Mari kita perhatikan seorang tukang parkir. Setiap hari hilir mudik silih berganti berbagai kendaraan yang parkir di tempatnya. Mulai dari mobil baru dan mahal, sampai motor lama yang ada penyok hampir di setiap sisinya.
Perhatikanlah bagaimana ekspresi tukang parkir itu manakala ada kendaraan datang dan kendaraan itu diambil kembali oleh pemiliknya. Sama sekali tak ada tanda-tanda berat hati saat kendaraan-kendaraan itu diambil kembali. Apalagi sikap penolakan, tak ada sama sekali. Mengapa ia bersikap demikian? Tiada lain jawabannya adalah karena kendaraan-kendaraan itu bukan miliknya, kecuali hanya titipan semata.
Begitulah dengan kita di dunia ini. Marilah kita ingat kembali bahwa kita lahir ke dunia dari rahim ibu kita, tanpa membawa sehelai benang pun. Bahkan kita tidak sanggup berbuat apa-apa selain hanya menangis.
Kemudian Allah datangkan rezeki kepada kita lewat perantara ibu kita. Rezeki datang menghampiri kita padahal kita sama sekali belum bisa mengusahakannya. Datanglah air susu lewat ibu kita. Allah datangkan juga selimut hangat, minyak telon, sabun, air dan lain sebagainya dari berbagai arah kepada kita. Sehingga kebutuhan kita tercukupi dan kita pun bisa bertahan hidup.
Seiring bertambahnya waktu kita pun tumbuh. Kemudian Allah datangkan berbagai perhiasan dunia kepada kita. Harta yang berkecukupan, pasangan, kendaraan, anak-anak, rumah dan lain sebagainya. Kita pun dikaruniai kedudukan, jabatan, sehingga kita memiliki nama baik di hadapan manusia.
Semua itu tiada lain adlah titipan Allah s.w.t. kepada kita. Oleh karena itu, sebagaimana sikap seorang tukang parkir yang dititipi kendaraan, maka sepatutnya kita menjaga setiap titipan yang Allah amanahkan kepada kita. Allah s.w.t. berfirman; “Apakah manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban?) (QS. Al-Qiyaamah (75) : 36).
Tidak sedikit orang yang malah lupa dengan hakikat ini. Sehingga mereka terjangkit penyakit sombong dan riya’. Harta berlimpah malah ia gunakan untuk bermaksiat dan pamer mencari kekaguman orang lain. Ilmu yang ia miliki pun hanya ia gunakan untuk memperkaya diri dan mengharap pujian orang lain. Demikian juga dengan jabatan yang ia duduki, hanya ia gunakan untuk menimbun kekayaan sesuai hawa nafsunya.
Bagi orang-orang yang demikian, harta, pangkat, jabatan akan menjadi sumber malapetaka baginya. Ketika semua itu raib, ia akan dilanda kepedihan dan putus asa. Sebaliknya, orang yang senantiasa sadar bahwa hakikat dari setiap perhiasan dunia adalah titipan Allah, maka ia akan mawas diri mempergunakannya sesuai dengan apa yang Allah ridhoi.
Setiap yang kita miliki adalah titipan Allah s.w.t dan sarana untuk beribadah kepada-Nya. Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah s.w.t. yang terampil dan amanah mempergunakan setiap titipan itu di jalan-Nya.
----------------------------------------------
KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), Buletin Jum’at Sakinah, Edisi 479/ th VII/ Januari 2015 M/ Rabi’ul Akhir 1436 H
Perhatikanlah bagaimana ekspresi tukang parkir itu manakala ada kendaraan datang dan kendaraan itu diambil kembali oleh pemiliknya. Sama sekali tak ada tanda-tanda berat hati saat kendaraan-kendaraan itu diambil kembali. Apalagi sikap penolakan, tak ada sama sekali. Mengapa ia bersikap demikian? Tiada lain jawabannya adalah karena kendaraan-kendaraan itu bukan miliknya, kecuali hanya titipan semata.
Begitulah dengan kita di dunia ini. Marilah kita ingat kembali bahwa kita lahir ke dunia dari rahim ibu kita, tanpa membawa sehelai benang pun. Bahkan kita tidak sanggup berbuat apa-apa selain hanya menangis.
Kemudian Allah datangkan rezeki kepada kita lewat perantara ibu kita. Rezeki datang menghampiri kita padahal kita sama sekali belum bisa mengusahakannya. Datanglah air susu lewat ibu kita. Allah datangkan juga selimut hangat, minyak telon, sabun, air dan lain sebagainya dari berbagai arah kepada kita. Sehingga kebutuhan kita tercukupi dan kita pun bisa bertahan hidup.
Seiring bertambahnya waktu kita pun tumbuh. Kemudian Allah datangkan berbagai perhiasan dunia kepada kita. Harta yang berkecukupan, pasangan, kendaraan, anak-anak, rumah dan lain sebagainya. Kita pun dikaruniai kedudukan, jabatan, sehingga kita memiliki nama baik di hadapan manusia.
Semua itu tiada lain adlah titipan Allah s.w.t. kepada kita. Oleh karena itu, sebagaimana sikap seorang tukang parkir yang dititipi kendaraan, maka sepatutnya kita menjaga setiap titipan yang Allah amanahkan kepada kita. Allah s.w.t. berfirman; “Apakah manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban?) (QS. Al-Qiyaamah (75) : 36).
Tidak sedikit orang yang malah lupa dengan hakikat ini. Sehingga mereka terjangkit penyakit sombong dan riya’. Harta berlimpah malah ia gunakan untuk bermaksiat dan pamer mencari kekaguman orang lain. Ilmu yang ia miliki pun hanya ia gunakan untuk memperkaya diri dan mengharap pujian orang lain. Demikian juga dengan jabatan yang ia duduki, hanya ia gunakan untuk menimbun kekayaan sesuai hawa nafsunya.
Bagi orang-orang yang demikian, harta, pangkat, jabatan akan menjadi sumber malapetaka baginya. Ketika semua itu raib, ia akan dilanda kepedihan dan putus asa. Sebaliknya, orang yang senantiasa sadar bahwa hakikat dari setiap perhiasan dunia adalah titipan Allah, maka ia akan mawas diri mempergunakannya sesuai dengan apa yang Allah ridhoi.
Setiap yang kita miliki adalah titipan Allah s.w.t dan sarana untuk beribadah kepada-Nya. Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah s.w.t. yang terampil dan amanah mempergunakan setiap titipan itu di jalan-Nya.
----------------------------------------------
KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), Buletin Jum’at Sakinah, Edisi 479/ th VII/ Januari 2015 M/ Rabi’ul Akhir 1436 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar