Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah: 105)
“Orang-orang kafir dari ahli kitab dan orang-orang musyrik tidak menginginkan diturunkannya suatu kebaikan kepadamu dan Tuhanmu. Dan Allah menentukan rakhmat-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah adalah pemilik karunia yang besar.”
Yang dimaksud dengan orang-orang kafir di sini ialah Bangsa Yahudi. Mereka dikatakan kafir sebab tidak mempunyai sikap sopan santun kepada Nabi saw. Salah satu dari ketidaksopanan Bangsa Yahudi kepada Nabi saw ialah mengatakan Nabi sehagai orang jahat, padahal beliau seorang yang dipilih oleh Allah untuk menjadi rosul dan diberi wahyu pula. Keberanian Bangsa Yahudi mengucapkan kata-kata yang tidak sopan seperti tersebut di atas kepada Nabi adalah sebagai sikap kekafiran.
Golongan ahli kitab bersikap dengki kepada Nabi, karena tidak ingin Nabi dan ummatnya mendapat karunia Allah. Karunia Allah yang terbesar ialah Kitab suci Al Qur’an yang merupakan hidayah agung bagi kaum muslimin. Dengan Al Qur’an Allah menghimpun dan menyatukan kamu sekalian dalam satu ummat, meluruskan jalan pikiran kamu, membebaskan kamu dari kesesatan penyembahan berhala dan meluruskan jiwa kamu untuk berjalan pada garis-garis fitrah.
Bangsa Yahudi dan kaum penyembah berhala dengki kepada kamu, ketika mereka menyaksikan Al Qur’an turun berangsur-angsur kepada kamu, Sehingga kamu terpimpin pada jalan yang benar dan tumbuh menjadi ummat yang kuat, ummat yang mampu menyebarluaskan dawah, menegakkan prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan. Padahal mereka menginginkan agar kamu mengalami kebinasaan, baik dalam urusan dunia maupun agama, karena mereka tidak menghendaki tegaknya kebenaran yang kamu bawa.
Kedengkian Bangsa Yahudi kepada Nabi saw dan ummatnya pada hakekatnya menentang dan marah kepada Allah yang memberikan rahmat tersebut kepada mereka. Menjadikan penerima rahmat sebagai sasaran kedengkian berarti marah kepada pemberi rahmat itu sendiri. Allah menasehatkan kepada Nabi saw dan ummatnya agar tidak merasa khawatir menghadapi kedengkian Bangsa Yahudi dan kaum penyembah berhala karena kedengkian mereka tidak dapat menutup pintu rahmat Allah. Allah tidaklah terpengaruh oleh kedengkian manusia. Dia menentukan rahmat-Nya kepada siapa saja dan kapan saja sesuai dengan kehendakNya. Dialah pemilik tunggal dan karunia yang berbentuk apa pun. Setiap hamba-Nya menerima karunia-Nya. Karena itu tidak patut seseorang dengki melihat orang lain memperoleh kebaikan dari sisi Tuhan-Nya.
Bangsa Yahudi karena tertipu oleh kepercayaan palsunya, yaitu menganggap diri sebagai putra Tuhan dan sebagai bangsa pilihan, maka mereka merasa marah dan dengki kepada Nabi saw dan ummatnya yang mendapatkan rahmat melimpah dari Allah. Selama Al Qur’an menjadi pegangan kaum Muslimin, maka Bangsa Yahudi akan terus berupaya keras merencanakan segala bentuk penghancuran ummat Islam. Karena dengan Al Qur’an inilah bangsa Yahudi merasa ditelanjangi segala cacat celanya dan sekaligus menjadi dasar bagi ummat Islam membangun dirinya menjadi ummat yang kokoh dan bersih. Maka tidak heran kalau Bangsa Yahudi terus menerus mengacaukan pengertian-pengertian Al Qur’an dan melakukan tipu daya kepada ummat Islam agar tidak menjadikan Al Qur’an sebagai prinsip hidup yang mutlak.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 68 - 70
“Orang-orang kafir dari ahli kitab dan orang-orang musyrik tidak menginginkan diturunkannya suatu kebaikan kepadamu dan Tuhanmu. Dan Allah menentukan rakhmat-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah adalah pemilik karunia yang besar.”
Yang dimaksud dengan orang-orang kafir di sini ialah Bangsa Yahudi. Mereka dikatakan kafir sebab tidak mempunyai sikap sopan santun kepada Nabi saw. Salah satu dari ketidaksopanan Bangsa Yahudi kepada Nabi saw ialah mengatakan Nabi sehagai orang jahat, padahal beliau seorang yang dipilih oleh Allah untuk menjadi rosul dan diberi wahyu pula. Keberanian Bangsa Yahudi mengucapkan kata-kata yang tidak sopan seperti tersebut di atas kepada Nabi adalah sebagai sikap kekafiran.
Golongan ahli kitab bersikap dengki kepada Nabi, karena tidak ingin Nabi dan ummatnya mendapat karunia Allah. Karunia Allah yang terbesar ialah Kitab suci Al Qur’an yang merupakan hidayah agung bagi kaum muslimin. Dengan Al Qur’an Allah menghimpun dan menyatukan kamu sekalian dalam satu ummat, meluruskan jalan pikiran kamu, membebaskan kamu dari kesesatan penyembahan berhala dan meluruskan jiwa kamu untuk berjalan pada garis-garis fitrah.
Bangsa Yahudi dan kaum penyembah berhala dengki kepada kamu, ketika mereka menyaksikan Al Qur’an turun berangsur-angsur kepada kamu, Sehingga kamu terpimpin pada jalan yang benar dan tumbuh menjadi ummat yang kuat, ummat yang mampu menyebarluaskan dawah, menegakkan prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan. Padahal mereka menginginkan agar kamu mengalami kebinasaan, baik dalam urusan dunia maupun agama, karena mereka tidak menghendaki tegaknya kebenaran yang kamu bawa.
Kedengkian Bangsa Yahudi kepada Nabi saw dan ummatnya pada hakekatnya menentang dan marah kepada Allah yang memberikan rahmat tersebut kepada mereka. Menjadikan penerima rahmat sebagai sasaran kedengkian berarti marah kepada pemberi rahmat itu sendiri. Allah menasehatkan kepada Nabi saw dan ummatnya agar tidak merasa khawatir menghadapi kedengkian Bangsa Yahudi dan kaum penyembah berhala karena kedengkian mereka tidak dapat menutup pintu rahmat Allah. Allah tidaklah terpengaruh oleh kedengkian manusia. Dia menentukan rahmat-Nya kepada siapa saja dan kapan saja sesuai dengan kehendakNya. Dialah pemilik tunggal dan karunia yang berbentuk apa pun. Setiap hamba-Nya menerima karunia-Nya. Karena itu tidak patut seseorang dengki melihat orang lain memperoleh kebaikan dari sisi Tuhan-Nya.
Bangsa Yahudi karena tertipu oleh kepercayaan palsunya, yaitu menganggap diri sebagai putra Tuhan dan sebagai bangsa pilihan, maka mereka merasa marah dan dengki kepada Nabi saw dan ummatnya yang mendapatkan rahmat melimpah dari Allah. Selama Al Qur’an menjadi pegangan kaum Muslimin, maka Bangsa Yahudi akan terus berupaya keras merencanakan segala bentuk penghancuran ummat Islam. Karena dengan Al Qur’an inilah bangsa Yahudi merasa ditelanjangi segala cacat celanya dan sekaligus menjadi dasar bagi ummat Islam membangun dirinya menjadi ummat yang kokoh dan bersih. Maka tidak heran kalau Bangsa Yahudi terus menerus mengacaukan pengertian-pengertian Al Qur’an dan melakukan tipu daya kepada ummat Islam agar tidak menjadikan Al Qur’an sebagai prinsip hidup yang mutlak.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 68 - 70
Tidak ada komentar:
Posting Komentar