang terpancar dengan penuh husnul-khotimah.
Menurut riwayat al-Baghawy, Nabi ﷺ bersabda : "Segala jiwa manusia terletak antara dua tangan Tuhan. Tuhan membelokkan dan Tuhan meluruskannya, karena itu Nabi s.a.w. apabila berdo'a selalu mengucapkan "Allahumma ya muqallibal qulubi tsabbit qulubana 'ala dienika" (al-Baghawy : 1 / 271).
Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar Juzu' 3, halaman 111 - 112 menuturkan bahwa : Dengan do'a seperti inilah kita menghadapi segala persoalan hidup. Selama petunjuk Tuhan masih membimbing kita, akan selamatlah kita. Jangan berani berjalan dengan kemauan sendiri, hendak memperturutkan hawa nafsu, niscaya kita akan sesat. Tidaklah hidup didunia yang paling sengsara adalah sesat setelah petunjuk. Orang lain melaju menuju ridho Allah, sedangkan diri sendiri terbenam dalam lumpur kesesatan. Itulah sebabnya selalu kita hendaknya memohonkan rahmat yang datang langsung dari Tuhan, rahmat ke dalam hati dan sikap hidup, yang terpancar dengan penuh husnul-khotimah.
-------------------------------------
Bibliography :
Al Qur'aan dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an, Depag, Pelita II/ 1978/ 1979, halaman 76.
Pedoman Dzikir dan Do'a, Prof. DR. T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Penerbit Bulan Bintang Jakarta, Cetakan Kesepuluh 1987, halaman 356.
Tafsir Al-Azhar Juzu' 3, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit Panjimas, cetakan April 2001, halaman 111 - 112.
Pedoman Dzikir dan Do'a, Prof. DR. T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Penerbit Bulan Bintang Jakarta, Cetakan Kesepuluh 1987, halaman 356.
Tafsir Al-Azhar Juzu' 3, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit Panjimas, cetakan April 2001, halaman 111 - 112.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar