Note Trip, 22 Dzulhijjah 1438 H. Selalu ada kegembiraan dan
tantangan di tiap perjalanan. Selalu bertemu dengan orang-orang sholeh
yang enggan disebut ustadz, ulama atau apapun itu mereka gemar ber-amar ma'ruf nahi munkar yang istiqomah. Suatu hari selepas 17-an tahun 2017 yang lalu di sebuah kota timur ibukota Jawa Tengah. Aku mendapatkan dialog istimewa disela istirahat perjalanan.
Yup..., sebuah berita kasak-kusuk media perihal penangkapan Direktur Utama sebuah PT penyelenggara perjalanan umroh. Keduanya ditangkap di kompleks perkantoran Kementerian Agama pada Rabu
(9/8/2017) lalu. Mereka langsung dibawa ke kantor Bareskrim Polri usai menggelar
konferensi pers di kantor Kementerian Agama.
Sebut mereka "Harley" dan "Polos", nama alias berdasar kaos yang mereka kenakan. Pokok dialog yang terekam saat itu;
Harley : "Kenapa "Penyelewang Perjalanan Haji dan Umroh" tidak didemo
berjilid-jilid ya?"
Polos hanya menyimak dan diam, dan Harley mulai keki. Ia pun suguhkan kayu bakar lanjutan.
Harley : "Apa karena pelakunya etnis sumatera Indonesia tertentu. Coba deh
kalau pelakunya China."
Polos : "Ente kok demen banget mengasumsi peristiwa, demen provokasi? Bukannya bos "Penyeleweng Perjalanan Haji dan Umroh" sudah ditahan, yang mau didemo apanya? Nggak ngerti deh...., sumpah…!?"
Harley pun terdiam.
Polos : "Ente juga kenapa nggak sekalian demo buronan BLBI tuh, mereka China semua atau kejadian yang baru aja tuh..., Dirjen
Hubla?
Harley makin melongo.
Polos : "Mbok ya o dibedain kasus kriminal sama kasus penistaan agama, gitu aja nggak mampu. banyak komentar.
Bedain kasus perkasus, coy!".
Entah selanjutnya apa yang mereka perbincangkan. Aku sudah selesai dengan pengganjal laparku. Sungguh laparku terjawab di sebuah warung makan sederhana dan berbunga hati tak terperi di kota kecil ini masih ada orang yang berpikir waras, tak termakan provokasi pemecah belah bangsa. Semoga Allah banyakkan orang waras penjaga NKRI warisan para penjuang nan agamis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar