Note Trip, 28 Rabiul Awwal 1439 H. Kembali desas-desus ajakan natalan bagi kaum Muslimin coba terus didengungkan berselimut toleransi yang kebablasan. Beberapa waktu lalu saat makan di sebuah warung angkringan di Salatiga, terdengar pembicaraan yang sekira sebagai berikut :
Paimin : "Ikut makan-makan di rumahnya Juventino yuk bro...!"
Paino : "Acara apaan?"
Paimin : "Natalan tho, ini khan Desember"
Paino : "Weih..., makasih nggak ikut aku, mending ngerjain yang lain"
Paimin : "Knapa bro? Haram ya? Bukankah kewajiban seorang Muslim memenuhi undangan?"
Paino : "Dalilmu jungkir balik, ora mutu!"
Paimin : "Walah... kyaimu ra mutu, iki khan masalah sosial bro, bukan ibadah"
Paino : "Rasulullah ﷺ itu teladanku, aku belum pernah beliau bersosial-kemasyarakatan kayak gitu, demikian juga generasi terbaik yang ditunjuk beliau jadi acuan."
Paimin : "Yesus khan nabi Isa bro! Kitab yang dibawa sama, Injil."
Paino : "Bagi seorang Muslim, nabi Isa عليه السلام itu bukan Yesus yang disangkakan oleh kaum kristiani sebagai tuhan, bagi seorang Muslim nabi Isa عليه السلام itu hamba Allah yang dijadikan nabi dan diamanati al-Kitab (Injil) (lihat QS 19 : 30), dan tak pantas bagiku menyelisihi al-Qur'an dan sunnah"
Keren, makin banyak ummat Islam yang semakin paham akan ajaran agamanya dan senantiasa terus belajar dan mengamalkannya. Barokallahu fikum.