Note Trip. Sidang Ahok ke-8, 31 Januari 2017 setahun yang lalu lumayan mencuri perhatian ketika Ahok dan kuasa hukumnya mencecar KH. Ma'ruf Amin. Banyak obrolan simpang siur dikalangan jelata. Ada yang pro-Ahok ada yang kontra-Ahok. Berikut potongan rangkuman kalimat dari mereka-mereka yang kudengar di warung makan - warung makan :
Kontra-Ahok : "Saya warga jam'iyyah NU sejak bayi. Saya tersinggung atas hardikan Ahok terhadap KH. Ma'ruf Amin. Saya ikut protes sebagai warga NU."
*
Pro-Ahok : "Pendukung Ahok yang terhormat di medsos, mari kita muliakan Kiai Ma'ruf Amin sebagai Sesepuh NU dan ini juga sesuai permintaan Pak Ahok."
*
Tapi ditengah-tengah mereka ada pasukan kompor, entah mereka dari kaum sekuler, liberal atau bisa jadi dari kaum atheis.
Pasukan Kompor : "Nyinyirin Islam Nusantara, memuja Arabisme, membela Islam radikal, kampanyekan NKRI Bersyariah. Tapi koar-koar ngaku bela NU. Koplak!
*
Pengamat : "Bila ada yang setuju beberapa hal dengan pak Ahok itu nilainya sama dengan setuju beberapa hal dengan pak SBY atau pak Jokowi. Demikian pula bila tak setuju. Nalar Jongkok itu adalah ketika orang setuju tentang satu hal dengan Ahok lantas dikatagorikan ahokers. Setuju satu hal dengan Habib Rizieq Syihab, bukan berarti ia anggota FPI, atau sebaliknya."
*
Pola-pola nalar aneh sudah dihembuskan jauh-jauh hari bertahun-tahun lalu, tujuannya agar jelata memberikan pemakluman, sudah jamak. Tetapi mereka lupa tidak semua jelata terpengaruhi oleh nalar aneh itu.
*
Pro-Ahok : "Pendukung Ahok yang terhormat di medsos, mari kita muliakan Kiai Ma'ruf Amin sebagai Sesepuh NU dan ini juga sesuai permintaan Pak Ahok."
*
Tapi ditengah-tengah mereka ada pasukan kompor, entah mereka dari kaum sekuler, liberal atau bisa jadi dari kaum atheis.
Pasukan Kompor : "Nyinyirin Islam Nusantara, memuja Arabisme, membela Islam radikal, kampanyekan NKRI Bersyariah. Tapi koar-koar ngaku bela NU. Koplak!
*
Pengamat : "Bila ada yang setuju beberapa hal dengan pak Ahok itu nilainya sama dengan setuju beberapa hal dengan pak SBY atau pak Jokowi. Demikian pula bila tak setuju. Nalar Jongkok itu adalah ketika orang setuju tentang satu hal dengan Ahok lantas dikatagorikan ahokers. Setuju satu hal dengan Habib Rizieq Syihab, bukan berarti ia anggota FPI, atau sebaliknya."
*
Pola-pola nalar aneh sudah dihembuskan jauh-jauh hari bertahun-tahun lalu, tujuannya agar jelata memberikan pemakluman, sudah jamak. Tetapi mereka lupa tidak semua jelata terpengaruhi oleh nalar aneh itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar