TIME TUNNEL. Suatu pagi selepas dluha masjid Madinah begitu ramai, terutama tenda tempat Sa’d ibn Mu’adz di depan masjid. Dan aku mencoba bertanya dengan seorang lelaki yang tengah berteduh dibawah pohon kurma.
“Ada apakah gerangan di masjid begitu ramai hari ini?”, tanyaku
“Sahabat Anshar dari suku Aus, Sa’d ibn Mu’adz telah menghadap Allah Ta’ala”, jawabnya.
“Bolehkah saya mendengar kisah beliau?”, pintaku
Beliau menghadap Allah setelah menderita luka dari perang Khandaq dan setelah membuat keputusan yang gemilang atas pembangkangan Yahudi Bani Quraizhah. “Kalau begitu, aku putuskan bunuh semua laki-laki Bani Quraizhah, bagikan harta-benda mereka, tawan para wanita dan anak-anak mereka!” ucap Sa’d ibn Mu’adz.
Pada beberapa saat yang lalu ketika Rasulullah ﷺ menjenguk beliau jelang terakhir hayatnya. Diraihnya kepala Sa’d ibn Mu’adz dan diletakkan dipangkuan Rasulullah ﷺ, lalu berdo’alah Rasulullah ﷺ : “Ya, Allah, Sa’d ibn Mu’adz telah berjihad dijalan-Mu; ia telah membenarkan Rasul-Mu dan telah memenuhi kewajibannya. Maka terimalah ruhnya sebaik-baiknya dengan cara Engkau menerima ruh …..”
Rupanya do’a itu menyejukkan dan menentramkan ruh yang hendak pergi. Dengan susah payah Sa’d ibn Mu’adz mencoba membuka kedua matanya seraya berkata : “Salam atasmu, wahai Rasulullah ….! Ketahuilah bahwa aku mengakuimu bila Anda adalah Rasulullah !”
Rasulullah ﷺ pun memandangi wajah Sa’d ibn Mu’adz lalu berkata : “Kebahagiaan bagimu wahai Abu Amr …!”
Lelaki di bawah pohon kurma itupun menceritakan saat Abu Sa’id al-Khudri salah seorang yang menggali makam Sa’d ibn Mu’adz mengatakan bahwa setiap satu lapis tanah tercium wangi kesturi hingga sampai ke liang lahat.
* * * * * * *
Dalam sebuah majelis tiga hari kemudian aku mendapat keterangan tambahan tentang Sa’d ibn Mu’adz. Beliau bersyahadat pada usia 31 tahun dan menemui syahidnya diusia 37 tahun. Beliau adalah lelaki yang berwajah tampan berseri, tubuhnya tinggi jangkung dengan badan gemuk gempal.
Sa’at Mush’ab bin Umeir diutus Rasulullah ﷺ mendakwahkan Islam di Madinah, Sa’d ibn Mu’adz segera berlari ke rumah As’ad bin Zurarah untuk mengusir Mush’ab bin Umeir keluar Madinah. Tetapi saat mendekati majelis Mush’ab bin Umeir dada Sa’d ibn Mu’adz seperti tertiup udara segar dan terasa nyaman, Allah berkenan menerangi jiwa dan ruhnya.
* * *
Tatkala Rasulullah ﷺ hijrah ke Madinah, maka rumah-rumah kediaman Bani Abdil Asyhal, kabilahnya Sa’d ibn Mu’adz membuka lebar-lebar pintunya untuk Muhajirin berikut harta kekayaan mereka untuk digunakan tanpa batas, tidak perlu rendah diri dan tak usah risau dengan tagihan bon perhitungan.
Dan tatkala menjelang perang Badr, Rasulullah ﷺ mengumpulkan seluruh sahabat Muhajirin dan Anshar seraya berkata : “Kemukakanlah buah pikiran kalian, wahai sahabat ….!”
Maka bangkitlah Sa’d ibn Mu’adz lalu berkata : “Wahai Rasulullah ….. ! Kami telah beriman kepadamu, kami percaya dan mengakui bahwa apa yang anda bawa itu adalah kebenaran, dan telah kami berikan pula ikrar dan janji kami. Maka laksanakan terus ya Rasulullah apa yang Anda inginkan, kami akan selalu bersama Anda…. ! Dan demi Allah yang mengutus Anda membawa kebenaran! Seandainya Anda menghadapkan kami ke lautan ini lalu Anda menceburkan diri ke dalamnya, pastilah kami akan ikut mencebur, tak seorang pun yang akan mundur, dan kami tidak keberatan untuk menghadapi musuh esok pagi! Sungguh, kami tabah dalam pertempuran dan teguh menghadapi perjuangan …. ! Dan semoga Allah akan memperlihatkan kepada Anda tindakan kami yang menyenangkan hati ….! Maka marilah kita berangkat dengan berkah Allah Ta’ala ….!”
Wajah Rasulullah pun bersinar penuh keridlaan, bangga dan bahagia mendengar ucapan Sa’d ibn Mu’adz, lalu beliau bersabda : “Marilah kita berangkat dan besarkan hati kalian karena Allah telah menjanjikan kepadaku salah satu diantara dua golongan! …. Demi Allah, ….. sungguh seolah-olah tampak olehku kehancuran orang-orang itu …..!”
* * *
Tatkala perang Uhud, ketika kaum Muslimin bercerai berai disebabkan ketidak-taatan atas perintah Rasulullah ﷺ, takkan sulit bagi penglihatan menemukan Sa’d ibn Mu’adz yang seolah-oleh membumikan kakinya di dekat Rasulullah, mempertahankan dan membela mati-matian beliau.
Kemudian saat perang Khandaq, saat persekongkolan licik kaum Quraisy dan segolongan Yahudi Bani Quraizhah secara diam-diam hendak memerangi kaum Muslimin dari dalam Madinah padahal telah ada perjanjian dengan Rasulullah sebelumnya. Maka Rasulullah mengutus Sa’d ibn Mu’adz dan Sa’d ibn Ubadah untuk menyelidiki sikap Bani Quraizhah sesungguhnya. Dan alangkah mengejutkan kedua utusan Nabi karena Ka’b ibn ‘Asad pemimpin Bani Quraizhah berkata : “Tak ada persetujuan atau perjanjian antara kami dengan Muhammad ….. !”
* * *
Setelah melewati masa perundingan dengan pihak-pihak yang menginginkan Madinah hancur berlalu tanpa hasil. Dalam salah satu perjalanan patrolinya lengan Sa’d ibn Mu’adz tersambar anak panah yang dilepaskan oleh salah seorang musyrik. Darah menyembur dari pembuluhnya. Dan Nabi memerintahkan untuk membuat tenda dekat masjid agar beliau bisa berada dekat dengan Sa’d ibn Mu’adz aat perawatan. Dalam masa perawatan Sa’d ibn Mu’adz mengarahkan pandangan matanya ke langit, sembari berdo’a : “Ya Allah, jika dari peperangan dengan Quraisy ini masih ada Engkau sisakan, maka panjangkanlah umurku untuk menghadapinya! Karena tak ada golongan yang diinginkan untuk menghadapi mereka daripada kaum yang telah menganiaya Rasul-Mu, telah mendustakan dan mengusirnya ….! Dan seandainya Engkau telah mengakhiri perang antara kami dengan mereka, jadikanlah kiranya musibah yang telah menimpa diriku sekarang ini sebagai jalan untuk menemui syahid ….! Dan janganlah aku dimatikan sebelum tercapainya yang memuaskan hatiku dengan Banu Quraizhah …!”
Dan permohonannya dikabulkan oleh Allah. Luka yang dideritanya menjadi penyebab yang mengantarkannya ke pintu syahid setelah hatinya terobati terhadap penghianatan Bani Quraizhah dengan keputusannya; “Menurut pertimbanganku, orang-orang yang ikut berperang diantara mereka hendaklah dihukum bunuh. Perempuan dan anak-anak mereka jadi tawanan, sedangkan harta kekayaan mereka dibagi-bagi …..!”
Mendengar putusan itu, Nabi bersabda, “Kau telah memberi keputusan dengan hukum Allah diatas tujuh lembar kertas.”
* * *
Tak ada wanita yang dibunuh Nabi, kecuali seorang sebagai kisas karena telah melempar kepala Khallad ibn Suwaid dengan batu penggilingan hingga meninggal. Beberapa orang dari Bani Quraizhah yang masuk Islam dan mereka yang tidak ada di tempat karena sesuatu alasan pun selamat jiwanya, keluarga dan harta mereka. Harta ganimah dibagi sesuai ketentuan, sedangkan para tawanan dikirim ke Najd, Tihamah dan Syiria.
------------------------------------
Inspirasi :
Hayat Muhammad (Sejarah Hidup Muhammad), Dr. Muhammad Husain Haekal, Ph.D, Penerbit : P.T. Pustaka Litera Antar Nusa Jakarta-Bogor, Cetakan Kesebelas, Januari 1990.
Rijal Haolar Rasul (Karakteristik Perihidup 60 Shahabat Rasulullah), Khalid Muhammad Khalid, Penerbit :
CV. Penerbit Diponegoro Bandung, Cetakan keduapuluh 2006.
Taht Râyah al-Rasûl (Perang Muhammad), Dr. Nizar Abazhah,
Penerbit Zaman Jakarta, Cetakan Pertama 1432 H / 2011 M.