Di dalam buku "Ihya’ Ulumiddin" karya Imam Al-Ghazali رحمه الله, halaman 512 beliau menuliskan bahwa bersabda Nabi ﷺ
: “Idzaa sami-tumun nidaa-a faquuluu mitsla maa yaquulul muadzdzin”. (Apabila kamu mendengar seruan adzan, maka ucapkanlah apa yang diucapkan oleh muadzdzin itu).
Mengucapkan yang demikian itu adalah sunat, kecuali mengenai :
“Hayya ‘alash-sholaah” dan “Hayya ‘alal falaah”, maka ucapkan pada keduanya “Laa haula wa laa quwwata illa billaah”. Dan pada ucapan muadzdzin : “Qodqoomatish-sholaah”, maka pendengar mengucapkan : “’Aqaamanallaahu wa adaamahaa maa daamatis samaa waatu wal ardl” (Ditegakkan Allah kiranya sholat itu dan dikekalkan-Nya selama kekal langit dan bumi).
Dan pada tatswib, yaitu ucapan muadzdzin pada sholat subuh; “Ashsholaatu khoirum-minan-nauum” (Sholat itu lebih baik daripada tidur), maka pendengarnya mengucapkan “Shodaqta wa bararta wa nashahta” (Benar engkau telah berbuat kebajikan dan engkau telah memberi nasehat).
Ketika selesai adzan, maka dibacakan do’a, yaitu :
“Allahumma robbahaadzihid da’watittaammati wash-sholaatil qoo-imati, aati Muhammadanil wasiilaata wal fadliilata wad darajatar rafii’ata wab ‘atshul maqoomal mahmuudal ladzii wa ‘adtahu, innaka laa tukhliful mii ‘aad” (Ya Allah, Ya Tuhanku yang memiliki do’a ini, yang sempurna dan sholat yang berdiri tegak. Berikanlah kepada Muhammad jalan kelebihan dan derajat tinggi. Dan bangkitkanlah dia pada tempat terpuji yang telah Engkau janjikan! Sesungguhnya Engkau tiada menyalahi janji).
Di dalam buku "Mukhtashar-Zadul Ma'ad" karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah رحمه الله, halaman 137, beliau menuliskan bahwa berdo'a untuk diri sendiri setelah mengucapkan do'a seusai adzan dan memohon karunia Allah ta'ala, niscaya Dia akan mengabulkannya. Disebutkan di dalam hadits shahih, Beliau ﷺ bersabda; "Do'a tidak akan tertolak antara adzan dan iqomah". Sahabat bertanya; "Apa yang harus kami ucapkan wahai Rasulullah?". Beliau menjawab ; "Mohonlah afiat kepada Allah di dunia dan di akhirat". (HR. at-Tirmidzy dan Ahmad).
Pada beberapa riwayat Rasulullah ﷺ banyak mengajarkan kepada para sahabat do'a ke'afiatan. Di dalam buku "Tarjamah Riadhus Shalihin 2" halaman 370-371, Rasulullah ﷺ mengajarkan kepada Ibnu Umar رضي الله عنهما do'a sebagai berikut :
"Allahumma inni a’udzu bika min zawali ni’matika wa tahawwuli afiyatika wafaj’atiniqmatika wa jami’i sakhotika" (Wahai Tuhanku, bahwasannya aku berlindung diri dengan Engkau dari kehilangan nikmat, dari berpindah ke'afiatan, dari datang bencana dengan tiba-tiba dan dari segala kemarahan Engkau).
-----------------------------
Bibliography :
Tarjamah Riadhus Shalihin 2, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979.
Ihya’ Ulumiddin Jilid 1, Imam Al-Ghazali, Penerbit CV. Faizan Jakarta, cetakan kesembilan 1986.
Mukhtashar-Zadul Ma'ad, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah رحمه الله, Penerbit Pustaka Azzam Jakarta, cetakan pertama, Pebruari 1999.
Mengucapkan yang demikian itu adalah sunat, kecuali mengenai :
“Hayya ‘alash-sholaah” dan “Hayya ‘alal falaah”, maka ucapkan pada keduanya “Laa haula wa laa quwwata illa billaah”. Dan pada ucapan muadzdzin : “Qodqoomatish-sholaah”, maka pendengar mengucapkan : “’Aqaamanallaahu wa adaamahaa maa daamatis samaa waatu wal ardl” (Ditegakkan Allah kiranya sholat itu dan dikekalkan-Nya selama kekal langit dan bumi).
Dan pada tatswib, yaitu ucapan muadzdzin pada sholat subuh; “Ashsholaatu khoirum-minan-nauum” (Sholat itu lebih baik daripada tidur), maka pendengarnya mengucapkan “Shodaqta wa bararta wa nashahta” (Benar engkau telah berbuat kebajikan dan engkau telah memberi nasehat).
Ketika selesai adzan, maka dibacakan do’a, yaitu :
“Allahumma robbahaadzihid da’watittaammati wash-sholaatil qoo-imati, aati Muhammadanil wasiilaata wal fadliilata wad darajatar rafii’ata wab ‘atshul maqoomal mahmuudal ladzii wa ‘adtahu, innaka laa tukhliful mii ‘aad” (Ya Allah, Ya Tuhanku yang memiliki do’a ini, yang sempurna dan sholat yang berdiri tegak. Berikanlah kepada Muhammad jalan kelebihan dan derajat tinggi. Dan bangkitkanlah dia pada tempat terpuji yang telah Engkau janjikan! Sesungguhnya Engkau tiada menyalahi janji).
Di dalam buku "Mukhtashar-Zadul Ma'ad" karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah رحمه الله, halaman 137, beliau menuliskan bahwa berdo'a untuk diri sendiri setelah mengucapkan do'a seusai adzan dan memohon karunia Allah ta'ala, niscaya Dia akan mengabulkannya. Disebutkan di dalam hadits shahih, Beliau ﷺ bersabda; "Do'a tidak akan tertolak antara adzan dan iqomah". Sahabat bertanya; "Apa yang harus kami ucapkan wahai Rasulullah?". Beliau menjawab ; "Mohonlah afiat kepada Allah di dunia dan di akhirat". (HR. at-Tirmidzy dan Ahmad).
Pada beberapa riwayat Rasulullah ﷺ banyak mengajarkan kepada para sahabat do'a ke'afiatan. Di dalam buku "Tarjamah Riadhus Shalihin 2" halaman 370-371, Rasulullah ﷺ mengajarkan kepada Ibnu Umar رضي الله عنهما do'a sebagai berikut :
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ
"Allahumma inni a’udzu bika min zawali ni’matika wa tahawwuli afiyatika wafaj’atiniqmatika wa jami’i sakhotika" (Wahai Tuhanku, bahwasannya aku berlindung diri dengan Engkau dari kehilangan nikmat, dari berpindah ke'afiatan, dari datang bencana dengan tiba-tiba dan dari segala kemarahan Engkau).
-----------------------------
Bibliography :
Tarjamah Riadhus Shalihin 2, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979.
Ihya’ Ulumiddin Jilid 1, Imam Al-Ghazali, Penerbit CV. Faizan Jakarta, cetakan kesembilan 1986.
Mukhtashar-Zadul Ma'ad, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah رحمه الله, Penerbit Pustaka Azzam Jakarta, cetakan pertama, Pebruari 1999.
.
BalasHapuswedew selama ini aku cuman ndenegerin aja
AKU PERGI DULU, MUNGKIN KU TAKKAN KEMBALI
.