Pada masa itulah Isra’ dan Miraj terjadi. Malam itu Muhammad s.a.w. sedang berada di rumah saudara sepupunya, Hindun putri Abu Talib yang mendapat nama panggilan Umm Hani’. Ketika itu Hindun mengatakan :
“Malam itu Rasulullah bermalam di rumah saya. Selesai shalat akhir malam, ia tidur dan kami pun tidur. Pada waktu sebelum fajar Rasulullah sudah membangunkan kami. Sesudah melakukan ibadat pagi bersama-sama kami, ia berkata: ‘Umm Hani’, saya sudah shalat akhir malam bersama kamu sekalian seperti yang kaulihat di lembah ini. Kemudian saya ke Bait’l-Maqdis (Yerusalem) dan shalat di sana. Sekarang saya shalat siang bersama-sama kamu seperti kaulihat.”
Kataku: ‘Rasulullah, janganlah menceritakan ini kepada orang lain Orang akan mendustakan dan mengganggumu lagi!’.
“Tapi harus saya ceritakan kepada mereka”, jawabnya.
ISRA’ DENGAN RUH ATAU DENGAN JASAD
Orang yang mengatakan, bahwa Isra’ dan Mi’raj Muhammad ‘alaihi’,salam dengan ruh itu berpegang kepada keterangan Umm Hani’ ini, dan juga kepada yang pernah dikatakan oleh Aisyah: “Jasad Rasulullah s.a.w. tidak hilang, tetapi Allah menjadikan Isra (Asra, sura dan isra’, harfiah berarti “perjalanan malam hari”, ‘Araja berarti memanjat. Mi’raj harfiah tangga) itu dengan ruhnya”: Juga Mu’awiya bin Abi Sufyan ketika ditanya tentang Isra’ Rasul menyatakan : Itu adalah mimpi yang benar dari Tuhan. Di samping semua itu orang berpegang kepada firman Tuhan: “Tidak lain mimpi yang Kami perlihatkan kepadamu adalah sebagai ujian bagi manusia.” (QS 17 : 60)
Sebaliknya orang yang berpendapat, bahwa Isra’ dari Mekah ke Bait’l-Maqdis itu dengan jasad, landasannya ialah apa yang pernah dikatakan oleh Muhammad s.a.w., bahwa dalam Isra’ itu ia berada di pedalaman, seperti yang akan disebutkan ceritanya nanti. Sedang mi’raj ke langit adalah dengan ruh. Di samping mereka itu ada lagi pendapat bahwa Isra’ dan mi’raj itu keduanya dengan jasad. Polemik sekitar perbedaan pendapat ini di kalangan ahli-ahli ilmu kalam banyak sekali dan ribuan pula tulisan-tulisan sudah dikemukakan orang. Sekitar arti Isra’ ini kami sendiri sudah mempunyai pendapat yang ingin kami kemukakan juga. Kita belum mengetahui, sebab adakah orang yang mengemukakannya sebelum kita, atau belum. Tetapi, sebelum pendapat ini kita kemukakan — dan supaya dapat kita kemukakan — perlu sekali kita menyampaikan kisah isra’ dan mi’raj ini seperti yang terdapat dalam buku-buku sejarah hidup Nabi.
--------------------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 151-152
“Malam itu Rasulullah bermalam di rumah saya. Selesai shalat akhir malam, ia tidur dan kami pun tidur. Pada waktu sebelum fajar Rasulullah sudah membangunkan kami. Sesudah melakukan ibadat pagi bersama-sama kami, ia berkata: ‘Umm Hani’, saya sudah shalat akhir malam bersama kamu sekalian seperti yang kaulihat di lembah ini. Kemudian saya ke Bait’l-Maqdis (Yerusalem) dan shalat di sana. Sekarang saya shalat siang bersama-sama kamu seperti kaulihat.”
Kataku: ‘Rasulullah, janganlah menceritakan ini kepada orang lain Orang akan mendustakan dan mengganggumu lagi!’.
“Tapi harus saya ceritakan kepada mereka”, jawabnya.
ISRA’ DENGAN RUH ATAU DENGAN JASAD
Orang yang mengatakan, bahwa Isra’ dan Mi’raj Muhammad ‘alaihi’,salam dengan ruh itu berpegang kepada keterangan Umm Hani’ ini, dan juga kepada yang pernah dikatakan oleh Aisyah: “Jasad Rasulullah s.a.w. tidak hilang, tetapi Allah menjadikan Isra (Asra, sura dan isra’, harfiah berarti “perjalanan malam hari”, ‘Araja berarti memanjat. Mi’raj harfiah tangga) itu dengan ruhnya”: Juga Mu’awiya bin Abi Sufyan ketika ditanya tentang Isra’ Rasul menyatakan : Itu adalah mimpi yang benar dari Tuhan. Di samping semua itu orang berpegang kepada firman Tuhan: “Tidak lain mimpi yang Kami perlihatkan kepadamu adalah sebagai ujian bagi manusia.” (QS 17 : 60)
Sebaliknya orang yang berpendapat, bahwa Isra’ dari Mekah ke Bait’l-Maqdis itu dengan jasad, landasannya ialah apa yang pernah dikatakan oleh Muhammad s.a.w., bahwa dalam Isra’ itu ia berada di pedalaman, seperti yang akan disebutkan ceritanya nanti. Sedang mi’raj ke langit adalah dengan ruh. Di samping mereka itu ada lagi pendapat bahwa Isra’ dan mi’raj itu keduanya dengan jasad. Polemik sekitar perbedaan pendapat ini di kalangan ahli-ahli ilmu kalam banyak sekali dan ribuan pula tulisan-tulisan sudah dikemukakan orang. Sekitar arti Isra’ ini kami sendiri sudah mempunyai pendapat yang ingin kami kemukakan juga. Kita belum mengetahui, sebab adakah orang yang mengemukakannya sebelum kita, atau belum. Tetapi, sebelum pendapat ini kita kemukakan — dan supaya dapat kita kemukakan — perlu sekali kita menyampaikan kisah isra’ dan mi’raj ini seperti yang terdapat dalam buku-buku sejarah hidup Nabi.
--------------------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 151-152
Tidak ada komentar:
Posting Komentar