Empat belas abad yang lalu dia pernah merindu, dialah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam…
Tepat sembilan hari menjelang wafatnya turunlah firman Allah yang berbunyi :
“Dan peliharalah diri kalian dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kalian semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak didzalimi.” (QS. Al Baqarah (2) : 281).
Semenjak itu raut kesedihan mulai tampak di wajah beliau yang suci. “Aku ingin mengunjungi syuhada Uhud ujar beliau”. Beliaupun pergi menuju makam syuhada Uhud, sesampainya disana beliau mendekati makam para syuhada dan berkata, “Assalamu’alaikum wahai syuhada Uhud, kalian telah mendahului kami. Insya Allah kamipun akan menyusul kalian.”
Ditengah perjalanan pulang, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menangis.
Para sahabat yang mendampinginya bertanya, “Apa yang membuatmu menangis wahai Rasulullah?” Beliau shallallahu alaihi wasallam menjawab, “Aku rindu kepada saudara-saudaraku.”
Mereka berkata, “Bukankah kami adalah saudara-saudaramu wahai Rasulullah?” Beliau shallallahu alaihi wasallam menjawab, “Bukan, kalian adalah sahabat-sahabatku. Adapun saudara-saudaraku adalah mereka yang datang sesudahku, mereka beriman kepadaku padahal mereka belum pernah melihatku.” (HR. Ahmad).
Alangkah tulus ungkapan itu..
Namun tersisa beragam tanya :
Kitakah yang dirindukan itu…?
Bila iya, Sudahkah kita merindukannya…?
Sudahkah kita beriman sehingga pantas dirindu…?
Sudahkan kita mengamalkan sunnah (ajaran) nya sebagai bukti cinta…?
Pantaskah diri yang lalai ini dirindukan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam…?
Sahabat, mari kita amalkan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Agar kita semua termasuk kedalam golongan orang yang dirindukan oleh baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam..
Aamiin. (DPUDT Semarang).
Tepat sembilan hari menjelang wafatnya turunlah firman Allah yang berbunyi :
“Dan peliharalah diri kalian dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kalian semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak didzalimi.” (QS. Al Baqarah (2) : 281).
Semenjak itu raut kesedihan mulai tampak di wajah beliau yang suci. “Aku ingin mengunjungi syuhada Uhud ujar beliau”. Beliaupun pergi menuju makam syuhada Uhud, sesampainya disana beliau mendekati makam para syuhada dan berkata, “Assalamu’alaikum wahai syuhada Uhud, kalian telah mendahului kami. Insya Allah kamipun akan menyusul kalian.”
Ditengah perjalanan pulang, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menangis.
Para sahabat yang mendampinginya bertanya, “Apa yang membuatmu menangis wahai Rasulullah?” Beliau shallallahu alaihi wasallam menjawab, “Aku rindu kepada saudara-saudaraku.”
Mereka berkata, “Bukankah kami adalah saudara-saudaramu wahai Rasulullah?” Beliau shallallahu alaihi wasallam menjawab, “Bukan, kalian adalah sahabat-sahabatku. Adapun saudara-saudaraku adalah mereka yang datang sesudahku, mereka beriman kepadaku padahal mereka belum pernah melihatku.” (HR. Ahmad).
Alangkah tulus ungkapan itu..
Namun tersisa beragam tanya :
Kitakah yang dirindukan itu…?
Bila iya, Sudahkah kita merindukannya…?
Sudahkah kita beriman sehingga pantas dirindu…?
Sudahkan kita mengamalkan sunnah (ajaran) nya sebagai bukti cinta…?
Pantaskah diri yang lalai ini dirindukan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam…?
Sahabat, mari kita amalkan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Agar kita semua termasuk kedalam golongan orang yang dirindukan oleh baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam..
Aamiin. (DPUDT Semarang).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar