Ada satu waktu saat Islam terbentang dari timur-barat tak kurang dari 20 juta km2, dari Spanyol sampai Indonesia. Dimasa itu ilmuwan ternama di dunia adalah Muslim, dan tanah kaum Muslim adalah tanah subur yang menumbuhkan ilmu bagi dunia. Saat Newton belum dikenal dengan teori optiknya, Ibnu al-Haitsami telah menulis kitab al-Manazhir (buku optik) yang menginspirasi Newton. Al-Khawarizm ilmuwan Muslim menulis kitab al-Jabar wal muqabala, memperkenalkan angka 0 bagi dunia, dan memperkenalkan trigonometri. Ibnu Sina menjadikan bukunya kitab al-Qanun fi thibb, hukum pengobatan, yang menjadi text book wajib fakultas kedokteran di seluruh penjuru alam.
Saat itu Cordoba di Andalusia memiliki 70 perpustakaan umum, 900 pemandian umum, dan pada abad-11 sudah memiliki gorong-gorong. Kala itu, walau Muslim luas wilayahnya, namun mereka diatur dengan aturan yang padu, Al-Qur'an dan As-Sunnah, 1 aturan untuk 1 ummat. Saat itu bendera hanya 1, hitam/putih bertahtakan kalimat syahadat, sebagaimana "panji Rasulullah warnanya hitam dan benderanya putih"
Di waktu itu belum ada Indonesia, belum juga Mesir, Arab, Turki, Libya, Nigeria, India dan lainnya, mereka hanya 1 nama, Khilafah Islam. Khilafah adalah sistem pemerintahan warisan Rasulullah s.a.w. lewat hadits beliau, dan pemimpin khilafah ini beliau panggil sebagai Khalifah. Abu Bakar adalah Khalifah (pengganti) Rasulullah pertama yang diserahi pengurusan ummat, Umar penerusnya, Utsman dan Ali selanjutnya.
Khilafah ini berlangsung selama hampir 13 abad, hingga terakhir dilumatkan makar Inggris dan Israel pasca Perang Dunia 1 di tahun 1924 tepatnya. Secara historis, pasca kehilangan kepemimpinan khilafah, musibah mulai tumbuh subur pada ummat laksana jamur di musim hujan. Wilayah Islam yang padu tersebut dikerat oleh penjajah Inggris dan Prancis lewat perjanjian sykes-picot pada 1917, memecah persatuan. Masing-masing wilayah Islam 'dimerdekakan' (baca: dijadikan negara boneka), ditanamkan nasionalisme, agar tak lagi menyatu dalam akidah. Saat itu kelu getir mulai mendera, lewat deklarasi balfour, Inggris menjual tanah Palestina kepada Yahudi lord rothchlilds pada 1917. Saat itu yahudi mulai berimigrasi menuju tanah haram kaum Muslim, LBB melegalisasinya pada 1922, mulailah pembantaian di Palestina.
Pasca Perang Dunia 2, tahun 1948, AS dibidani PBB melahirkan negara israel, yang otomatis membuat Muslim Palestina stateless (tak dianggap manusia). Saat itu Palestina tak ada yang membela kecuali sedikit, berbeda ketika Khilafah masih ada, saat telunjuk Khalifah dapat mengerahkan jihad.
Tak hanya Palestina, pembantaian di India, Serbia, Cechnya, Ethiopia, dan lainnya mulai, anjing-anjing itu tahu pelindung Muslim telah hilang. Setelah dikerat dengan nasionalisme, kaum Muslim pun dipisahkan dengan Al-Qur'an dengan demokrasi, dan dilumatkan dengan liberalisme. Ulama-ulama dunia Islam sangat menyadari, bahwa absennya khilafah sebagai pelindung membuat masalah besar pada Muslim, mereka bertindak!
Di India, gelombang penolakan dimakzulkannya Khalifah digalang dalam "khilafah movement" tahun 1924, namun gerakan ini disusupi inggris. Di mesir, Hasan Al-Banna tahun 1926, mempelopori gerakan Ikhwanul Muslimin, menggedor kesadaran kaum Muslim akan pentingnya khilafah. Gelombang perlawanan atas hegemoni barat berlangsung termasuk di tanah air, pada tahun 1925 dilaksanakan muktamar khalifah di Kairo. Wakil dari Nusantara ke Kairo ialah H. Fachroeddin (Muhammadiyah), Soerjopranoto (SI), H. Wahab Chasboellah (Organisasi Ulama Surabaya). Namun konggres inipun digagalkan inggris, sebagai lanjutan pada 1926 diadakan muktamar al-Islam sedunia di Makkah, untuk bicara khilafah. Dari Indonesia dikirimkan HOS Tjokroaminoto (SI) dan Mas Mansoer (Muhammadiyah), dan karena keterbatasan tak menyertakan Wahab Chasboellah. Dikarenakan semangat ulama-lama Surabaya dalam memperjuangkan Islam, yang tak berangkat ke muktamar khilafah akhirnya dirikan Nahdhatul Ulama.
Tak heran Indoensia merdeka bukan karena teriakan "Merdeka" semata, namun lebih ramai dengan teriakan "Allahu Akbar!". Satu demi satu kelompok semakin menyadari perlunya khilafah, dan khalifah yang Nabi katakan "Imam layaknya tameng" yang lindungi ummat.
Pada 1954, Taqiyuddin an-Nabhani juga mendirikan Hizbut Tahrir, menyeru untuk melanjutkan kehidupan Islam dengan khilafah. Begitu pula Hizbullah yang membela Iraq mengumumkan bahwa mereka siap menegakkan khilafah apabila dapat mengusir AS dari tanah mereka. Kesadaran ummat Islam tentang pentingnya pelindung mereka, khilafah semakin besar, dan tak hanya mereka yang sadar, kaum kufur pun sadar. Berkali-kali dari mulut Bush, Cheney, Blair, dan lainnya muncul kekhawatiran mereka akan khilafah, yang dapat menggeser dominasi AS. Amsterdam, Berlin, dan Moskow pun telah membicarakan khilafah, khilafah pada abad 21 ini jadi buah bibir pembicaraan. Kebakaran jenggot, biang liberal dunia AS, segera tugaskan kroconya di Indonesia untuk halangi ummat paham khilafah, lewat kaum Liberal. Tak apa kawan, semakin ia dibicarakan maka ia semakin lepas, semakin angin dilawan ia semakin keras menghempas, begitulah Islam.
Allah ta'ala peringatkan kita
"mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai". (
QS. 9 : 32).
Demikian sedikit kicauan tentang sejarah singkat (sekali) tentang Islam, kita sambung dan perlengkap lain waktu :) (
Ustadz Felix Siauw).