Sebuah kisah tentang homoseksual yang Allah ta'ala paparkan dalam Qur'aan surat asy-Syu’araa’ (26) : 160 - 175) ;
Di dalam buku “Raudhah al-Muhibbin wa Nuzhah al-Musytaqin”-nya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah halaman 328; bahwa Mujahid berkata : “Andaikata orang yang berbuat seperti kaum Luth itu mandi dengan setiap tetes air yang ada dilangit dan dibumi, maka dia masih dalam keadaan najis. Allah menyebutkan hukuman kaum Luth dan bencana yang menimpa mereka di sepuluh surat al-Qur'aan; yaitu surat al-'A'raf (7) : 80-84; surat Hud (11) : 77-83; surat al-Hijr (15) : 59-77; surat al-Anbiyaa' (21) : 74-75; surat al-Furqon (25) : 40; surat asy-Syu'araa' (26) : 160-175; surat an-Naml (27) 54-58; surat al-Ankabut (29) : 28-35; surat ash-Shaffaat (37) : 133-136 dan surat al-Qamar (54) : 33-40. Allah juga menghimpun hukuman kebutaan, kehancuran tempat tinggal, hujan batu dan masuk neraka”.
Ada diantara ulama berkata : “Jika seorang laki-laki menggauli laki-laki lain, maka para malaikat lari menghindar, bumi mengadu kepada Rabb-nya, kemurkaan Allah turun kepadanya, laknat mengepungnya, syetan mengelilinginya, para malaikat mengucapkan takbir dan api neraka semakin membara. Jika para utusan Allah datang untuk mencabut ruhnya, maka mereka memindahkan ruh itu kepada rekan mereka dan tempat penyiksaan dan ruhnya berada diantara ruh mereka. Itu merupakan tempat yang paling sempit dan tempat siksaan yang paling pedih ditungku penyiksaan bagi para pezina. Itu merupakan kenikmatan yang berkesudahan siksaan yang pedih. Pelakunya digiring untuk bergabung dengan para penghuni neraka Jahannam, kenikmatan menjadi sirna dan yang menyisa adalah penyesalan. Syahwat lenyap dan yang menyiksa adalah penderitaan”.
---------------
Bibliography :
Al Qur'aan dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an, Depag, Pelita II/ 1978/ 1979, halaman 585-586.
Raudhah al-Muhibbin wa Nuzhah al-Musytaqin; Ibnu Qayyim al-Jauziyyah; Penerbit Darul Falah Jakarta Timur, cetakan kesebelas : Jumadil Tsani 1423H (2002 M)
كَذَّبَتْ
قَوْمُ لُوطٍ الْمُرْسَلينَ
كَذَّبَتْ قَوْمُ لُوطٍ الْمُرْسَلِينَ (١٦٠)
كَذَّبَتْ قَوْمُ لُوطٍ الْمُرْسَلِينَ (١٦٠)
كَذَّبَتْ قَوْمُ لُوطٍ الْمُرْسَلِينَ (١٦٠)
Kaum Luth telah mendustakan rasul-rasul, (160)
إِذْ قالَ
لَهُمْ أَخُوهُمْ لُوطٌ أَلا تَتَّقُونَ
ketika saudara mereka, Luth, berkata kepada mereka : “Mengapa kamu tidak bertakwa?” (161)
إِنِّي
لَكُمْ رَسُولٌ أَمينٌ
Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, (162)
فَاتَّقُوا
اللهَ وَ أَطيعُونِ
maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. (163)
وَما
أَسْئَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلاَّ عَلى رَبِّ الْعالَمينَ
Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. (164)
أَتَأْتُونَ
الذُّكْرانَ مِنَ الْعالَمينَ
Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki diantara manusia, (165)
وَ
تَذَرُونَ ما خَلَقَ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ أَزْواجِكُمْ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ
عادُونَ
dan kamu tinggalkan istri-istri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas”. (166)
قالُوا
لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ يا لُوطُ لَتَكُونَنَّ مِنَ الْمُخْرَجينَ
Mereka menjawab : “Hai Luth, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti, benar-benar kamu termasuk orang yang diusir”. (167)
قالَ
إِنِّي لِعَمَلِكُمْ مِنَ الْقالينَ
Luth berkata : “Sesungguhnya aku sangat membenci kepada perbuatanmu”. (168)
رَبِّ
نَجِّني وَ أَهْلي مِمَّا يَعْمَلُونَ
(Luth berdo’a): “ Ya Tuhanku selamatkanlah aku beserta keluargaku dari (akibat) perbuatan yang mereka kerjakan”. (169)
فَنَجَّيْناهُ
وَ أَهْلَهُ أَجْمَعينَ
Lalu Kami selamatkan ia beserta keluarga semua, (170)
إِلاَّ
عَجُوزاً فِي الْغابِرينَ
kecuali seorang perempuan tua (istrinya), yang termasuk dalam golongan yang tinggal. (171)
ثُمَّ
دَمَّرْنَا الْآخَرينَ
Kemudian Kami binasakan yang lain. (172)
وَ
أَمْطَرْنا عَلَيْهِمْ مَطَراً فَساءَ مَطَرُ الْمُنْذَرينَ
Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu) maka amat jeleklah hujan yang menimpa orang-orang yang telah diberi peringatan itu. (173)
إِنَّ في
ذلِكَ لَآيَةً وَما كانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنينَ
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti-bukti yang nyata. Dan adalah kebanyakan mereka tidak beriman. (174)
وَ إِنَّ
رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزيزُ الرَّحيمُ
Dan sesungguhnya Tuhanmu, benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. (175)Di dalam buku “Raudhah al-Muhibbin wa Nuzhah al-Musytaqin”-nya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah halaman 328; bahwa Mujahid berkata : “Andaikata orang yang berbuat seperti kaum Luth itu mandi dengan setiap tetes air yang ada dilangit dan dibumi, maka dia masih dalam keadaan najis. Allah menyebutkan hukuman kaum Luth dan bencana yang menimpa mereka di sepuluh surat al-Qur'aan; yaitu surat al-'A'raf (7) : 80-84; surat Hud (11) : 77-83; surat al-Hijr (15) : 59-77; surat al-Anbiyaa' (21) : 74-75; surat al-Furqon (25) : 40; surat asy-Syu'araa' (26) : 160-175; surat an-Naml (27) 54-58; surat al-Ankabut (29) : 28-35; surat ash-Shaffaat (37) : 133-136 dan surat al-Qamar (54) : 33-40. Allah juga menghimpun hukuman kebutaan, kehancuran tempat tinggal, hujan batu dan masuk neraka”.
Ada diantara ulama berkata : “Jika seorang laki-laki menggauli laki-laki lain, maka para malaikat lari menghindar, bumi mengadu kepada Rabb-nya, kemurkaan Allah turun kepadanya, laknat mengepungnya, syetan mengelilinginya, para malaikat mengucapkan takbir dan api neraka semakin membara. Jika para utusan Allah datang untuk mencabut ruhnya, maka mereka memindahkan ruh itu kepada rekan mereka dan tempat penyiksaan dan ruhnya berada diantara ruh mereka. Itu merupakan tempat yang paling sempit dan tempat siksaan yang paling pedih ditungku penyiksaan bagi para pezina. Itu merupakan kenikmatan yang berkesudahan siksaan yang pedih. Pelakunya digiring untuk bergabung dengan para penghuni neraka Jahannam, kenikmatan menjadi sirna dan yang menyisa adalah penyesalan. Syahwat lenyap dan yang menyiksa adalah penderitaan”.
---------------
Bibliography :
Al Qur'aan dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an, Depag, Pelita II/ 1978/ 1979, halaman 585-586.
Raudhah al-Muhibbin wa Nuzhah al-Musytaqin; Ibnu Qayyim al-Jauziyyah; Penerbit Darul Falah Jakarta Timur, cetakan kesebelas : Jumadil Tsani 1423H (2002 M)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar