Ibnu Tayyah menghadap kepada Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib dan melapor : “Wahai Amirul Mukminin, Baitul Mal sudah dipenuhi oleh emas dan perak.,” Dia menjawab : “Allahu Akbar”. Kemudian, dia berdiri sambil bertelekan ke bahu Ibnu Tayyah dan berjalan sehingga ketika sampai di Baitul Mal, dia membaca syair : “Inilah panen saya dan yang terbaik padanya,“ sedangkan setiap orang yang memetik, maka tangannya akan menuju ke mulutnya.
Wahai Ibnu Tayyah. kumpulkan semua orang tua yang ada di Kufah. Kemudian diumumkanlah hal itu di depan khalayak ramai, maka ia menyerahkan semua yang ada di Baitul Mal sambil berkata : “Wahai si kuning dan si putih (emas dan perak) perdayalah orang selainku,’ Sehingga, habislah semua yang ada di Baitul Mal dan tidak ada yang tersisa satu dinar dan dirham pun. Kemudian, dia memerintahkan untuk membersihkan Baitul Mal dan shalat dua rakaat.”
Mu’awiyah bin Abu Shafyan berkata kepada Dhirar bin Dhamrah: “Beritakan kepada saya sifat-sifat Ali.” Dia berkata : “Apakah kamu akan melindungiku?” “Katakan saja itu kepada saya.” Dhirar kembali bertanya : “Apakah kamu akan melindungiku?” Dia menjawab : “Tidak, saya tidak akan melindungimu.” Dhirar berkata : “Kalau begitu saya akan mengatakannya kepadamu, demi Allah, sesungguhnya ia berpandangan jauh ke depan, dia sangat kuat, dia berbicara dengan sangat ringkas dan tepat, dia menghukum dengan adil, ilmu pengetahuan menyemburat dari seluruh sisinya (perbuatan dan perkataannya). Dia berbicara dengan penuh hikmah (bijaksana) dari segala segi. Dia menyepi dari dunia dan segala perhiasannya. Dia berteman dengan (ibadah) malam dan kegelapannya. Demi Allah, dia banyak menangis karena takut kepada Allah, banyak bertafakur, setelah berusaha. Dia selalu menghitung-hitung dirinya. Dia lebih menyukai pakaian yang kasar, makanan orang fakir. Dia seperti salah seorang yang biasa dan kami yang akan memenuhi panggilan apabila kami memanggilnya. Dia akan memulai mengucapkan salam apabila bertemu dengan kami. Demi Allah, walaupun kami adalah para bawahannya. Kami tidak berbicara dengannya dalam keadaan takut, kami tidak selalu mendahulukan dia dalam berpendapat. Jika dia tersenyum, giginya terlihat seperti mutiara yang tersusun rapi. Dia menghormati ahli agama, mencintai kaum fakir miskin. Di hadapannya orang-orang yang kuat tidak akan berani berbuat batil dan orang-orang yang lemah tidak akan berputus asa dari keadilannya. Demi Allah, sungguh saya sudah menyaksikannya pada suatu kesempatan di suatu malam yang kelam. Di atas tempat beribadahnya, dia memegang jenggotnya dan berguling-guling seperti orang yang digigit ular. Dia menangis seperti orang yang sedang bersedih. Saya mendengarnya berkata : “Wahai dunia, apakah kamu yang tampil ke hadapanku ataukah engkau yang rindu kepadaku? Tidak mungkin! tidak mungkin! Perdayalah olehmu orang-orang selain aku, saya telah menalak kamu tiga kali dan tidak ada rujuk padanya, umurmu pendek, kehidupanmu hina, bahayamu besar sekali... Aduhai, betapa sedikitnya bekalku, betapajauhnya perjalanan yang akan ditempuh. dan betapa sepinya perjalanan itu!”
Sctelah Dhirar mengatakan semua itu, air mata Mu’awiyah meieleh sehingga membasahi jenggotnya dan dia mengusapnya iengaii saku bajunya sedangkan semua orang yang ada di sekelilingnya juga menangis terisak-isak. Kemudian Mu’awiyah berkata:
“SemogaAllah merahmati ayah 1-lusain, demi Allah dia memang sepeiti jtu ....“ Setelah itu, Mu’awiyah berkata lagi: “Bagaimanakah kesedihanmu terhadapnya, wahai Dhirar?” Dia menjawab: “Seperti kesedihan seorang wanita yang anaknya disembelih di dalam rumahnya, lalu air matanya tidak akan pernah kering, kesedihannya tidak akan pernah terhenti.” Kemudian dia berdiri dan keluar....”
WASIAT ALI BIN ABI THALIB
“Sesungguhnya ketakutan yang paling saya takuti adalah menuruti hawa nafsu dan panjangnya angan-angan duniawi. Sikap menuruti hawa nafsu akan menjadi penghalang dari kebenaran, sedangkan angan-angan yang panjang akan membuat kita lupa akhirat. Bukankah dunia ini berlalu sambil melambaikan tangan selamat jalan? Bukankah akhirat berjalan maju ke depan? Sedangkan, keduanya (dunia dan akhirat) memiliki penduduk masing-masing. Maka, jadilah kamu penduduk akhirat dan janganlah kamu menjadi penduduk dunia karena hari dunia ini adalah hari beramal yang tidak akan dihisab sedangkan hari akhirat adalah hari penghisaban yang tidak ada waktu untuk beramal.”
Pada suatu ketika, Ali r.a. mengiringi jenazah. Tatkala mayat itu diletakkan di liang lahad, para keluarganya menangis dan meraung. Ali berkata : “Sekiranya mereka melihat dengan mata kepala mereka apa-apa yang dilihat oleh mayat itu, mereka akan lupa kepada mayat mereka karena dahsyatnya apa-apa yang mereka lihat itu. Sesungguhnya mereka pasti akan kembali kepada mayat mereka itu dan pasti kembali, sehitigga tidak satu pun dari mereka yang tersisa ....“ Kemudian Ali r.a. berdiri dan berkata : “Saya berpesan kepada kamu semua, wahai hamba Allah agar kamu bertakwa kepada Allah yang telah memberikan kepada kamu pengalaman yang akan kamu jadikan sebagai pelajaran. Dia telah menetapkan ajalmu. Dia menciptakan pendengaran yang akan menyadari apa-apa yang didengar. Dia telah menciptakan penglihatan agar kamu dapat melihat dari semua kegelapan. Dia telah menciptakan hati agar dapat memahami apa-apa yang tersirat. Sesungguhnya Allah tidaklah menciptakan kamu dengan sia-sia dan tidak pula menurunkan peringatan dengan begitu saja. Dia memuliakan kamu dengan nikmat-nikmat yang luas dan menyediakan bagimu balasan-balasan. Maka, bertakwalah kamu kepada Allah, bersungguh-sungguhlah dalam meminta kepada-Nya, dan bersegeralah untuk beramal sebelum datangnya penghancur kelezatan dunia (mati) karunia sesungguhnya kenikmatan dunia ini tidak akan kekal dan kesusahannya tidak dapat kita pastikan akan selalu terelak dari kita. Dunia adalah bayangan yang menipu dan sandaran yang rapuh. Wahai para hamba Allah, ambillah pelajaran-pelajaran dari kejadian- kejadian dan pengalaman; hendaklah kamu sadar dengan peringatan, manfaatkanlah ajaran-ajaran, seakan-akan kamu sekarang ini sudah menggantungkan kuku-kuku kematian yang akan mencengkerammu dan bergabung ke rumah tanah. Kamu dikejutkan oleh hal-hal yang dahsyat dengan tiupan terompet, kebangkitan dari kubur, penghalauan Padang Mahsyar, sidang-sidang penghisaban di bawah pantauan Yang Maha Kuat lagi Perkasa. Setiap orang akan mempunyai pengarah yang akan membawanya ke Mahsyar dan sekaligus akan menjadi saksi terhadapnya : ‘Teranglah bendera bumi (Padang Mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing), serta didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi dan keputusan diberikan kepada mereka dengan adil, sedangkan mereka tidak akan dizhalimi.’ (az-Zumar : 69) Maka, pada hari itu semua negeri akan bergoncang, semua orang akan saling memanggil meminta tolong, seluruh binatang buas akan dikumpulkan, seluruh rahasia akan ditampakkan, seluruh dada akan bergoncang, neraka akan dibuka sedangkan Jahim sudah menyala dan Hamim sudah membara. Wahai para hamba Allah, takutlah kamu kepada Allah sebagaimana takutnya orang yang gemetar dan sangat berhati-hati serta awas. Dia akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk keselamatannya. Dia akan berpacu dalam mencari keselamatan, dan dia akan menghadap ke hari yang dijanjikan dengan bekal yang dibawanya. Cukup Allah sajalah yang akan menjadi pembalas dan penolong kita, cukup pulalah kitab penghisaban yang akan menjadi bukti amal kita, serta cukup surga sajalah yang akan menjadi balasan kita, sedangkan neraka adalah hukuman dan bencana yang paling dahsyat. Saya mohon ampun kepada Allah untuk diriku dan kamu.”
----------------------------------------------
MEMPERTAJAM KEPEKAAN SPIRITUAL, Majdi Muhammad Asy-Syahawy, Bina Wawasan Press, Jakarta 2001, halaman 14 - 18.