"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Rabu, 31 Agustus 2011

SKETSA

Merupakan suatu hal yang dapat dikatakan utama bagi seorang arsitek adalah kemampuan untuk membuat sketsa. Sketsa adalah bahasa pengungkapan pemikiran, idea-idea dan imajinasi dan suatu proyek/karya arsitektur; sebelum hal tersebut dikembangkan lebih lanjut. Presentasi sketsa adalah sangat bebas, karena hal ini sangat tergantung kepada pribadi si-arsiteknya. Setiap arsitek mempunyai gaya dan karakter garisnya sendiri dalam membuat sketsa; sehingga sifat sketsa adalah sangat pribadi dan otentik.
Antara idea/gagasan atau imajinasi, sketsa dan arsitek adalah tiga hal yang tak dapat dipisahkan secara tegas dan jelas. Ketiga hal tersebut dapat diperumpamakan sebagai halnya antara kepandaian berenang, air dan ikan. Mereka terjalin erat satu sarna lain. Idea/gagasan awal yang berupa sketsa ini, sangat menentukan bagaimana karakter rencana bangunan akan terekspresikan.
Pada taraf sketsa, sudah tentu perihal yang kecil-kecil atau detail-detailnya belum terlihat. Oleh sebab itu dalam tahapan rencana selanjutnya, sketsa ini akan mengalami perubahan-perubahan dan / atau penyempurnaan.
Dalam hal kemampuan membuat sketsa (walaupun hal ini mutlak bagi seorang arsitek), ternyata tidak semua arsitek dapat menyajikan atau mempresentasikan sketsa secara jelas dan mudah dimengerti oleh pemberi tugasnya atau orang lain yang melihatnya. Sejauh sketsa tersebut dapat komunikatif bagi awam yang melihatnya maka sketsa tersebut dapat dikatakan mendekati sempurna. Sempurna dalam arti adanya persesuaian antara gagasan/ imajinasi dan pengungkapannya ke dalam sketsa yang dapat dibaca oleh orang lain. Dan sebenarnya itulah fungsi mempresentasikan sketsa dalam profesi arsitek.
Disini diberikan beberapa sketsa dari para arsitek yang kami anggap komunikatif.
Contoh Sketsa 1
Contoh Sketsa 2
-------
Teknik Presentasi Gambar Arsitektur, F.X. Budi Widodo Pangarso, Jasin Nagawijaya dan Mauro Purnomo Raharjo, Bandung 1981, halaman 6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar