Almanhaj. Allâh Subhanahu wa Ta’ala memberikan keutamaan yang lebih bagi sebagian Nabi dan Rasul diatas yang lainnya. Para Nabi dan rasul yang termasuk ulul ‘azmi lebih utama disisi Allâh Azza wa Jalla dari para rasul yang lainnya, begitu pula para Sâbikûnal Awwalûn (para pendahulu kita) yang berasal dari kalangan Muhajirin dan Anshar lebih utama disisi Allâh Azza wa Jalla bila dibandingkan dengan selain mereka. Mereka semua adalah para wali Allâh Azza wa Jalla dan tempat mereka di syurga, dan Allâh Azza wa Jalla telah mengangkat derajat sebagian mereka diatas sebagian yang lain.
Induk semua keutamaan adalah ilmu, agama, keberanian dan kedermawanan. Siapapun yang lebih baik atau lebih utama daripada yang lain, maka pasti dia lebih banyak ilmunya, baik dari kalangan nabi dan shahabat ataupun dari kalangan yang lain. Dan memang, pokok dari segala keutamaan adalah ilmu. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
Katakanlah, "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" [az-Zumar/39:9]
Banyak sekali hadist-hadist dan dalil dalil lainnya yang membuat kita harus mengakui bahwa Abu Bakar رَضِيَ اللََّهُ عَنْه merupakan shahabat yang paling dicintai oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau Radhiyallahu anhu , disisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lebih baik daripada Umar bin Khattab رَضِيَ اللََّهُ عَنْه, Ustmân bin ‘Affan رَضِيَ اللََّهُ عَنْه, Ali bin Abu Thalib رَضِيَ اللََّهُ عَنْه dan para shahabat lainnya. Semua orang yang memahami tentang sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga keadaan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, pasti mengetahui fakta tentang Abu Bakar رَضِيَ اللََّهُ عَنْه ini. Semakin banyak ilmunya tentang sunnah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka dia akan semakin mengerti keutamaan Abu Bakar رَضِيَ اللََّهُ عَنْه. Yang masih ragu akan keutamaan beliau hanyalah orang yang tidak bisa membedakan antara hadist shahih dan hadits lemah. Orang seperti ini, terkadang terjebak dalam salah satu dari dua keadaan ekstrem, antara mempercayai semua yang disebut hadits oleh orang atau menolak semuanya.
Diantara hadist-hadist yang shahih tentang hal ini adalah hadist yang dikeluarkan oleh al-Bukhâri dan Muslim, dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, beliau berkata :
كُنَّا نُخَيِّرُ بَيْنَ النَّاسِ فِي زَمَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنُخَيِّرُ أَبَا بَكْرٍ ثُمَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ ثُمَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ
Ketika zaman Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam (masih hidup) kami sering mengatakan fulan lebih baik daripada fulan. Kami mengatakan Abu Bakar lebih baik, kemudian Umar bin al-Khattab, kemudian Utsman bin ‘Affan[1]
Dalam riwayat lain Imam al-Bukhari :
كُنَّا زَمَنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لا نَعْدِلُ بِأَبِي بَكْرٍ أَحَدًا ، ثُمَّ عُمَرَ، ثُمَّ عُثْمَانَ
Pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam (masih hidup), kami tidak menyamakan seorang pun dengan Abu Bakar, kemudian Umar, kemudian Utsman. [2]
Imam Tirmizi dan yang lainnya meriwayatkan sebuah hadits secara marfû’ dari Ali رَضِيَ اللََّهُ عَنْه, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ketika Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Abu Bakar dan Umar Radhiyallahu anhuma sedang berjalan menuju Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
هَذَانِ سَيِّدَا كُهُوْلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ مِنَ الأَوَّلِيْنَ وَالآخِرِيْنَ إِلاَّ النَّبِيِّيْنَ وَالْمُرْسَلِيْنَ لاَ تُخْبِرْهُمَا يَا عَلِيُّ
Dua orang ini merupakan dua tokoh tua[3] penduduk surga dari orang-orang yang terdahulu sampai yang terakhir. Wahai Ali! Janganlah kamu beritahukan hal ini kepada mereka.[4]
Di dalam kitab Shahih: bahwasanya tatkala jenazah Umar diletakkan, Ali رَضِيَ اللََّهُ عَنْه datang menyela shaf para shahabat kemudian berkata :
إِنِّي لَأَرْجُو أَنْ يَجْعَلَكَ اللَّهُ مَعَ صَاحِبَيْكَ فَإِنِّي كَثِيرًا مَا كُنْتُ أَسْمَعُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ ذَهَبْتُ أَنَا وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ وَدَخَلْتُ أَنَا وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ
Aku berharap Allâh mempersatukanmu dengan dua shahabatmu (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar Radhiyallahu anhu ), Sesungguhnya aku sering mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Aku masuk bersama Abu Bakar dan Umar, dan aku pergi dengan Abu Bakar dan Umar.[5]
Hadist ini menerangkan betapa mereka berdua sering menemani Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam disaat Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk, keluar, atau pun pergi. Oleh karena itu, Imam Malik t berkata kepada Harun ar-Rasyîd yang bertanya, “Beritahukanlah padaku kedudukan Abu Bakar dan Umar رَضِيَ اللََّهُ عَنْه disisi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ? Imam Mâlik berkata, “Wahai amirul Mukminin, kedudukan mereka berdua tatkala Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup sama seperti kedudukan mereka tatkala Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah wafat.” (Mendengar ini) ar-Rasyid pun berkata, “Kamu telah menyembuhkanku, Wahai Malik! Kamu telah menyembuhkanku, Wahai Malik!”
Dalam sebuah riwayat yang mutawatir dari Ali رَضِيَ اللََّهُ عَنْه, dijelaskan bahwa Ali bin Abi Thalib رَضِيَ اللََّهُ عَنْه berkata :
خَيْرُ هَذِهِ الأُمَّةِ بَعْدَ نَبِيِّهَا أَبُوْ بَكْرٍ ثُمَّ عُمَرُ
Orang terbaik ummat ini setelah Nabinya adalah Abu Bakar kemudian Umar
Riwayat dibawakan melalui jalur periwayatan yang sangat banyak, bahkan ada yang mengatakan jalur periwayatannya mencapai delapan puluh jalur.
Imam al-Bukhâri juga meriwayatkan dalam kitab Shahîh beliau t dari jalur para hamdaniyiin (orang yang berasal dari qabilah Hamdan) yang merupakan orang-orang terdekat Ali رَضِيَ اللََّهُ عَنْه. Kedekatan ini tergambar dalam perkataan Beliau رَضِيَ اللََّهُ عَنْه, “Seandainya aku penjaga pintu surga, niscaya aku akan katakan kepada orang-orang Hamdan, masuklah kedalam surga”
Imam al-Bukhâri membawakan riwayat lewat jalur Sufyân at-Tsauri rahimahullah yang berasal dari qabilah Hamdan, dari Mundzir yang juga berasal dari qabilah Hamdan, dari Muhammad bin al-Hanafiyah, dia berkata: saya berkata kepada bapakku :
أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَبُو بَكْرٍ قُلْتُ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ عُمَرُ
Siapakah manusia yang paling utama setelah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ? Dia menjawab, “Abu Bakar.” Aku bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Bapakku menjawab,”Kemudian umar”[6]
Ucapan ini, beliau sampaikan kepada anaknya, saat mereka berdua, dan ini tidak mungkin diucapkan dalam rangka taqiyah. Perawi menyampaikan atsar tersebut langsung dari bapaknya dan diucapkan di atas mimbar serta diriwayatkan bahwasanya dia mendengar dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Dan tentu Ali رَضِيَ اللََّهُ عَنْه tidak akan memastikan hal tersebut (keutamaan Abu Bakar ) kecuali berdasarkan ilmu, sesuai dengan kedudukan Beliau Radhiyallahu anhu. Ali رَضِيَ اللََّهُ عَنْه merupakan salah seorang sahabat yang paling tahu tentang Abu Bakar رَضِيَ اللََّهُ عَنْه dan Umar رَضِيَ اللََّهُ عَنْه, serta paling mengerti kedudukan mereka berdua dalam Islam. Bahkan diriwayatkan Beliau رَضِيَ اللََّهُ عَنْه berharap amalan Beliau رَضِيَ اللََّهُ عَنْه tatkala meninggal dunia seperti amalan Umar رَضِيَ اللََّهُ عَنْه. Semoga Allâh Azza wa Jalla meridhai mereka semua. Beliau رَضِيَ اللََّهُ عَنْه juga memberi nama kedua anaknya dengan dengan nama Abu Bakar رَضِيَ اللََّهُ عَنْه dan Umar رَضِيَ اللََّهُ عَنْه.
Ali Radhiyallahu anhu juga pernah mengatakan :
لاَ أُوْتِـيَ بِأَحَدٍ يُفَضِّلُـنِيْ عَلَى أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ إِلاَّ جَلَّدْتُهُ حَدَّ الْمُفْتَرِي
Tidaklah didatangkan kepadaku seseorang yang lebih megutamakanku daripada Abu Bakar dan Umar melainkan akan saya cambuk dia sebagaimana hukuman pendusta[7]
Perkataan beliau ini tidak disampaikan bukan karena tawaddu’, sebab tidak boleh seorang yang tawaddu’ menjatuhkan hukuman kepada orang mengutamakannya dengan cara benar dan tidak boleh pula memberi gelar pendusta kepada orang tersebut.
Dalam hadist mutawatir lainnya dari Ibnu Abbâs Radhiyallahu anhuma bahwa beliau Radhiyallahu anhuma lebih mengutamakan Abu Bakar dan Umar رَضِيَ اللََّهُ عَنْه daripada Ali رَضِيَ اللََّهُ عَنْه.
Ibnu Batthah rahimahullah meriwayatkan dengan sanadnya, beliau berkata, ”Saya mendengar Laits bin Abi Salîm berkata, ‘Saya mendapati orang-orang Syi’ah generasi awal tidak lebih mengutamakan seorangpun melebihi Abu Bakar dan Umar رَضِيَ اللََّهُ عَنْه.
Berkata Syuraik bin Abi Namir, seseorang berkata kepada Laist bin Abi Salîm, “Siapa yang lebih utama Abu Bakar رَضِيَ اللََّهُ عَنْه atau Ali رَضِيَ اللََّهُ عَنْه?” Dia berkata, “Abu Bakar.”
Si penanya tersebut berkata lagi, “Apakah kamu mengatakan seperti ini padahal kamu berasal kalangan Syi’ah?” Dia berkata, “Ya, orang Syi’ah adalah orang yang mengatakan seperti ini. Sungguh telah naik ke mimbar ini (mimbar masjidnya di Kufah) kemudian ia berkata, “Ketahuilah! Sesungguhnya sebaik-baik ummat ini setelah Nabinya adalah Abu Bakar dan Umar رَضِيَ اللََّهُ عَنْه. Apakah kita akan menolak perkataannya? Apakah kita akan mendustakannya? Demi Allâh! Dia bukanlah pendusta. al-Qhâdi Abdul Jabbar menyebutkan riwayat ini dan beliau menyandarkannya kepada kitab Abil Qâsim al-Balkhi.[8]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata setelah menyebutkan ayat :
لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
Janganlah engkau bersedih! Sesungguhnya Allâh bersama kita [at-Taubah/9:40]
(saat membantah sebagian syubhat yang dilontarkan oleh orang yang membenci dan mencela Abu Bakar Radhiyallahu anhu yang mengatakan bahwa ayat di atas mengisyaratkan celaan kepada Abu Bakar Radhiyallahu anhu yang takut). Beliau rahimahullah mengatakan, “Tidak ada pada ayat tersebut isyarat yang menunjukkan bahwa Ali رَضِيَ اللََّهُ عَنْه, Utsman رَضِيَ اللََّهُ عَنْه, Umar رَضِيَ اللََّهُ عَنْه, atau selain mereka yang lebih utama daripada Abu Bakar Radhiyallahu anhu, karena mereka semua sedang tidak bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada kondisi genting ini. Seandainya mereka pada saat itu sedang bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , keadaan mereka belum tentu lebih baik daripada keadaan Abu Bakar رَضِيَ اللََّهُ عَنْه. Yang sudah diketahui dari berbagai keadaan Beliau Radhiyallahu anhu dan keadaan mereka disaat-saat mencekam, Abu Bakar رَضِيَ اللََّهُ عَنْه selalu lebih baik keyakinan dan kesabarannya. Tatkala ada berbagai faktor yang bisa menimbulkan keraguan (yang menyebabkan banyak orang meragukan kebenaran syari’at Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ) Abu Bakar as-shiddîq z tampil sebagai pribadi yang paling yakin dan tenang. Tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam disakiti oleh sebab keraguan tersebut, beliau Abu Bakar Radhiyallahu anhu merupakan orang yang paling taat demi keridhaan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam , dan yang paling jauh dari segala hal yang bisa menyakiti Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Keadaan ini sudah diketahui oleh semua orang yang mempelajari keadaan para shahabat disaat Nabi masih hidup dan juga setelah Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat.[9]
Setiap Pujian Dalam Al-Qur'an, Maka Abu Bakar Masuk Di Dalamnya
Secara umum, setiap kata Mukmin, Muttaqin dan Muhsinin yang ada dalam al-Qur’an serta pujian untuk mereka, maka Abu Bakar رَضِيَ اللََّهُ عَنْه merupakan orang pertama yang masuk dalam ayat tersebut, bahkan Beliau Radhiyallahu anhu menjadi yang terbaik diantara orang-orang yang masuk dalam ayat tersebut, sebagai mana yang masyhur dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat menjelaskan generasi terbaik. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian setelahnya, dan setelahnya[10]
Diantara contoh pujian yang terdapat dalam al-Qur’an adalah :
Pertama :
وَالَّذِي جَاءَ بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ ۙ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan yang membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa. [az-Zumar/39:33]
Yang masyhur dikalangan ahli tafsir bahwa yang dimaksud dengan orang yang datang dengan membawa kebenaran adalah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan yang membenarkannya (mengimaninya) adalah Abu Bakar رَضِيَ اللََّهُ عَنْه. Pendapat ini disebutkan oleh sejumlah Ulama, disebutkan juga oleh at-Thabari rahimahullah dengan sanadnya yang bersambung sampai ke Ali رَضِيَ اللََّهُ عَنْه.[11] Sebagian diantara mereka menyebutkan sebuah kisah dari Abu Bakar Abdul Aziz bin Ja’far pembantu Abu Bakar al-Khallal: bahwasanya seseorang bertanya tentang ayat ini, maka Abu Bakar bin Ja’far menjelaskan kepada orang tersebut atau kepada sebagian orang yang hadir bahwa ayat tersebut turun berkenaan dengan Abu Bakar. Orang yang bertanya tersebut berkata lagi, “Bukankah berkenaan dengan Ali?” Maka Abu Bakar bin Ja’far berkata, “Bacalah ayat setelahnya :
وَالَّذِي جَاءَ بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ ۙ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ ﴿٣٣﴾ لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ عِنْدَ رَبِّهِمْ ۚ ذَٰلِكَ جَزَاءُ الْمُحْسِنِينَ ﴿٣٤﴾ لِيُكَفِّرَ اللَّهُ عَنْهُمْ أَسْوَأَ الَّذِي عَمِلُوا وَيَجْزِيَهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ الَّذِي كَانُوا يَعْمَلُونَ
Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Rabb mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik, agar Allâh akan menutupi (mengampuni) bagi mereka perbuatan yang paling buruk yang mereka kerjakan dan membalas mereka dengan upah yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. [az-Zumar/39:33-35]
Maka si penanyapun terdiam[12] .
Lafazh ayat tersebut mutlak atau umum tidak dikhususkan pada Abu Bakar رَضِيَ اللََّهُ عَنْه atau Ali رَضِيَ اللََّهُ عَنْه, siapapun yang masuk dalam keumuman ayat tersebut masuk dalam hukum ayat tersebut. Dan tidak diragukan lagi, Abu Bakar رَضِيَ اللََّهُ عَنْه, Umar رَضِيَ اللََّهُ عَنْه, Utsman رَضِيَ اللََّهُ عَنْه dan Ali رَضِيَ اللََّهُ عَنْه merupakan orang-orang yang paling berhak masuk dalam ayat tersebut. Namun ayat tersebut tidak khusus hanya untuk mereka. Pujian dalam ayat tersebut mencakup semua shahabat, karena mereka semua datang dengan kejujuran dan keimanan. Mereka adalah penduduk bumi yang paling berhak untuk masuk dalam ayat tersebut.
Kedua : Firman Allâh Azza wa Jalla:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allâh, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar [at-Taubah/9:119]
Abu Bakar Radhiyallahu anhu adalah shiddiq , berdasarkan dalil yang sangat banyak. Jika demikian kenyataannya, maka tentu Beliau Radhiyallahu anhu masuk dalam kandungan ayat ini, bahkan Beliau Radhiyallahu anhu lebih utama daripada shahabat lainnya untuk dimasukkan dalam kandungan ayat di atas.
Ayat ini diturunkan oleh Allâh Azza wa Jalla berkenaan dengan Ka’ab bin Mâlik رَضِيَ اللََّهُ عَنْه ketika tidak ikut serta dalam perang Tâbûk. Namun saat ditanya oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang penyebab absennya dia dari peperangan tersebut, dia menjawab pertanyaan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan jujur dan menyatakan bahwa dia tidak memiliki udzur syar’i untuk tidak ikut berperang. Lalu dia bertaubat dan Allâh menerima taubatnya berkat kejujurannya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.[13]
BEBERAPA HAL MULIA TERKUMPUL PADA ABU BAKAR DALAM SATU HARI
Disebutkan dalam hadits shahih bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada para sahabatnya :
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ صَائِمًا؟ قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَا،
قَالَ: فَمَنْ تَبِعَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ جَنَازَةً؟ قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَا،
قَالَ: فَمَنْ أَطْعَمَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ مِسْكِينًا؟ قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَا،
قَالَ: فَمَنْ عَادَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ مَرِيضًا؟ قَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَا،
فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا اجْتَمَعْنَ فِي امْرِئٍ، إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Siapakah diantara kalian yang puasa pada hari ini?” Abu Bakar Radhiyallahu anhu berkata, “Saya.”
Nabi bertanya, “Siapakah diantara kalian yang mengiringi atau mengantarkan (pemakaman) jenazah pada hari ini?” Abu Bakar menjawb, “Saya.”
Nabi bertanya lagi, “Adakah diantara kalian yang memberikan makan kepada orang miskin hari ini?” Abu Bakar menjawb, “Saya.”
Nabi bertanya lagi, “Adakah diantara kalian yang menjenguk orang sakit pada hari ini?” Abu Bakar berkata, “Saya.” Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Tidaklah kebaikan-kebaikan ini berkumpul pada seseorang kecuali dia akan masuk syurga”[14]
Adakah riwayat semisal ini yang berkenaan dengan shahabat yang lain?! Ini menunjukkan keutamaan Beliau رَضِيَ اللََّهُ عَنْه. sungguh ironis, shahabat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sebaik ini masih dicela oleh orang-orang yang mengaku cinta Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengikuti ajaran Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , padahal Beliau رَضِيَ اللََّهُ عَنْه dengan tegas menyatakan bahwa Beliau رَضِيَ اللََّهُ عَنْه termasuk penduduk surga.
ABU BAKAR RADHIYALLAHU ANHU ORANG PERTAMA MASUK SURGA DARI UMAT INI
Abu Daud meriwayatkan dalam sunannya, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Abu Bakar رَضِيَ اللََّهُ عَنْه :
أَمَا إِنَّكَ يَا أبَا بَكْرٍ أَوَّلُ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي
Adapun kamu, sesungguhnya kamu wahai Abu Bakar adalah orang yang pertama masuk surga dari umat ini[15]
Ahlussunah wal Jama’ah berkeyakinan bahwa semua shahabat yang ikut serta dalam perang Badar masuk surga, begitu juga Ummahatul Mukminin, seperti Aisyah x dan yang lainnya, Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah, dan Zubair Radhiyallahu anhum. Mereka semua adalah tokoh-tokoh penduduk surga setelah para nabi.[16]
ABU BAKAR DIPANGGIL DARI SEMUA PINTU SURGA
Dalam Shahîhain disebutkan, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ أَنْفَقَ زَوْجَيْنِ فِي سَبِيلِ اللهِ نُودِيَ مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ يَا عَبْدَ اللهِ هذَا خَيْرٌ؛ فَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّلاةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّلاَةِ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجِهَادِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الْجِهَادِ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصِّيَامِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الرَّيَّانِ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّدَقَةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّدَقَةِ
فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ رضي الله عنه: بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي، يَا رَسُولَ اللهِ مَا عَلَى مَنْ دُعِيَ مِنْ تِلْكَ الأَبْوَابِ مِنْ ضَرُورَةٍ، فَهَلْ يُدْعَى أَحَدٌ مِنْ تلْكَ الأَبْوَابِ كُلِّهَا قَالَ: نَعَمْ وَأَرْجُو أَنْ تَكُونَ مِنْهُمْ
Barangsiapa menginfakkan sesuatu yang berpasangan dijalan Allâh, maka dia akan dipanggil dari beberapa pintu surga. (Penjaga mengatakan), “Wahai hamba Allâh, ini lebih baik.”
Barangsiapa yang selalu melaksanakan shalat, maka akan dipanggil dari pintu shalat.
Barangsiapa termasuk orang-orang pernah berjihad, maka akan dipanggil dari pintu jihad.
Barangsiapa gemar bersedekah, maka akan dipanggil dari pintu sedekah.
Barangsiapa tekun berpuasa, maka dipanggil dari pintu puasa dan pintu Rayyân.
Maka Abu Bakar Radhiyallahu anhu berkata, “Wahai Rasûlullâh! Seseorang tidak perlu dipanggil dari semua pintu , adakah orang yang dipanggil dari semua pintu? Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya, dan aku berharap kamu termasuk dari mereka wahai Abu Bakar”[18]
Subhânallâh, alangkah besar nikmat yang Allâh Azza wa Jalla anugerahkan kepada pribadi Abu Bakar رَضِيَ اللََّهُ عَنْه.
Sungguh orang seperti ini sangat tidak pantas mendapatkan cela, apalagi celaannya hanya berdasarkan cerita-cerita bohong atau tidak jelas asal usulnya.
(Diterjemahkan dengan sedikit perubahan dari kitab Abû Bakrin ash-Shiddîq Afdhalus Shahâbah wa Ahaqquhum bil Khilâfah)
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun XVII/1435H/2014M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Riwayat al-Bukhâri
[2]. Riwayat al-Bukhâri
[3]. Ini diungkapkan dengan menggunakan istilah saat mereka berada di dunia, karena di surga tidak ada yang tua
[4]. HR at-Tirmizdi ( 4/310)
[5]. Riwayat al-Bukhâri dan Muslim
[6]. Riwayat al-Bukhâri
[7]. Lihat, Manâkib al-‘Asyrah ( 1/401), Fadâil as-Shahâbah ( 1/83)
[8]. Abu Manshûr menyebutkan adanya ijmâ’ umat tentang orang terbaik setelah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Abu Bakr رَضِيَ اللََّهُ عَنْه, kemudian Umar رَضِيَ اللََّهُ عَنْه, kemudian Utsmân رَضِيَ اللََّهُ عَنْه, kemudian Ali رَضِيَ اللََّهُ عَنْه, kemudian sepuluh orang shahabat yang diberi kabar masuk surga, kemudian para shahabat yang ikut dalam perang Badr, kemudian yang ikut perang Uhud, kemudian yang ikut Bai’ah Ridwân, kemudian para shahabat lainnya (Lihat Târîkh khulafâ’ karya Imam Suyûthi, hlm. 44)
[9]. Lihat Minhâj as-Sunnah, (3/161, 162, 165, 246) dan (2/182) dan Majmû’ Fatâwâ ( 4/421-426) dan ( 1/224 )
[10]. HSR al-Bukhâri
[11]. Beliau berkata, “Aku diberitahu oleh Ahmad bin Manshûr, dia berkata, ‘Kami dikabari Ahmad bin Mis’ad al-Marwazi, kami dikabari oleh Umar bin Ibrâhîm bin Khâlid, dari Abdul Malik bin Umair, dari Usaid bin Shafwân, dari Ali رَضِيَ اللََّهُ عَنْه tentang firman Allâh : وَالَّذِي جَاءَ بِالصِّدْقِ (yang datang dengan membawa kebenaran ), Ali رَضِيَ اللََّهُ عَنْه berkata, ‘Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam “ dan وَصَدَّقَ بِهِ (dan yang membenarkannya), Ali رَضِيَ اللََّهُ عَنْه berkata, “Maksudnya adalah Abu Bakr.”-Dari tafsir Ibnu Jarîr rahimahullah
[12]. Aku berkata: penanya beranggapan ali besar didalam islam, dan tidak menemukan masa jahiliyah
[13]. Lihat Minhaj as-Sunnah, ( 1/214 ) (4/276, 51-53, 72 )
[14]. HSR Muslim
[15]. Abu Daud ( 4/295 )
[16]. Minhâj as-Sunnah ( 4/45 )
[17]. Karena dipanggil dari satu pintu saja sudah cukup untuk menggapai tujuan yaitu masuk surga
[18]. HSR al-Bukhâri dan Muslim dari Abi Hurairah رَضِيَ اللََّهُ عَنْه