Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah:67-71)
“Dan Ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya “Sungguh Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina.” Mereka menjawab, ” Apakah kamu hendak memperolok-olok kami?” Ia menjawab, “Aku berlindung kepada Allah dari golongan orang-orang yang bodoh.” (QS 2 : 67)
Mereka berkata, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, supaya Dia menerangkan kepada kami sapi betina apakah Itu”. Ia menjawab, “Sungguh Dia berfirman bahwa sapi itu sapi betina yang berumur tidak tua dan tidak muda, pertengahan antara itu. Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu.” (QS 2 : 68)
Mereka berkata, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami supaya Dia menerangkan kepada kami, apa warnanya.” Ta menjawab, “Sungguh Dia berfirman bahwa diri adalah sapi betina yang kuning, sangat kuning warnanya, menyenangkan orang-orang yang melihatnya.” (QS 2 : 69)
Mereka berkata,”Mohonkanlah kepada Tuhanmu Untuk kami supaya Dia menerangkan kepada kami, bagaimana sapi betina itu, karena sungguh sapi itu serupa saja bagi kami. Dan sungguh kami akan menjadi orang-orang yang mendapat petunjuk jika Allah menghendaki.” (QS 2 : 70)
Ia men jawab. “Sungguh Dia berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak pernah digunakan membajak tanah dan mengairi tanainan, mulus, tidak belang”. Mereka menjawab, “Sekarang engkau telah membawa kebenaran”. Lalu mereka menyembelihnya , dan hampir saja mereka tidak melakukannya.” (QS 2 : 71)
Al Quran dalam membuat kisah peristiwa ini tidaklah disusun secara kronologis seperti yang dilakukan ahli-ahli sejarah. Karena maksud mengetengahkan kisah ini ialah untuk menarik perhatian dan menciptakan suasana pada pendengar, agar
perasaannya turut terlibat di dalam peristiwa yang sedang dikisahkan.
Tentang sikap Bangsa Yahudi yang mempermainkan perintah Nabi Musa as. ini, jalan ceritanya sebagaimana disebutkan dalam riwayat adalah sebagai berikut : Konon ada seorang laki-laki tua kaya dari keluarga Bani Israil dibunuh oleh anak-anak pamannya karena menginginkan harta warisannya. Mereka membawanya ke kampung lain dan dilemparkan di tanah lapang. Kemudian mereka datang ke kampung itu untuk menuntut pembayaran denda (diyat) dan menuduh beberapa orang dari penduduk kampung tersebut telah membunuh pamannya. Setelah Musa menanyakan hal itu kepada mereka, tetapi mereka menyangkal sehingga perkaranya menjadi kabur. Mereka selalu menghinakan Musa untuk memohon kepada Allah kiranya berkenan menerangkan kepada mereka tentang pembunuhan yang misterius itu.
Setelah terjadinya peristiwa itu mereka selalu membantah perintah-perintah Nabi Musa as. dalam rangka menyelesaikan kasus tersebut. Bahkan Allah menyuruh kepada nabi Musa supaya orang-orang Yahudi itu mau melaksanakan apa yang sudah diperintahkan kepada mereka dengan rasa patuh dan taat, tidak selalu bertanya-tanya yang justru menambah kebingungan belaka.
Al Quran menggambarkan betapa senangnya Bangsa Yahudi mempermainkan Nabi Musa dengan dalih agar memperoleh keterangan lebih lengkap dan lebih terperinci. Setiap kali Nabi menjawab pertanyaan mereka, selalu mereka mengajukan pertanyaan baru sebagaimana tersebut dalam ayat 67 sampai 71 di atas.
Cobalah kita perhatikan pertanyaan yang mereka ajukan kepada Nabi Musa itu:
a. Sapi betina yang bagaimanakah?
b. Berapakah umurnya, tua atau muda?
c. Apa warnanya?
d. Apakah sapi untuk bekerja atau tidak?
e. Warna kuningnya bagaimana?
Dan pertanyaan yang dibuat-buat ini, yang dimaksudkan agar berlepas diri dari perintah Allah yang diberikan kepada mereka, akhirnya mereka sendiri yang kepayahan melaksanakannya. Bahkan hampir saja mereka tidak dapat melakukan perintah tersebut. Ibnu Jarir meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas berkenaan dengan peristiwa yang dikisahkan ayat ini sebagai berikut: Seandainya orang-orang Yahudi itu menyembelih sapi apa pun, asal betina sudah tentu cukup untuk memenuhi perintah yang diberikan kepada mereka, tetapi mereka mempersulit diri sendiri. Akhirnya mereka sendiri yang memikul beban berat menjalankan perintah tersebut”.
Demikianlah perilaku Bangsa Yahudi terhadap Nabi Musa as. Walaupun mereka mengakui dan mempercayai kenabian Musa, namun mereka tetap senang mempermainkan perintah-perintah Nabi Musa as.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 38 - 41
“Dan Ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya “Sungguh Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina.” Mereka menjawab, ” Apakah kamu hendak memperolok-olok kami?” Ia menjawab, “Aku berlindung kepada Allah dari golongan orang-orang yang bodoh.” (QS 2 : 67)
Mereka berkata, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, supaya Dia menerangkan kepada kami sapi betina apakah Itu”. Ia menjawab, “Sungguh Dia berfirman bahwa sapi itu sapi betina yang berumur tidak tua dan tidak muda, pertengahan antara itu. Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu.” (QS 2 : 68)
Mereka berkata, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami supaya Dia menerangkan kepada kami, apa warnanya.” Ta menjawab, “Sungguh Dia berfirman bahwa diri adalah sapi betina yang kuning, sangat kuning warnanya, menyenangkan orang-orang yang melihatnya.” (QS 2 : 69)
Mereka berkata,”Mohonkanlah kepada Tuhanmu Untuk kami supaya Dia menerangkan kepada kami, bagaimana sapi betina itu, karena sungguh sapi itu serupa saja bagi kami. Dan sungguh kami akan menjadi orang-orang yang mendapat petunjuk jika Allah menghendaki.” (QS 2 : 70)
Ia men jawab. “Sungguh Dia berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak pernah digunakan membajak tanah dan mengairi tanainan, mulus, tidak belang”. Mereka menjawab, “Sekarang engkau telah membawa kebenaran”. Lalu mereka menyembelihnya , dan hampir saja mereka tidak melakukannya.” (QS 2 : 71)
Al Quran dalam membuat kisah peristiwa ini tidaklah disusun secara kronologis seperti yang dilakukan ahli-ahli sejarah. Karena maksud mengetengahkan kisah ini ialah untuk menarik perhatian dan menciptakan suasana pada pendengar, agar
perasaannya turut terlibat di dalam peristiwa yang sedang dikisahkan.
Tentang sikap Bangsa Yahudi yang mempermainkan perintah Nabi Musa as. ini, jalan ceritanya sebagaimana disebutkan dalam riwayat adalah sebagai berikut : Konon ada seorang laki-laki tua kaya dari keluarga Bani Israil dibunuh oleh anak-anak pamannya karena menginginkan harta warisannya. Mereka membawanya ke kampung lain dan dilemparkan di tanah lapang. Kemudian mereka datang ke kampung itu untuk menuntut pembayaran denda (diyat) dan menuduh beberapa orang dari penduduk kampung tersebut telah membunuh pamannya. Setelah Musa menanyakan hal itu kepada mereka, tetapi mereka menyangkal sehingga perkaranya menjadi kabur. Mereka selalu menghinakan Musa untuk memohon kepada Allah kiranya berkenan menerangkan kepada mereka tentang pembunuhan yang misterius itu.
Setelah terjadinya peristiwa itu mereka selalu membantah perintah-perintah Nabi Musa as. dalam rangka menyelesaikan kasus tersebut. Bahkan Allah menyuruh kepada nabi Musa supaya orang-orang Yahudi itu mau melaksanakan apa yang sudah diperintahkan kepada mereka dengan rasa patuh dan taat, tidak selalu bertanya-tanya yang justru menambah kebingungan belaka.
Al Quran menggambarkan betapa senangnya Bangsa Yahudi mempermainkan Nabi Musa dengan dalih agar memperoleh keterangan lebih lengkap dan lebih terperinci. Setiap kali Nabi menjawab pertanyaan mereka, selalu mereka mengajukan pertanyaan baru sebagaimana tersebut dalam ayat 67 sampai 71 di atas.
Cobalah kita perhatikan pertanyaan yang mereka ajukan kepada Nabi Musa itu:
a. Sapi betina yang bagaimanakah?
b. Berapakah umurnya, tua atau muda?
c. Apa warnanya?
d. Apakah sapi untuk bekerja atau tidak?
e. Warna kuningnya bagaimana?
Dan pertanyaan yang dibuat-buat ini, yang dimaksudkan agar berlepas diri dari perintah Allah yang diberikan kepada mereka, akhirnya mereka sendiri yang kepayahan melaksanakannya. Bahkan hampir saja mereka tidak dapat melakukan perintah tersebut. Ibnu Jarir meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas berkenaan dengan peristiwa yang dikisahkan ayat ini sebagai berikut: Seandainya orang-orang Yahudi itu menyembelih sapi apa pun, asal betina sudah tentu cukup untuk memenuhi perintah yang diberikan kepada mereka, tetapi mereka mempersulit diri sendiri. Akhirnya mereka sendiri yang memikul beban berat menjalankan perintah tersebut”.
Demikianlah perilaku Bangsa Yahudi terhadap Nabi Musa as. Walaupun mereka mengakui dan mempercayai kenabian Musa, namun mereka tetap senang mempermainkan perintah-perintah Nabi Musa as.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 38 - 41
Tidak ada komentar:
Posting Komentar