TravelNusa (Travelling Nusantara). Sabtu 12 Mei 2012, sehabis sholat subuh tiba-tiba krenteg pengen maen ke Museum Kereta Api Ambarawa, pengennya naik kereta lori yang ngelewati rawa Pening, sekalian mbayangin loko-loko yang pernah menoreh kejayaan perkereta-apian di tanah Jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya. Museum Kereta Api Ambarawa ini terletak di Kabupaten Semarang.
Ambarawa Railway Museum |
Jam 08.30 WIB cabut dari rumah dengan bis umum Semarang-Ambarawa, lebih santai agar bisa jalan kaki dari Palagan menuju lokasi museum. Menurut sejarahnya, Ambarawa sejak jaman Hindia Belanda merupakan daerah militer, sehingga Raja Willem I berkeinginan untuk mendirikan bangunan Stasiun Kereta Api guna memudahkan mengangkut pasukannya untuk menuju Semarang. Fase pertama dilakukan pembangunan jalur perkeretaapian oleh Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) dengan lebar rel sebesar 1.435 mm. Selanjutnya pada tanggal 21 Mei 1873 dibangunlah Stasiun Kereta Api Ambarawa dengan luas tanah 127.500 m2. Masa kejayaan Stasiun Ambarawa yang dikenal dengan sebutan WILLEM I, dihentikan pengoperasiannya sebagai stasiun kereta api dengan jurusan Ambarawa Kedungjati Semarang. Dan juga dihentikan pengoperasian jalur kereta api pada tahun 1976 untuk lintas Ambarawa Secang Magelang juga Ambarawa Parakan Temanggung.
Stasiun KA Willem I Ambarawa |
Saat tiba di lokasi kira-kira jam 10.00 WIB, museum masih dalam kondisi renovasi di sana-sini, taman dan jalan menuju pintu masuk diperbaiki, lokasi parkir mulai ditata ulang. Nggak ada tiket masuk dan yang lebih menyedihkan nggak ada cukup pengunjung yang bisa menemaniku ber-lori-ria. Semoga tidak lama lagi renovasi bisa kelar dan next time aku bisa berkereta, baik lori maupun kereta bergerigi. Mengingat tempat ini merupakan salah satu aset sejarah dunia, sayang untuk tidak melekatkan sejarahnya dalam perjalanan hidupku.
Pada tanggal 8 April 1976 Gubernur Jawa Tengah Supardjo Rustam bersama Kepala PJKA Eksplotasi Soeharso saat itu memutuskan menutup Stasiun Kereta Api Ambarawa dan mengubahnya menjadi Museum Kereta Api dengan mengumpulkan 21 buah lokomotif yang pernah andil dalam pertempuran, khususnya mengangkut tentara Indonesia.
Masih terlihat jelas beberapa lokomotif tua yang dipajang di halaman samping bangunan bekas Stasiun Ambarawa. Tampak dari jauh kondisinya cukup terawat dengan warna cat hitam yang terlihat masih berkilau. Selain itu dihalaman depan sebelum masuk bangunan museum / bekas stasium jaman dulu terdapat lokomotif kecil yang dipajang sebagai bukti bahwa tempat ini merupakan museum perkeretaapian, dan agak masuk ke dalam semacam di "TERAS"nya terdapat model roda dan gerigi kereta. Memasuki stasiun yang merupakan bangunan utama Museum Kereta Api Ambarawa agak lebih ke dalam terasa seperti kembali ke masa lampau. Di beberapa ruangan museum, terdapat beberapa koleksi peralatan kuno seperti mesin telepon, mesin ketik, mesin hitung, dan peralatan lainnya. Benda-benda kuno tersebut masih terawat dengan baik dan tersimpan didalam etalase yang terbuat dari kaca. Namun ada yang terasa kurang, aku tidak menemukan brosur atau semacamnya yang dilengkapi foto-foto sebagai "oleh-oleh" bagi tambahan ilmu pengetahuanku tentang perkereta-apian.
Pada tanggal 8 April 1976 Gubernur Jawa Tengah Supardjo Rustam bersama Kepala PJKA Eksplotasi Soeharso saat itu memutuskan menutup Stasiun Kereta Api Ambarawa dan mengubahnya menjadi Museum Kereta Api dengan mengumpulkan 21 buah lokomotif yang pernah andil dalam pertempuran, khususnya mengangkut tentara Indonesia.
Masih terlihat jelas beberapa lokomotif tua yang dipajang di halaman samping bangunan bekas Stasiun Ambarawa. Tampak dari jauh kondisinya cukup terawat dengan warna cat hitam yang terlihat masih berkilau. Selain itu dihalaman depan sebelum masuk bangunan museum / bekas stasium jaman dulu terdapat lokomotif kecil yang dipajang sebagai bukti bahwa tempat ini merupakan museum perkeretaapian, dan agak masuk ke dalam semacam di "TERAS"nya terdapat model roda dan gerigi kereta. Memasuki stasiun yang merupakan bangunan utama Museum Kereta Api Ambarawa agak lebih ke dalam terasa seperti kembali ke masa lampau. Di beberapa ruangan museum, terdapat beberapa koleksi peralatan kuno seperti mesin telepon, mesin ketik, mesin hitung, dan peralatan lainnya. Benda-benda kuno tersebut masih terawat dengan baik dan tersimpan didalam etalase yang terbuat dari kaca. Namun ada yang terasa kurang, aku tidak menemukan brosur atau semacamnya yang dilengkapi foto-foto sebagai "oleh-oleh" bagi tambahan ilmu pengetahuanku tentang perkereta-apian.
Gerbong Kereta Api Uap Bergerigi |
Sebenarnya daya tarik di museum Kereta-api ini adalah wisata menggunakan kereta uap bergerigi yang mampu berjalan dengan kemiringan 30 derajat menuju stasiun Bedono yang berjarak 9 km ditempuh dalam waktu 1 jam dan berkapasitas 80 orang, selain itu ada juga wisata kereta kecil atau lori yang digunakan untuk berkeliling ke area Rawa Pening dengan jalur rel yang datar. Sayangnya ketika aku datang kesini tidak ada jadwal keberangkatan untuk Kereta Lori dan Kereta Uap Bergerigi, karena di luar gerbang masuk lokasi museum kurang lebih 500 meter tertulis “MUSEUM SEDANG DIRENOVASI” sehingga hampir tak ada pengunjung dalam jumlah signifikan yang bisa memenuhi ongkos operasional kereta sekali jalan. Informasi yang aku dapatkan bahwa Paket KA Wisata Bergerigi stasiun Ambarawa – Bedono PP Rp.3.250.000 untuk kapasitas 80 orang sejauh 9 km (harga berubah sewaktu-waktu sesuai harga bahan bakar kayu) dan untuk Lori Wisata stasiun Ambarawa – Tuntang PP sejauh 5 km dengan biaya Rp.10.000/ orang minimal 15 orang. Dan ketika aku masuk pun tidak membayar tiket, tetapi yang aku dengar tiket masuk seharga Rp 3.000/orang untuk orang dewasa dan Rp 2.000/ orang untuk anak-anak.
Kelengkapan koleksi lokomotif tua Kereta-Api di Stasiun Ambarawa sayangnya sudah tidak lengkap lagi, ada beberapa “STAGE” yang sudah tidak ada lokonya.
Kelengkapan koleksi lokomotif tua Kereta-Api di Stasiun Ambarawa sayangnya sudah tidak lengkap lagi, ada beberapa “STAGE” yang sudah tidak ada lokonya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar