Allah berfirman QS. Al-Maidah : 79, yang artinya :
”Mereka tidak mau saling mencegah kemunkaran yang mereka lakukan. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.”
Bangsa Yahudi sudah sangat egoistis dan apriori satu dengan lainnya. Tidak seorang pun di antara mereka mau perduli dengan kemunkaran yang dilakukan oleh temannya biarpun sangat keji dan berbahaya. Mencegah kemunkaran adalah upaya untuk menegakkan nilai-nilai agama dan membentengi masyarakat dari perbuatan yang menghancurkan. Bilamana kemunkaran tidak lagi dicegah dengan gigih, maka timbullah keberanian orang berbuat dosa terang-terangan. Dalam keadaan semacam ini rakyat awam akan beramai-ramai turut serta melakukan perbuatan-perbuatan buruk, sehingga kemunkaran menjadi lumrah. Jika kemunkaran sudah menjadi lumrah, maka selanjutnya agama musnah dan tidak akan ada keberanian pada orang-orang yang baik untuk menyampaikan kebenaran.
Bagaimana proses kemunkaran itu merajalela di tengah bangsa Yahudi, hal ini disebutkan dalam hadits riwayat Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Mas’ud, katanya : “Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya pertama kali rongrongan yang menimpa Bani Israil adalah semula ada seorang yang bertemu dengan sesamanya lalu mengingatkan : “Wahai saudara, takutlah kepada Allah dan tinggalkanlah perbuatan anda ini karena tidak halal anda lakukan.” Kemudian besoknya bertemu lagi dan temannya itu masih berbuat seperti kemarin, lalu ia tidak mau mengingatkannya lagi agar ia tidak (menjadikan hasil kerjanya yang haram) sebagai makannya, minumannya dan kebiasaannya. Tatkala mereka (para pendeta) membiarkan kemunkaran tersebut, maka Allah menutup hati mereka yang satu dengan yang lainnya.” Kemudian Nabi membacakan ayat-ayat ini (78- 81). Kemudian beliau bersabda “Jangan sekali-kali ! Demi Allah teruskanlah amar maruf dan nahi munkar, kemudian cegahlah tangan orang yang berbuat dhalim dan kembalikanlah dia kepada kebenaran dan belalah kebenaran itu dengan pengorbanan. Atau (kalau kamu berdiam diri saja) niscaya Allah menutup hati kamu, yang satu dengan yang lainnya. Kemudian Allah melaknat kamu seperti Allah telah melaknat mereka”.
Perilaku ulama Yahudi yang membiarkan kemunkaran berkembang sedikit demi sedikit, sehingga merajalela di tengah masyarakat mereka dicela dan dikecam oleh Allah. Karena sikap berdiam diri mereka terhadap kemunkaran yang dilakukan oleh warga masyarakat mereka sama dengan setuju dengan perbuatan-perbuatan dosa. Ayat ini memperingatkan kita tentang betapa buruknya perangai ulama Yahudi, sehingga mereka menjadi bangsa yang bobrok dan terkutuk.
----------------------------------------------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 189 - 191
”Mereka tidak mau saling mencegah kemunkaran yang mereka lakukan. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.”
Bangsa Yahudi sudah sangat egoistis dan apriori satu dengan lainnya. Tidak seorang pun di antara mereka mau perduli dengan kemunkaran yang dilakukan oleh temannya biarpun sangat keji dan berbahaya. Mencegah kemunkaran adalah upaya untuk menegakkan nilai-nilai agama dan membentengi masyarakat dari perbuatan yang menghancurkan. Bilamana kemunkaran tidak lagi dicegah dengan gigih, maka timbullah keberanian orang berbuat dosa terang-terangan. Dalam keadaan semacam ini rakyat awam akan beramai-ramai turut serta melakukan perbuatan-perbuatan buruk, sehingga kemunkaran menjadi lumrah. Jika kemunkaran sudah menjadi lumrah, maka selanjutnya agama musnah dan tidak akan ada keberanian pada orang-orang yang baik untuk menyampaikan kebenaran.
Bagaimana proses kemunkaran itu merajalela di tengah bangsa Yahudi, hal ini disebutkan dalam hadits riwayat Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Mas’ud, katanya : “Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya pertama kali rongrongan yang menimpa Bani Israil adalah semula ada seorang yang bertemu dengan sesamanya lalu mengingatkan : “Wahai saudara, takutlah kepada Allah dan tinggalkanlah perbuatan anda ini karena tidak halal anda lakukan.” Kemudian besoknya bertemu lagi dan temannya itu masih berbuat seperti kemarin, lalu ia tidak mau mengingatkannya lagi agar ia tidak (menjadikan hasil kerjanya yang haram) sebagai makannya, minumannya dan kebiasaannya. Tatkala mereka (para pendeta) membiarkan kemunkaran tersebut, maka Allah menutup hati mereka yang satu dengan yang lainnya.” Kemudian Nabi membacakan ayat-ayat ini (78- 81). Kemudian beliau bersabda “Jangan sekali-kali ! Demi Allah teruskanlah amar maruf dan nahi munkar, kemudian cegahlah tangan orang yang berbuat dhalim dan kembalikanlah dia kepada kebenaran dan belalah kebenaran itu dengan pengorbanan. Atau (kalau kamu berdiam diri saja) niscaya Allah menutup hati kamu, yang satu dengan yang lainnya. Kemudian Allah melaknat kamu seperti Allah telah melaknat mereka”.
Perilaku ulama Yahudi yang membiarkan kemunkaran berkembang sedikit demi sedikit, sehingga merajalela di tengah masyarakat mereka dicela dan dikecam oleh Allah. Karena sikap berdiam diri mereka terhadap kemunkaran yang dilakukan oleh warga masyarakat mereka sama dengan setuju dengan perbuatan-perbuatan dosa. Ayat ini memperingatkan kita tentang betapa buruknya perangai ulama Yahudi, sehingga mereka menjadi bangsa yang bobrok dan terkutuk.
----------------------------------------------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 189 - 191
Tidak ada komentar:
Posting Komentar