Di dalam al-Qur'an surat al-Baqarah
(2) : 170, Allah ta'ala menasehati orang beriman dalam firman-Nya :
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا۟
مَآ أَنزَلَ اللَّـهُ قَالُوا۟ بَلْ نَتَّبِعُ مَآ أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ
ءَابَآءَنَآ ۗ أَوَلَوْ كَانَ ءَابَآؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْـًٔا وَلَا
يَهْتَدُونَ
Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Ikutilah apa yang diturunkan Allah", mereka menjawab, "Kami hanya mengikuti apa yang kami dapati dari bapak-bapak kami", biarpun bapak-bapak mereka tidak mengerti sesuatu dan tidak dapat petunjuk. (170).
Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat yang bersumber dari Ibnu 'Abbas رضي الله عنهما dikemukakan bahwa turunnya ayat tersebut diatas (QS. 2 : 170) sehubungan dengan ajakan Rasulullah ﷺ kepada kaum yahudi untuk masuk Islam, serta memberikan kabar gembira, memperingatkan mereka akan siksaan Allah seta adzab-Nya. Rafi' bin Huraimallah dan Malik bin 'Auf dari kaum yahudi menjawab dengan berkata : "Hai Muhammad! kami akan mengikuti jejak nenek moyang kami, karena mereka lebih pintar dan lebih baik daripada kami". Ayat ini turun sebagai teguran kepada orang-orang yang hanya mengikuti jejak nenek moyangnya. (HR. Ibnu Abi Hatim).
Tafsir Ayat
QS. 2 : 170. "Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Ikutilah apa yang diturunkan
Allah", ...". Yaitu supaya kamu tujukan hidupmu kepada satu tujuan saja, yaitu ta'at dan patuh kepada Allah, mengerjakan apa yang diperintahkan dan menhentikan apa yang dilarang. Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Janganlah kamu mencari tandingan-tandingan yang lain lagi bagi Allah. Janganlah kamu katakan terhadap Allah hal-hal yang kamu tidak tahu. "..., mereka menjawab, "Kami hanya mengikuti apa yang kami dapati dari
bapak-bapak kami", ...". Benar ataupun salah, adalah bapak moyang kami. Kami akan mempertahankan pusaka mereka, yang tidak lekang karena panas, tidak lapuk karena hujan. Jawaban begini menunjukkan pikiran tidak berjalan beres, atau berkeras mempertahanklan adat lama pusaka usang. Bukan akal lagi yang berkata, melainkan hawa nafsu. "..., biarpun bapak-bapak mereka tidak mengerti sesuatu
dan tidak dapat petunjuk". Lantaran bapak moyang kamu tidak mengerti suatu apapun, maka pusaka yang mereka tinggalkan juga tidak berarti suatu apa. Pikiran yang sehat dan akal yang masih tetap berjalan, niscaya akan meninjau kembali pusaka bapak moyang kamu. Mana yang buruk atau ditolak oleh akal. Hanya memperturutkan dan bertahan pada pusaka bapak moyang yang salah, apalagi tidak pula suka tunduk kepada kebenaran, karena pengaruh syaitan telah masuk. Mereka menjadi beku dan membatu.
---------------
Bibliography :
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 51 - 52.
Tafsir Al-Azhar Juzu' 2, Prof Dr. Haji Abdulmalik
Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit PT. Pustaka Panjimas Jakarta,
cetakan September 1987, halaman 52 - 53.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia,
Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs.
H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke
tujuh 1994, halaman 46 - 47.