يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن تَنصُرُوا۟ اللَّـهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS. 47 : 7).
وَالَّذِينَ كَفَرُوا۟ فَتَعْسًا لَّهُمْ وَأَضَلَّ أَعْمٰلَهُمْ
Dan orang-orang yang kafir maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menyesatkan amal-amal mereka. (QS. 47 : 8).
ذٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا۟ مَآ أَنزَلَ اللَّـهُ فَأَحْبَطَ أَعْمٰلَهُمْ
Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al Quraan) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka. (QS. 47 : 9).
أَفَلَمْ يَسِيرُوا۟ فِى
الْأَرْضِ فَيَنظُرُوا۟ كَيْفَ كَانَ عٰقِبَةُ الَّذِينَ
مِن قَبْلِهِمْ ۚ دَمَّرَ اللَّـهُ عَلَيْهِمْ ۖ
وَلِلْكٰفِرِينَ أَمْثٰلُهَا
Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu. (QS. 47 : 10).
ذٰلِكَ بِأَنَّ اللَّـهَ مَوْلَى الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَأَنَّ الْكٰفِرِينَ لَا مَوْلَىٰ لَهُمْ
Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman dan karena sesungguhnya orang-orang kafir itu tiada mempunyai pelindung. (QS. 47 : 11).
إِنَّ اللَّـهَ يُدْخِلُ
الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ الصّٰلِحٰتِ جَنّٰتٍ
تَجْرِى مِن تَحْتِهَا الْأَنْهٰرُ ۖ وَالَّذِينَ
كَفَرُوا۟ يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ
الْأَنْعٰمُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَّهُمْ
Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang yang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka. (QS. 47 : 12).
وَكَأَيِّن مِّن قَرْيَةٍ
هِىَ أَشَدُّ قُوَّةً مِّن قَرْيَتِكَ الَّتِىٓ
أَخْرَجَتْكَ أَهْلَكْنٰهُمْ فَلَا نَاصِرَ لَهُمْ
Dan betapa banyaknya negeri-negeri yang (penduduknya) lebih kuat dari (penduduk) negerimu (Muhammad) yang telah mengusirmu itu. Kami telah membinasakan mereka; maka tidak ada seorang penolongpun bagi mereka. (QS. 47 : 13).
أَفَمَن كَانَ عَلَىٰ
بَيِّنَةٍ مِّن رَّبِّهِۦ كَمَن زُيِّنَ لَهُۥ سُوٓءُ
عَمَلِهِۦ وَاتَّبَعُوٓا۟ أَهْوَآءَهُم
Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Tuhannya sama dengan orang yang (syaitan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya? (QS. 47 : 14).
مَّثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِى
وُعِدَ الْمُتَّقُونَ ۖ فِيهَآ أَنْهٰرٌ مِّن مَّآءٍ
غَيْرِ ءَاسِنٍ وَأَنْهٰرٌ مِّن لَّبَنٍ لَّمْ
يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُۥ وَأَنْهٰرٌ مِّنْ خَمْرٍ لَّذَّةٍ
لِّلشّٰرِبِينَ وَأَنْهٰرٌ مِّنْ عَسَلٍ مُّصَفًّى ۖ
وَلَهُمْ فِيهَا مِن كُلِّ الثَّمَرٰتِ وَمَغْفِرَةٌ
مِّن رَّبِّهِمْ ۖ كَمَنْ هُوَ خٰلِدٌ فِى النَّارِ
وَسُقُوا۟ مَآءً حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَآءَهُمْ
(Apakah) perumpamaan (penghuni) syurga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dan air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka, akan samakah dengan orang yang kekal dalam neraka, dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya? (QS. 47 : 15).Tafsir Ayat
QS. 47 : 7. Ayat ini merupakan sambungan dari ayat sebelumnya. Bahwa dikatakan dalam tiap-tiap peperangan semua pihak ingin keluar dengan kemenangan, tetapi datangnya kemenangan adalah sesudah menempuh ujian utama, yaitu tentang tujuan peperangan itu sendiri, "... dan sesungguhnya orang-orang yang beriman mengikuti yang hak dari Tuhan mereka ...". (TQS. Muhammad (47) : 3).
Ketika sadar siapa kita dan siapa Allah, karena kita hamba yang kecil, tetapi mesti mempunyai semangat besar. Walaupun kecil kita ingin menolong, dengan menegakkan dan menggerakkan agama Allah, menjadikan Allah ingatan selalu. Ber-tajarrud (menbentengi diri dari pengaruh yang lain dan menunjukkan diri kepada yang satu saja), tak mempersekutukan-Nya dengan yang lain, baik lahir maupun batin. Menghadirkan sepenuh cinta kita berpadu kepada-Nya. Maka segala suruhan-Nya adalah benar, lalu kerjakan. Dan larangan-Nya benar, lalu kita tinggalkan sama sekali. Maka jika ada percobaan manusia hendak menukar peraturan Allah dengan peraturan manusia, atau "mempeti-eskan" peraturan Allah, lalu menggantikannya dengan peraturan manusia yang sangat berjauhan dengan kehendak Allah, wajiblah kita membela Allah, menolong Allah. Tidak berpangku tangan, mesti beramal bukan menunggu, berjuang bukan berpeluk tangan, yakin dan tidak ragu-ragu.
Pertolongan dari Allah akan datang kepada orang yang memperjuangkan agama Allah. Karena agama Allah bukanlah semat-semat sholat, puasa dan zakat. Setiap orang Islam yang mempelajari agamanya dengan seksama dan teliti akan tahu bahwa Islam itu bukan ibadah semata, tetapi mengandung juga ajaran ekonomi, politik, sosial dan kenegaraan.
Diujung ayat dijelaskan pula, "... dan meneguhkan kedudukanmu." Niat semula hendak menolong Allah, sebab itu Allah pun menolong pula. Oleh sebab itu kemenangan barulah permulaan, bukan kesudahan. Karena pekerjaan selanjutnya adalah mengisi kemenangan dengan tetap menolong Allah, bukan menolong yang selain-Nya. Tidak larut dengan diri sendiri dalam kegembiraan, memperturutkan hawa nafsu dan keduniawian.
QS. 47 : 8. "Dan orang-orang yang kafir maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menyesatkan amal-amal mereka". Kafir disini ialah orang yang tidak percaya bahwa hidup di dunia ini ada cita-cita, ada ideologi dan yang mereka tuju dalam peperangan/perjuangan hidup hanyalah mendapat keuntungan harta-benda ghanimah.
QS. 47 : 9. "Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al Quraan)...". Ajaran yang tinggi dan mulia, cita-cita yang tinggi dan murni, pengurbanan diri sendiri untuk kepentingan bersama, biar mati asal cita-cita tercapai dan perkataan lain yang muluk-muluk, mereka tidak percaya dari lubuk hati sanubari, mereka anggap itu omong kosong belaka. Sekadar menyenangkan hati teman-teman, kata-kata tersebut diatas boleh juga dihafalkan. Meskipun hanya dari kerongkongan ke atas, tidak datang dari lubuk hati.
"... lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka". Orang-orang seperti inilah yang mudah berkelit, mudah khianat dan memutar-balikkan pendirian.
QS. 47 : 10. "Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka;...". Orang-orang seperti ini tidaklah mempunyai program yang jelas di dalam hidup. Itulah sebab Allah memberi peringatan kepada orang lain untuk menjadikan mereka perbandingan. Jangan sampai terperosok berbuat demikian.
"...; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu". Dalam ayat ini dianjurkan mereka untuk melihat akibat yang diderita oleh orang yang semacam itu, karena akhirnya Allah menjatuhkan hukuman kepada orang yang seperti itu. Dan orang-orang kafir, yang tidak mempunyai kepercayaan dan keyakinan akan samalah nasibnya dengan "Si Pengadu Untung" tersebut; sama dalam kegagalan, sama dalam kecewanya pengharapan.
QS. 47 : 11. "Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman ...". Tanda dan bukti Allah melindungi orang yang beriman ialah cita-cita mereka senantiasa hidup. Kalau mereka beroleh kemenangan dalam perjuangan, mereka bersyukur karena percaya bahwa Allah akan memikulkan tanggung-jawab yang maha besar. Membangun iman dan takwa kepada ilahi. Sebaliknya jika mereka kalah, diterimanya kekalahan itu dengan tidak kehilangan akal. Sebab yakin hanya jasmani yang kalah jarena terdapat beberapa kekurangan yang menyebabkan kalah, dan memandang kekalahan sebagai ujian untuk meneguhkan iman kepada Tuhan, lalu berusaha untuk membuat amalan yang lebih baik, sehingga perjuangan selanjutnya tidak akan kalah lagi.
Mereka tidak mengenal putus asa, melainkan bertambah dekat kepada Tuhan. Itulah sebabnya dikatakan bahwa Allah adalah pelindung dari orang-orang yang beriman.
"... dan karena sesungguhnya orang-orang kafir itu tiada mempunyai pelindung". Oleh karena orang-orang kafir tidak percaya akan kebenaran, bahkan menolak akan nilai-nilai kebenaran, dan kepercayaan mereka hanyalah kepada benda yang terbentang dihadapan mata mereka, tidaklah ada nilai hidup mereka dan tidaklah pernah orang yang semacam ini menentukan corak dari kehidupan.
QS. 47 : 12. "Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai....". Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, selalu berjuang dalam menegakkan iman dan amal salehnya, dia menghadapi berbagai penderitaan, sebagaimana yang diderita oleh Nabi-nabi dan Rasul-rasul. Orang seperti ini wajarlah mendapat ganjaran berupa kurnia dari Allah sebagai obat dari kepayahannya.
"... Dan orang-orang yang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang...". Binatang ternak hanya memikirkan sekitar makan. Kerjanya hanyalah makan belaka. Orang yang tidak mempunyai cita-cita yang tertentu dalam hidupnya, asal sudah cukup makan, hatinya sudah senang. Orang seperti ini jadilah dia tumpuan penghinaan dan pandangan rendah.
"... Dan neraka adalah tempat tinggal mereka". Ancaman neraka-lah yang pantas untuk orang yang pikirannya hanya sekedar cari makan dengan kehilangan cita-cita.
QS. 47 : 13. "Dan betapa banyaknya negeri-negeri yang (penduduknya) lebih kuat dari (penduduk) negerimu (Muhammad) yang telah mengusirmu itu...". Mekkah adalah negeri tempat Nabi Muhammad s.a.w. dilahirkan sangatlah lemah jika dibandingkan dengan negeri-negeri lain yang disebut oleh al-Qur'an, negeri yang penduduknya begitu pongah melawan dan menentang seruan Tuhan. Seumpamanya kaum 'Aad yang ahli membangun, kaum Tsamud yang dapat mendirikan rumah-rumah indah di puncak-puncak bukit. Demikian juga negeri-negeri kaum-kaum yang sejaman dengan Rasulullah ﷺ seperti Parsepolis di Iran, Athena di Yunani dan Mohenjodari di Pakistan. Semuanya adalah negeri besar dan hebat, berkebudayaan dan berseni tinggi, agar mereka menjadi peringatan akan sikap melawan kebenaran yang diserukan Tuhan.
".... Kami telah membinasakan mereka; maka tidak ada seorang penolongpun bagi mereka". Besarnya kebudayaan dan peradaban tidaklah berdaya untuk mempertahankan diri jika Allah menghendaki hancur.
Latar Belakang Turunnya
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika Rasulullah ﷺ keluar dari suatu guha menoleh ke Mekah sambil berkata “Engkau bumi Allah yang paling aku cintai. Sekiranya penduduknya tidak mengusirku, tentu aku tidak akan keluar”. Maka turunlah ayat ini (S. 47 : 13) yang menegaskan bahwa ada negeri lain yang lebih kuat dari pada itu (Mekah) yang telah dihancurkan dan tidak ada yang dapat menolongnya. Diriwayatkan oleh Abu Ya’la yang bersumber dari Ibnu Abbas.
QS. 47 : 14. "Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Tuhannya sama dengan orang yang (syaitan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya?". Sebagian orang bekerja dan berusaha menurut pengetahuan yang dapat dipertanggung-jawabkan, menurut keyakinan yang teguh kepada Allah, sedang sebagian lagi hanya menuruti angan-angan, meraba-raba dan berkhayal yang tidak-tidak, sehingga yang buruk disangka baik, ukuran ilmu tidak ada, hanya menurutkan emosi dan kebodohan angan-angannya. Kalau datang nasehat jalan yang benar tidak mau menerima, baginya yang benar hanyalah kata hawa nafsunya, dunia dan syaithannya.
Kedua golongan tersebut niscaya tak serupa, bagi orang yang berhitung dengan akal sehat akan mengatakan yang selamat sampai kepada yang dituju hanyalah yang pertama, sedang yang kedua gagal di tengah jalan.
QS. 47 : 15. "(Apakah) perumpamaan (penghuni) syurga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dan air yang tiada berubah rasa dan baunya,...". Bagi orang-orang yang bertakwa dijanjikan syurga yang airnya mengalir dan rasanya enak tiada berubah rasa. Rasulullah sendiri menghimpun perkataan yang ringkas tentang nikmat syurga; "Hal-Ikhwal yang mata belum pernah melihat, telinga belum pernah mendengar dan belum pernah tergambar di hati manusia." (HR. Ahmad dan Al-Mawardi).
"..., sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, ...". Keistimewaan syurga yang kedua, mengalir sungai susu yang rasanya enak dan tidak membosankan bila meminumnya.
", sungai-sungai dan khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; ...". Keistimewaan syurga yang ketiga, mengalir sungai khamr (arak) dan madu yang Allah jualah menciptakannya.
"...; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan ...". Inilah hidangan ahli syurga, berupa buah-buahan yang serupa dengan makanan dunia, tetapi jauh beda kenikmatannya.
"... dan ampunan dari Tuhan mereka, ...". Inilah nikmat terpenting dari segala nikmat.
", akan samakah dengan orang yang kekal dalam neraka, dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya?. Akhirnya diujung ayat datang pertanyaan Allah, samakah orang yang mendapatkan syurga dan neraka dengan diberi minuman air yang menggelegak hingga memotong-motong usus mereka?
---------------
Bibliography :
Al Qur'aan dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an, Depag, Pelita II/ 1978/ 1979, halaman 831 - 832.
Tafsir Al-Azhar Juzu' XXVI, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit Pustaka Islam Surabaya, cetakan ketiga 1984, halaman 84-97.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 460 – 461.
Tulisan Arab Al-Qur'an
Tidak ada komentar:
Posting Komentar