Allah berfirman : (QS. Ali Imran 23 – 24)
“Tidakkah Engkau melihat orang-orang yang telah diberi bagian dari Kitab suci, mereka diajak kepada kitab Allah untuk memisahkan di antara mereka, kemudian segolong mereka berpaling seraya mereka mengingkari.” (23)
Demikian itu, karena mereka telah berkata, ”Tidaklah api neraka akan menyentuh kami kecuali beberapa hari tertentu. Dan mereka telah terpedaya dalam agama mereka karena dusta yang mereka adakan.” (24)
Bangsa Yahudi sering berhakim kepada Nabi saw dengan niat untuk memajukan keputusan-keputusan yang ditetapkan beliau kepada mereka. Tetapi kalau putusan itu di luar yang mereka inginka, lalu mereka menolaknya dan pergi meninggalkan Nabi. Pernah sekelompok orang Yahudi terkemuka berbuat zina. Kemudian mereka datang kepada Nabi untuk minta pengadilan. Lalu Nabi menetapkan hukumannya sesuai dengan kitab suci mereka. Namun mereka ternyata menolak, sebab motif mereka datang kepada Nabi adalah untuk mendapatkan hukuman yang lebih ringan daripada yang ada di dalam kitab suci mereka.
Sekelompok pemuka Yahudi yang selama ini mengaku berpegang teguh pada kitab suci mereka, sehingga menolak kehadiran Nabi saw dan mengingkari kitab suci Al Qur’an, ternyata pada saat menerima keputusan hukum sebagaimana bunyi ketentuan kitab suci mereka sendiri juga mereka tolak. Mereka sebenarnya selalu ragu-ragu terhadap agama mereka sendiri, akan tetapi pada saat mereka mengingkari kerasulan Muhammad dan Kitab Al Qur’an, mereka jadikan kitab suci mereka sebagai kedok untuk membenarkan kekufuran mereka itu.
Sebagian dari kaum Yahudi mempunyai keyakinan, walaupun mereka berbuat dosa apapun, namun hanyalah sementara saja mengalami siksa neraka di akherat. Anggapan yang menganggap ringan adanya siksa neraka dan memandang kecil terhadap ancaman atas dosa-dosa yang mereka lakukan karena merasa punya hubungan darah dengan para Nabi mereka. Jadi mereka berani berbohong atas nama agama, yaitu sebagai keluarga dari para Nabi mendapatkan suatu perlakuan istimewa di sisi Allah.
Orang-orang yang menganggap kecil ancaman Allah, karena beranggapan tidak akan turun ancaman itu kepada orang yang semestinya dikenai hukuman, akan mengakibatkan orang seperti itu menyepelekkan perintah-perintah dan larangan-larangan Allah. Sebab itu ia tanpa peduli melanggar kehormatan agama, menganggap remeh pemenuhan kewajiban. Demikianlah keadaan semua ummat ketika mereka berani durhaka kepada agamanya dan tidak memperdulikan perbuatan-perbuatan dosa. Hal ini telah terjadi pada bangsa Yahudi dan ummat Nasrani kemudian ummat Islam. Karena kebanyakan ummat Islam dewasa ini punya anggapan bahwa seorang muslim sekalipun berbuat dosa-dosa besar dan keji, mungkin ia akan mendapat syafaat atau selamat dengan membayar kafarat atau mungkin akan dimaafkan dan diampuni oleh Allah, karena karunia dan kebaikan Allah. Dan jika dosanya itu akan menerima siksa, maka siksanya sebentar. Kemudian keluar dari neraka masuk syurga. Sedangkan orang-orang yang beragama lain akan kekal di dalam neraka, sekalipun mereka berbuat baik atau berbuat dosa.
Bangsa Yahudi yang tertanjur punya doktrin sebagai kekasih Tuhan dan manusia pilihan dengan sangat berani mengadakan kebohongan-kebohongan yang diatas-namakan ajaran agama. Doktrin-doktrin mereka yang mereka pandang sebagai ajaran agama adalah sebagai berikut :
“Tidakkah Engkau melihat orang-orang yang telah diberi bagian dari Kitab suci, mereka diajak kepada kitab Allah untuk memisahkan di antara mereka, kemudian segolong mereka berpaling seraya mereka mengingkari.” (23)
Demikian itu, karena mereka telah berkata, ”Tidaklah api neraka akan menyentuh kami kecuali beberapa hari tertentu. Dan mereka telah terpedaya dalam agama mereka karena dusta yang mereka adakan.” (24)
Bangsa Yahudi sering berhakim kepada Nabi saw dengan niat untuk memajukan keputusan-keputusan yang ditetapkan beliau kepada mereka. Tetapi kalau putusan itu di luar yang mereka inginka, lalu mereka menolaknya dan pergi meninggalkan Nabi. Pernah sekelompok orang Yahudi terkemuka berbuat zina. Kemudian mereka datang kepada Nabi untuk minta pengadilan. Lalu Nabi menetapkan hukumannya sesuai dengan kitab suci mereka. Namun mereka ternyata menolak, sebab motif mereka datang kepada Nabi adalah untuk mendapatkan hukuman yang lebih ringan daripada yang ada di dalam kitab suci mereka.
Sekelompok pemuka Yahudi yang selama ini mengaku berpegang teguh pada kitab suci mereka, sehingga menolak kehadiran Nabi saw dan mengingkari kitab suci Al Qur’an, ternyata pada saat menerima keputusan hukum sebagaimana bunyi ketentuan kitab suci mereka sendiri juga mereka tolak. Mereka sebenarnya selalu ragu-ragu terhadap agama mereka sendiri, akan tetapi pada saat mereka mengingkari kerasulan Muhammad dan Kitab Al Qur’an, mereka jadikan kitab suci mereka sebagai kedok untuk membenarkan kekufuran mereka itu.
Sebagian dari kaum Yahudi mempunyai keyakinan, walaupun mereka berbuat dosa apapun, namun hanyalah sementara saja mengalami siksa neraka di akherat. Anggapan yang menganggap ringan adanya siksa neraka dan memandang kecil terhadap ancaman atas dosa-dosa yang mereka lakukan karena merasa punya hubungan darah dengan para Nabi mereka. Jadi mereka berani berbohong atas nama agama, yaitu sebagai keluarga dari para Nabi mendapatkan suatu perlakuan istimewa di sisi Allah.
Orang-orang yang menganggap kecil ancaman Allah, karena beranggapan tidak akan turun ancaman itu kepada orang yang semestinya dikenai hukuman, akan mengakibatkan orang seperti itu menyepelekkan perintah-perintah dan larangan-larangan Allah. Sebab itu ia tanpa peduli melanggar kehormatan agama, menganggap remeh pemenuhan kewajiban. Demikianlah keadaan semua ummat ketika mereka berani durhaka kepada agamanya dan tidak memperdulikan perbuatan-perbuatan dosa. Hal ini telah terjadi pada bangsa Yahudi dan ummat Nasrani kemudian ummat Islam. Karena kebanyakan ummat Islam dewasa ini punya anggapan bahwa seorang muslim sekalipun berbuat dosa-dosa besar dan keji, mungkin ia akan mendapat syafaat atau selamat dengan membayar kafarat atau mungkin akan dimaafkan dan diampuni oleh Allah, karena karunia dan kebaikan Allah. Dan jika dosanya itu akan menerima siksa, maka siksanya sebentar. Kemudian keluar dari neraka masuk syurga. Sedangkan orang-orang yang beragama lain akan kekal di dalam neraka, sekalipun mereka berbuat baik atau berbuat dosa.
Bangsa Yahudi yang tertanjur punya doktrin sebagai kekasih Tuhan dan manusia pilihan dengan sangat berani mengadakan kebohongan-kebohongan yang diatas-namakan ajaran agama. Doktrin-doktrin mereka yang mereka pandang sebagai ajaran agama adalah sebagai berikut :
- merasa menjadi anak Tuhan dan kekasihnya;
- manusia yang mendapat perlakuan istimewa di sisi Allah karena nenek moyangnya banyak yang menjadi Nabi;
- bahwa Allah berjanji kepada mereka untuk tidak menyiksa keturunan Nabi Ya’qub kecuali hanya sebentar saja.
Semua doktrin ini tidak satu pun dapat mereka buktikan sebagai ketentuan yang tercantum di dalam kitab suci mereka. Sebab itu mereka kemudian berusaha untuk memasukkan hal-hal tersebut ke dalam keyakinan mereka dalam dongeng-dongeng. Oleh karena itu kalau kita tuntut supaya mereka menunjukkan adanya firman Tuhan di dalam kitab suci mereka mengenai hal-hal tersebut, muncullah kebohongan-kebohongan mereka. Soal siksa misalnya adalah suatu masalah yang tidak dapat ditetapkan berdasarkan akal manusia. Karena soal ini bersifat ghaib. Dengan demikian mereka harus dapat menunjukkan adanya wahyu dari Allah yang menyatakan bahwa siksa neraka bagi bangsa Yahudi hanyalah beberapa hari saja. Karena wahyu semacam ini tidak ada, jelaslah bahwa doktrin-doktrin agama yang mereka percayai di atas adalah suatu kebohongan.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 101 - 104
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 101 - 104
Tidak ada komentar:
Posting Komentar