Di dalam al-Qur'an surat al-Baqarah
(2) : 125, Allah ta'ala mengingatkan kepada segenap manusia dalam firman-Nya :
وَإِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ
مَثَابَةً لِّلنَّاسِ وَأَمْنًا وَاتَّخِذُوا۟ مِن مَّقَامِ إِبْرٰهِۦمَ
مُصَلًّى ۖ وَعَهِدْنَآ إِلَىٰٓ إِبْرٰهِۦمَ وَإِسْمٰعِيلَ أَن طَهِّرَا
بَيْتِىَ لِلطَّآئِفِينَ وَالْعٰكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ
Dan (ingatlah) ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman, dan jadikanlah sebagai maqam Ibrahim tempat sholat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud". (125).
Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat yang bersumber dari Jabir diterangkan, ketika Rasulullah ﷺ thawaf, berkatalah Umar kepada beliau : "Ini adalah maqom (tempat sholat) bapak kita Ibrahim". Nabi bersabda : "Benar!" Umar berkata lagi : "Apakah tidak sebaiknya kita jadikan tempat sholat?" Maka Allah ta'ala menurunkan ayat tersebut diatas (QS. 2 : 125). (HR. Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Marduwaih).
Dalam riwayat lain yang bersumber dari Umar bin Khattab dikemukakan bahwa beliau lewat di maqom Ibrahim bersama Rasulullah ﷺ dan ia bertanya : "Wahai Rasulullah, apakah kita tidak berdiri sholat di tempat sholatnya kekasih Tuhan?" Rasulullah menjawab : "Benar!" Kemudian Umar berkata : "Apakah kita tidak jadikan tempat sholat?" Tiada lama kemudian turunlah ayat tersebut diatas (QS. 2 : 125). (HR. Ibnu Marduwaih).
Dalam riwayat lain yang bersumber dari Umar bin Khattab dikemukakan bahwa beliau lewat di maqom Ibrahim bersama Rasulullah ﷺ dan ia bertanya : "Wahai Rasulullah, apakah kita tidak berdiri sholat di tempat sholatnya kekasih Tuhan?" Rasulullah menjawab : "Benar!" Kemudian Umar berkata : "Apakah kita tidak jadikan tempat sholat?" Tiada lama kemudian turunlah ayat tersebut diatas (QS. 2 : 125). (HR. Ibnu Marduwaih).
Tafsir Ayat
QS. 2 : 125. "Dan (ingatlah) ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat
berkumpul bagi manusia ...". Allah ta'ala telah menyuruh Ibrahim menjadikan rumah itu, yaitu Ka'bah atau al-Masjidil Haram menjadi tempat berhimpun manusia yaitu tempat ibadat seluruh ummat manusia yang telah mempercayai ke-Esa-an Tuhan, supaya mereka dapat berkumpul ke sana mengerjakan haji setiap tahun. "... dan tempat yang aman, ...". Maka tempat itupun dijadikan tempat yang aman sentosa, terjamin keamanan. Bukan saja manusia, bahkan binatang-binatang buruan. Peraturan turun-temurun oleh bangsa Arab, terutama yang berdiam didaerah itu. Walaupun dalam masa-masa mereka telah bertolak kepada menyembah berhala : "..., dan jadikanlah sebagai
maqam Ibrahim tempat sholat. ...". Tentang maqom Ibrahim telah dituturkan seperti dalam asbabun nuzulnya. "... . Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim
dan Ismail, "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang
i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud". Allah menyebut rumah itu (Ka'bah) sebagai rumah-KU, sehingga ia disebut Baitullah. Maka ditanah yang telah diamankan ini, disana rumah Tuhan telah berdiri, hendaklah dia bersih dari berhala, dibersihkan dari syirik dan perbuatan tidak patut, sehingga tetaplah dia untuk orang yang thawaf, orang yang i'tikaf dan untuk mereka yang ruku' dan sujud mengerjakan sholat.
---------------
Bibliography :
Tafsir Al-Azhar Juzu' 1, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), diterbitkan oleh Yayasan Nurul Islam, cetakan ke-empat 1981, halaman 396 - 400.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 44 - 45.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 34 - 35.
Bibliography :
Tafsir Al-Azhar Juzu' 1, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), diterbitkan oleh Yayasan Nurul Islam, cetakan ke-empat 1981, halaman 396 - 400.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 44 - 45.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 34 - 35.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar