يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ
ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ اللَّـهَ وَأَطِيعُوا۟ الرَّسُولَ
وَلَا تُبْطِلُوٓا۟ أَعْمٰلَكُمْ
Hai orang-orang yang beriman, ta’atlah kepada Allah dan ta’atlah kepada rasul dan Janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu. (QS. 47 : 33).
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا۟
وَصَدُّوا۟ عَن سَبِيلِ اللَّـهِ ثُمَّ مَاتُوا۟ وَهُمْ
كُفَّارٌ فَلَن يَغْفِرَ اللَّـهُ لَهُمْ
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah kemudian mereka mati dalam keadaan kafir, maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampun kepada mereka. (QS. 47 : 34).
فَلَا تَهِنُوا۟ وَتَدْعُوٓا۟
إِلَى السَّلْمِ وَأَنتُمُ الْأَعْلَوْنَ وَاللَّـهُ
مَعَكُمْ وَلَن يَتِرَكُمْ أَعْمٰلَكُمْ
Janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang di atas dan Allah (pun) beserta kamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi (pahala) amal-amalmu. (QS. 47 : 35).
إِنَّمَا الْحَيَوٰةُ
الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۚ وَإِن تُؤْمِنُوا۟
وَتَتَّقُوا۟ يُؤْتِكُمْ أُجُورَكُمْ وَلَا يَسْـَٔلْكُمْ
أَمْوٰلَكُمْ
Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu. (QS. 47 : 36).
إِن يَسْـَٔلْكُمُوهَا فَيُحْفِكُمْ تَبْخَلُوا۟ وَيُخْرِجْ أَضْغٰنَكُمْ
Jika Dia meminta harta kepadamu lalu mendesak kamu (supaya memberikan semuanya) niscaya kamu akan kikir dan Dia akan menampakkan kedengkianmu. (QS. 47 : 37).
هٰٓأَنتُمْ هٰٓؤُلَآءِ
تُدْعَوْنَ لِتُنفِقُوا۟ فِى سَبِيلِ اللَّـهِ فَمِنكُم
مَّن يَبْخَلُ ۖ وَمَن يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ
عَن نَّفْسِهِۦ ۚ وَاللَّـهُ الْغَنِىُّ وَأَنتُمُ
الْفُقَرَآءُ ۚ وَإِن تَتَوَلَّوْا۟ يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا
غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوٓا۟ أَمْثٰلَكُم
Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada orang yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berhendak (kepada-Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini). (QS. 47 : 38).Tafsir Ayat
QS. 47 : 33. Taat kepada Allah ialah melaksanakan hanyalah perintah Allah. Adapun perintah manusia, jika tidak berlawanan dengan apa yang diperintahkan oleh Allah, bolehlah dia diikuti. Tetapi jika berlawanan, maka diwaktu itu yang wajib ditaati hanyalah perintah Allah. Karena Nabi ﷺ bersabda : "Tidak ada ta'at kepada makhluk di dalam mendurhakai Khaliq."
Adapun menta'ati perintah Rasul adalah karena taat kepada perintah Allah jua. Kalau bukan Allah yang memerintahkan, niscaya yang akan kita ta'ati hanya satu, perintah Allah semata-mata.
"... dan Janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu." Suatu amalan menjadi batal itu artinya tidak lagi diterima Allah, karena amalan itu telah bercampur aduk dengan yang lain, tidak lagi persis menurut yang diturunkan oleh Allah dan Rasul.
Misalnya kita mengerjakan sholat Ashar sebagai suatu kewajiban yang diperintahkan oleh Allah dengan tata cara yang telah Rasul ajarkan, sebab Rasul ﷺ bersabda : "Sholatlah kamu sebagaimana kamu lihat aku sholat."
Tetapi sholat yang kita kerjakan di waktu ashar menjadi batal apabila tidak menurut contoh yang diajarkan Nabi, semisal raka'atnya menjadi lima atau niat sholat bukan karena Allah dan sebagainya.
Latar Belakang Turunnya Ayat
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Shahabat Rasulullah ﷺ ada yang menganggap tidak menjadi dosa berbuat ma’siat setelah mengucapkan “la ilaha ilallah”. Hal ini didasarkan kepada sesuatu ketetapan bahwa amal seseorang tidak akan diterima kalau diikuti dengan syirik”. Ayat ini (S. 47 : 33) turun berkenaan dengan peristiwa di atas yang memberikan petunjuk bagaimana caranya taat kepada Allah. Setelah turun ayat ini (S. 47 : 33) para shahabat berhati-hati dalam melaksanakan amalnya. Diriwayatkan oleh lbnu Abi Hatim dan Muhammad bin Nashar al-Marwazi di dalam Kitabush Shalat yang bersumber dari Abil ‘Aliyah.
QS. 47 : 34. "Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah kemudian mereka mati dalam keadaan kafir,...". Itulah suatu sikap hidup yang sangat malang dan buruk sekali. Sudah terang kafir, tidak mau percaya seruan yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ. Apalagi disertai sikap dengan aksi menantang gerak-gerik Rasulullah ﷺ menyebarkan ajaran yang beliau terima dari Allah. Sikap membantah dan melawan yang keras dibawa sampai ajalnya. Mati dalam keadaan melawan, mati dalam keadaan kafir.
"..., maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampun kepada mereka". Putusan Allah sangatlah keras.
QS. 47 : 35. "Janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang di atas dan Allah (pun) beserta kamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi (pahala) amal-amalmu". Inilah disiplin yang keras terhadap orang yang beriman, bila berhadapan dengan orang-orang yang disebut penentang jalan Allah ta'ala. Tunjukkan sikap bahwa kita manusia yang mempunyai pendirian. Jangan takut menghadapi orang yang demikian, sebab kita lebih tinggi disi Allah karena yang kita pertahankan ialah agama Allah, ta'at kepada Allah dan ta'at kepada Rasulullah ﷺ. Dan Allah menjamin bahwa tidak akan membiarkan amalan kita terlantar.
QS. 47 : 36. "Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau...". Ungkapan yang tepat dalam hal-ikhwal dunia. Ini yang telah diungkapkan oleh al-Qur'an. Tidak ada yang sungguh-sungguh, tidak lebih daripada sandiwara, tetapi tidak boleh dipandang enteng. Allah pun menunjukkan jalan yang harus di tempuh agar etiket dan protokol terlalu mengikat kita, permainan jangan dianggap memberatkan diri.
".... Dan jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu". Yang sangat penting dibawa ke tengah medan dakwah oleh orang beriman ialah rasa iman dan takwa kepada Allah, karena iman dan takwa sangat mempengaruhi pertumbuhan pribadi seseorang. Allah jamin orang yang beriman dan bertakwa akan menguasai jalannya dan menganugerahkan suri-tauladan, sebab hatinya yang ikhlas kepada Allah.
QS. 47 : 37. "Jika Dia meminta harta kepadamu lalu mendesak kamu (supaya memberikan semuanya) niscaya kamu akan kikir dan Dia akan menampakkan kedengkianmu". Ini pun sebagai akibat dari dunia yang penuh dengan permainan dan sendau-gurau, lambat laun Allah akan memunculkan kebusukan mereka.
QS. 47 : 38. "Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah....". Inilah perangai manusia yang lemah, jika diri tidak dikendalikan oleh iman dan takwa seperti disebut dalam ayat-ayat sebelumnya.
".... Maka di antara kamu ada orang yang kikir,...". Jika diminta pengurbanan akan diam 1000 bahasa !
",
dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya
sendiri....". Bahwa orang yang kikir, bakhil dan pelit bukanlah menguntungkan dirinya, melainkan merugikannya. Orang bakhil menjadi buah olok-olok orang dan menurunkan derajat martabatnya.
".... Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berhendak (kepada-Nya);...". Allah memberi peringatan bahwa sebenarnya Allah-lah yang kaya raya. Adapun kita manusia tidaklah mempunyai apa-apa. Apabila kekayaan emas dan perak dan uang, dia yang punya akan timbullah bakhil. Tetapi apabila dia insafi tidak ada yang dia punyai, bahkan nyawanya sendiri dan raganya tidak juga dia yang empunya.
"...; dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini)". Kalau keshalehan tidak ada lagi, janganlah heran kalau hancur semua. Dan sebelum hancur janganlah heran jika Allah menyerahkannya kepada tangan lain yang sanggup memimpinnya, yang mendahulukan keperluan bersama daripada kepentingan pribadi.
---------------
Bibliography :
Tafsir Al-Azhar Juzu' XXVI, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit Pustaka Islam Surabaya, cetakan ketiga 1984, halaman 120 - 127.
Al Qur'aan dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an, Depag, Pelita II/ 1978/ 1979, halaman 834 - 835.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke -5, 1985, halaman 461.
Tulisan Arab Al-Qur'an.
".... Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berhendak (kepada-Nya);...". Allah memberi peringatan bahwa sebenarnya Allah-lah yang kaya raya. Adapun kita manusia tidaklah mempunyai apa-apa. Apabila kekayaan emas dan perak dan uang, dia yang punya akan timbullah bakhil. Tetapi apabila dia insafi tidak ada yang dia punyai, bahkan nyawanya sendiri dan raganya tidak juga dia yang empunya.
"...; dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini)". Kalau keshalehan tidak ada lagi, janganlah heran kalau hancur semua. Dan sebelum hancur janganlah heran jika Allah menyerahkannya kepada tangan lain yang sanggup memimpinnya, yang mendahulukan keperluan bersama daripada kepentingan pribadi.
---------------
Bibliography :
Tafsir Al-Azhar Juzu' XXVI, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit Pustaka Islam Surabaya, cetakan ketiga 1984, halaman 120 - 127.
Al Qur'aan dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an, Depag, Pelita II/ 1978/ 1979, halaman 834 - 835.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke -5, 1985, halaman 461.
Tulisan Arab Al-Qur'an.