"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Sabtu, 28 April 2012

SIHIR DAN GUNA-GUNA (2)

KIAT MENJAGA DIRI DARI SIHIR
Al-Qur’an telah menjelaskan kepada kita bagaimana seorang muslim membentengi diri dari kejahatan setan yang terkutuk beserta bala tentara dan budak-budaknya dari kalangan tukang sihir. Di antara cara untuk menjaga dari sihir atau guna-guna sebelum terjadinya adalah :
  1. Berlindung kepada Allah dari kejelekan setan, dan bacaan yang paling afdhal (utama) adalah al-Mu ‘awwidzatain (Surat al-Falaq dan an-Nas). Adalah Nabi s.a.w. selalu berlindung kepada Allah S.W.T. dari jin dan ‘ain manusia (pengaruh buruk mata manusia), setelah turun Surat al-Falaq dan an-Nas maka beliau meninggalkan yang lainnya.
  2. Banyak beramal shalih, utamanya adalah tauhid kepada Allah karena ia (tauhid) lah kebaikan yang paling dicintai Allah S.W.T, sedangkan hal yang paling dicintai Allah S.W.T. adalah hal yang paling dibenci oleh setan dan jin-jin jahat.
  3. Memperbanyak membaca al-Quran dan dzikir-dzikir serta do’a-do’a yang shahih. Di antaranya adalah : Membaca Surat al-Ikhlash dan al-Mu’awwidzatain (al-Falaq dan an-Nas) tiga kali, di pagi dan sore hari. Sesungguhnya ia mencukupi dari segala sesuatu; Membaca Surat al-Baqarah. Sesungguhnya setan akan lari dari rumah yang dibacakan Surat al-Baqarah; Membaca ayat kursi. Barangsiapa membacanya ketika hendak tidur, Allah akan menjaganya dan setan tidak akan mendekatinya sampai subuh; Membaca dua ayat terakhir dari Surat al-Baqarah. Apabila dibaca pada malam hari ia akan mencukupinya dari setan; Dan dzikir-dzikir lainnya, utamanya adalah menetapi dzikir pagi sore. Dan kitab yang paling bagus dalam hal ini adalah Hisnul Muslim karya Sa’id bin Wahf al-Qahthani yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
  4. Makan tujuh butir kurma ajwah setiap bari pada waktu pagi. Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang di waktu pagi makan tujuh butir kurma ajwah maka tidak akan membahayakannya di hari itu racun ataupun sihir.”

CARA MENGHILANGKAN SIHIR DAN GUNA-GUNA
Kalau di atas tadi adalah tindakan preventif bagi seorang muslim maka pada poin ini bagaimana jika sudah terjadi?
Banyak sekali kasus-kasus orang yang terindikasi kejahatan sihir namun ia tidak tahu apa yang harus diperbuat? Bahkan yang lebih memprihatinkan lagi, ia berusaha untuk menghilangkannya melalui tukang sihir juga. Sihir dilawan dengan sihir! Setan dilawan dengan setan! Alangkah girangnya setan jika demikian. Ia telah berhasil membuat percaya kepada orang bahwa dengan bantuan setan dan jin-lah urusan bisa selesai.
Inilah jalan yang sesungguhnya, obat syar’i yang manjur :
Pertama: Berusaha untuk menemukan sumber dari sihir tersebut (buhul) kemudian menghancurkannya. Inilah cara yang paling efektif, sebagaimana yang terjadi pada Rasulullah s.a.w.
Kedua: Dengan cara ruqyah syar ‘iyyah.

RUQYAH SYAR’IYYAH
Yaitu dengan cara membaca ayat-ayat dzikir yang shahih terutama al-Qur’an yang difirmankan Allah : "Dan Kami turunkan dan al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman" (QS. al-Israa’ : 82)
Di antara ayat-ayat tersebut adalah: Surat al-Faatihah, Ayat Kursi, al-Mu’awwidzatain, dan ayat ayat yang lafazhnya mengandung kehancuran sihir (seperti dalam Surat al-A’raaf : 118 – 119, Surat Yünus : 81, Surat Thâhâ : 69, dan lain-lain).

NASIHAT TERAKHIR
Simaklah baik-baik dan renungkanlah himbauan berikut, karena seolah-olah ia adalah resep keberhasilan dari ruqyah Anda!
  1. Sesungguhnya ayat-ayat, dzikir-dzikir, dan do’a-do’a di atas betul-betul memiliki pengaruh yang hebat. Akan tetapi, pengaruhnya akan berbeda-beda bukan karena obatnya (ruqyah), melainkan mungkin karena telah dicampuri dengan wirid-wirid syirik dan dzikir-dzikir bid’ah yang dibenci Allah S.W.T., atau terkadang karena lemahnya hati si pasien dan ketidakmantapannya terhadap dzikir-dzikir yang syar’i tersebut atau hati yang diwarnai dengan gelapnya maksiat dan terombang-ambingnya dengan kelalaian dan syahwat, maka ia bagaikan busur panah yang kendur tidak akan lepas anak panahnya kecuali sangat lemah.
  2. Sesungguhnya ruqyah syar’iyyah tidak mesti ditangani orang-orang tertentu, seseorang bisa meruqyah dirinya sendiri atau meruqyah orang lain. Keshalihan dan ketaqwaan seseorang akan sangat berpengarah terhadap kualitas ruqyahnya.
  3. Orang yang meruqyah hendaknya selalu meniatkan ruqyahnya hanya demi mengharapkan wajah Allah S.W.T. dan untuk menolong saudaranya, bukan sebagai profesi atau sumber penghasilan. Kemudian ruqyahnya ditempuh dengan jalur yang syar’i, di antaranya apabila yang diruqyah adalah wanita, agar tidak berkhalwat (berdua-duaan) tanpa didampingi mahramnya dan menyuruhnya untuk berhijab.

Sesungguhnya ruqyah apabila dilandasi dengan hal tersebut akan bermanfaat dengan izin Allah S.W.T . Wallahu a’lam.
--------------------------------
Buletin AL FURQON Volume 12 No. 1 Tahun ke-6, halaman 2 - 4, tulisan Abu Zaid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar