Tidak akan sempurna hidup manusia di dunia dengan menyendiri, karena segala kebutuhan dan keperluannya dicapai dengan jalan berserikat, bertolong-tolongan dan bantu-membantu. Semakin tinggi kedudukannya, semakin besar hajatnya kepada pertolongan orang lain.
Tentang hajat berserikat (bermasyarakat), rata mengenai segala tingkatan dan golongan manusia, segala bangsa dan suku, laki-laki dan perempuan, yang telah bernegara dan yang masih bertempat tinggal di hutan-belukar, yang berilmu-pengetahuan dan yang bodoh, semuanya perlu akan persekutuan yang di dalamnya berisi tolong-menolong dan bantu-membantu.
Di kalangan hewan, ada juga perserikatannya, tetapi tidak seteguh sebagai yang terdapat pada manusia, karena perserikatan hewan tidak terikat kepada janji dan peraturan, tidak pula ada tuntutan dan dakwaan, hanya berlaku menurut dasar tabi’atnya.
Perserikatan yang ada pada manusia, dapat menimbulkan kekuatan besar, yang dapat digunakan untuk segala keperluan hidupnya dan dapat mengalahkan segala makhluk yang ada di dunia ini. Lagi pula dapat menciptakan barang-barang yang pelik dan sulit, dapat mewujudkan yang aneh-aneh dan luar biasa.
Untuk menciptakan masyarakat yang teguh dan kuat, Allah telah mengadakan dua sifat di kalangan manusia, yaitu berkenal-kenalan dan bertolong-tolongan.
Manusia dapat berkenal-kenalan sesama manusia, sekalipun berlainan negeri dan bangsa; begitupun tentang bertolong-tolongannya, sehingga satu bangsa dapat berkenalan dengan bangsa lain dan satu penduduk negeri dapat bertolong-tolongan dengan penduduk negeri lainnya. Tetapi tidak demikian yang terdapat di kalangan hewan. Ia hanya berkenalan dengan jenisnya saja, seperti kambing hanya berkenalan dengan kambing, kera dengan kera, harimau dengan harimau, tidak dengan lainnya; begitu juga tentang bertolong-tolongannya.
Di dalam Agama Islam banyak benar diterangkan Allah tentang perserikatan manusia. Kiranya memadai kalau saya bawakan di sini dua ayat Al-Qur’an saja sebagai pembuktian kenyataan di atas tadi. Firman Allah QS Al-Hujurat : 13;
Ya ayyuhan-nas, inna khalaqnakum min dzakarin wa untsa, wa ja’alnakum syu’ubaw wa qaba-ila, lita’arafu.
Artinya:
“Hai manusia! Sesungguhnya Kami menjadikan kamu dengan perantaraan laki-laki dan perempuan, serta Kami jadikan kamu bersuku-suku dan bergolong-golongan, supaya kamu berkenal-kenalan”.
Firman-Nya lagi QS Al-Maidah : 2;
Wa ta’awanu ‘alal birri wat-taqwa.
Artinya:
“Hendaklah kamu bertolong-tolongan atas kebajikan dan kebaktian”.
-----------
Jalan Hidup MUSLIM, Md. 'Ali Alhamidy, Penerbit PT ALMA'ARIF Bandung, Cetakan Pertama 1974, halaman 24 - 25
Tentang hajat berserikat (bermasyarakat), rata mengenai segala tingkatan dan golongan manusia, segala bangsa dan suku, laki-laki dan perempuan, yang telah bernegara dan yang masih bertempat tinggal di hutan-belukar, yang berilmu-pengetahuan dan yang bodoh, semuanya perlu akan persekutuan yang di dalamnya berisi tolong-menolong dan bantu-membantu.
Di kalangan hewan, ada juga perserikatannya, tetapi tidak seteguh sebagai yang terdapat pada manusia, karena perserikatan hewan tidak terikat kepada janji dan peraturan, tidak pula ada tuntutan dan dakwaan, hanya berlaku menurut dasar tabi’atnya.
Perserikatan yang ada pada manusia, dapat menimbulkan kekuatan besar, yang dapat digunakan untuk segala keperluan hidupnya dan dapat mengalahkan segala makhluk yang ada di dunia ini. Lagi pula dapat menciptakan barang-barang yang pelik dan sulit, dapat mewujudkan yang aneh-aneh dan luar biasa.
Untuk menciptakan masyarakat yang teguh dan kuat, Allah telah mengadakan dua sifat di kalangan manusia, yaitu berkenal-kenalan dan bertolong-tolongan.
Manusia dapat berkenal-kenalan sesama manusia, sekalipun berlainan negeri dan bangsa; begitupun tentang bertolong-tolongannya, sehingga satu bangsa dapat berkenalan dengan bangsa lain dan satu penduduk negeri dapat bertolong-tolongan dengan penduduk negeri lainnya. Tetapi tidak demikian yang terdapat di kalangan hewan. Ia hanya berkenalan dengan jenisnya saja, seperti kambing hanya berkenalan dengan kambing, kera dengan kera, harimau dengan harimau, tidak dengan lainnya; begitu juga tentang bertolong-tolongannya.
Di dalam Agama Islam banyak benar diterangkan Allah tentang perserikatan manusia. Kiranya memadai kalau saya bawakan di sini dua ayat Al-Qur’an saja sebagai pembuktian kenyataan di atas tadi. Firman Allah QS Al-Hujurat : 13;
Ya ayyuhan-nas, inna khalaqnakum min dzakarin wa untsa, wa ja’alnakum syu’ubaw wa qaba-ila, lita’arafu.
Artinya:
“Hai manusia! Sesungguhnya Kami menjadikan kamu dengan perantaraan laki-laki dan perempuan, serta Kami jadikan kamu bersuku-suku dan bergolong-golongan, supaya kamu berkenal-kenalan”.
Firman-Nya lagi QS Al-Maidah : 2;
Wa ta’awanu ‘alal birri wat-taqwa.
Artinya:
“Hendaklah kamu bertolong-tolongan atas kebajikan dan kebaktian”.
-----------
Jalan Hidup MUSLIM, Md. 'Ali Alhamidy, Penerbit PT ALMA'ARIF Bandung, Cetakan Pertama 1974, halaman 24 - 25