Allah berfirman (QS. Ali Imran 72 - 73)
“Segolongan (lain) dan ahli kitab berkata (kepada sesamanya). “Perlihatkanlah (seolah-olah) kamu beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman pada permulaan siang dan ingkarilah ia pada akhirnya. supaya mereka (orang-orang mukmin) kembali (kepada keingkaran)”. “Dan janganlah kamu percaya melainkan kepada orang yang mengikuti agamanya. Katakanlah, Sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) ialah petunjuk Allah, dan (janganlah) kamu percaya bahwa akan diberikan kepada seseorang seperti apa yang diberikan kepadamu. dan bahwa mereka akan menyalahkan hujjahmu di sisimu”. Katakanlah, “sesungguhnya karunia di tangan Allah, Allah memberikan karunia-Nya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dan Allah Maha luas pemberian-Nya dan Maha Mengetahui.”
Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Ibnu Abbas, katanya, “Abdullah bin Shaib dan Adi bin Zain serta Haris bin Auf saling berkata satu sama lain, “Marilah di waktu pagi kita beriman kepada ajaran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya, tetapi di waktu sore kita kembali kafir, supaya mereka bingung terhadap agama mereka, mudah-mudahan mereka akan berbuat seperti yang kita perbuat sehingga mereka dapat kembali menjadi kafir.” Lalu Allah menurunkan ayat mengenai perangai mereka itu, ayat 72 ini.
Sasaran golongan ini ialah merusak manusia, sehingga mereka (sahabat Nabi saw) berkata, “Sekiranya mereka hendak melihat kebathilan Islam, tentu mereka tidak akan keluar sesudah menjadi orang Islam. Karena tidak masuk akal seseorang yang telah mengetahui kebenaran lalu meninggalkan kebenaran tanpa sebab. Lebih-lebih lagi mereka sampai mengeluarkan pernyataan bahkan berani berbuat yang demikian”.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid, katanya, “Orang-orang Yahudi shalat shubuh bersama Nabi, tetapi sore hari mereka kafir karena ingin berbuat tipu daya, supaya manusia bisa melihat, bahwa mereka telah mengetahui kesesatan agama Islam setelah mereka mengikutnya.”
Tidak aneh bila segolongan di antara mereka menggunakan tipu daya seperti itu, karena mereka tahu, salah satu tanda kebenaran ialah orang yang sudah mengetahuinya tidak mau melepaskannya. Hal ini dapat ditunjukkan oleh pernyataan Heraclius, raja Romawi kepada Abu Sufyan pada waktu ia masih kafir, ketika Ia bertanya tentang hal-ihwal Nabi Muhammad saw pada waktu beliau berseru kepada agama Islam. “Adakah orang yang keluar dari agama itu setelah ia memasukinya ?“ Jawab Abu Sufyan, “Tidak ada”.
Allah telah memperingatkan Nabi saw akan tipu daya mereka, memberitahukan rahasia mereka, supaya tipu daya itu tidak mempengaruhi hati orang-orang mukmin yang lemah. Dan perbuatan mereka yang keji itu belum pernah ada orang lain yang melakukan sebelumnya, sehingga peringatan Allah itu menjadi penangkal bagi mereka.
Ayat tersebut di atas berisikan berita ghaib yang merupakan mukjizat kepada Nabi Muhammad saw.
Sikap kaum Yahudi terhadap kebenaran sangat rasialis sekali. Para pemimpin Yahudi memerintahkan kepada masyarakatnya : “Janganlah kamu percaya kepada siapapun kecuali orang-orang yang seagama dengan kamu”. Pernyataan seperti ini menunjukkan adanya keyakinan mereka bahwa orang yang bisa menjadi Nabi atau Rasul Allah dari kalangan bangsa Yahudi. Bahkan mereka bersikap berlebih-lebihan dan menghinakan golongan-golongan lain. Mereka berkeyakinan hanya yang keluar dari merekalah yang baik, sedang yang keluar dari golongan lain pasti buruk. Ringkas kata, janganlah kamu beriman secara formal itu, yang di waktu siang datang kepadamu menyatakan kepadamu menyatakan beriman. Tetapi berimanlah seperti orang yang mengikuti agama kamu sejak awal mulanya. Mereka yang beriman secara formal yaitu sebagian orang Yahudi yang masuk Islam dengan tujuan untuk keluar kembali. Mereka bersuka cita dan penuh semangat keluar dari Islam. Dan sebaliknya penuh kemarahan dan kebencian terhadap keislaman mereka dahulu.
Dan ayat di atas dengan jelas dilukiskan betapa hebatnya kaum Yahudi menggunakan siasat rasa ragu-ragu terhadap kebenaran Islam, sehingga dapat mengelabuhi mata ummat manusia untuk melihat kebenaran Islam. Karena itu adanya tehnik menimbulkan keraguan terhadap kebenaran Islam yang digunakan oleh sarjana Barat (kaum Orientalis) ataupun musuh-musuh Islam lainnya, seluruhnya bersumber dari cara-cara bangsa Yahudi ini.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 108 - 111
“Segolongan (lain) dan ahli kitab berkata (kepada sesamanya). “Perlihatkanlah (seolah-olah) kamu beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman pada permulaan siang dan ingkarilah ia pada akhirnya. supaya mereka (orang-orang mukmin) kembali (kepada keingkaran)”. “Dan janganlah kamu percaya melainkan kepada orang yang mengikuti agamanya. Katakanlah, Sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) ialah petunjuk Allah, dan (janganlah) kamu percaya bahwa akan diberikan kepada seseorang seperti apa yang diberikan kepadamu. dan bahwa mereka akan menyalahkan hujjahmu di sisimu”. Katakanlah, “sesungguhnya karunia di tangan Allah, Allah memberikan karunia-Nya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dan Allah Maha luas pemberian-Nya dan Maha Mengetahui.”
Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Ibnu Abbas, katanya, “Abdullah bin Shaib dan Adi bin Zain serta Haris bin Auf saling berkata satu sama lain, “Marilah di waktu pagi kita beriman kepada ajaran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya, tetapi di waktu sore kita kembali kafir, supaya mereka bingung terhadap agama mereka, mudah-mudahan mereka akan berbuat seperti yang kita perbuat sehingga mereka dapat kembali menjadi kafir.” Lalu Allah menurunkan ayat mengenai perangai mereka itu, ayat 72 ini.
Sasaran golongan ini ialah merusak manusia, sehingga mereka (sahabat Nabi saw) berkata, “Sekiranya mereka hendak melihat kebathilan Islam, tentu mereka tidak akan keluar sesudah menjadi orang Islam. Karena tidak masuk akal seseorang yang telah mengetahui kebenaran lalu meninggalkan kebenaran tanpa sebab. Lebih-lebih lagi mereka sampai mengeluarkan pernyataan bahkan berani berbuat yang demikian”.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid, katanya, “Orang-orang Yahudi shalat shubuh bersama Nabi, tetapi sore hari mereka kafir karena ingin berbuat tipu daya, supaya manusia bisa melihat, bahwa mereka telah mengetahui kesesatan agama Islam setelah mereka mengikutnya.”
Tidak aneh bila segolongan di antara mereka menggunakan tipu daya seperti itu, karena mereka tahu, salah satu tanda kebenaran ialah orang yang sudah mengetahuinya tidak mau melepaskannya. Hal ini dapat ditunjukkan oleh pernyataan Heraclius, raja Romawi kepada Abu Sufyan pada waktu ia masih kafir, ketika Ia bertanya tentang hal-ihwal Nabi Muhammad saw pada waktu beliau berseru kepada agama Islam. “Adakah orang yang keluar dari agama itu setelah ia memasukinya ?“ Jawab Abu Sufyan, “Tidak ada”.
Allah telah memperingatkan Nabi saw akan tipu daya mereka, memberitahukan rahasia mereka, supaya tipu daya itu tidak mempengaruhi hati orang-orang mukmin yang lemah. Dan perbuatan mereka yang keji itu belum pernah ada orang lain yang melakukan sebelumnya, sehingga peringatan Allah itu menjadi penangkal bagi mereka.
Ayat tersebut di atas berisikan berita ghaib yang merupakan mukjizat kepada Nabi Muhammad saw.
Sikap kaum Yahudi terhadap kebenaran sangat rasialis sekali. Para pemimpin Yahudi memerintahkan kepada masyarakatnya : “Janganlah kamu percaya kepada siapapun kecuali orang-orang yang seagama dengan kamu”. Pernyataan seperti ini menunjukkan adanya keyakinan mereka bahwa orang yang bisa menjadi Nabi atau Rasul Allah dari kalangan bangsa Yahudi. Bahkan mereka bersikap berlebih-lebihan dan menghinakan golongan-golongan lain. Mereka berkeyakinan hanya yang keluar dari merekalah yang baik, sedang yang keluar dari golongan lain pasti buruk. Ringkas kata, janganlah kamu beriman secara formal itu, yang di waktu siang datang kepadamu menyatakan kepadamu menyatakan beriman. Tetapi berimanlah seperti orang yang mengikuti agama kamu sejak awal mulanya. Mereka yang beriman secara formal yaitu sebagian orang Yahudi yang masuk Islam dengan tujuan untuk keluar kembali. Mereka bersuka cita dan penuh semangat keluar dari Islam. Dan sebaliknya penuh kemarahan dan kebencian terhadap keislaman mereka dahulu.
Dan ayat di atas dengan jelas dilukiskan betapa hebatnya kaum Yahudi menggunakan siasat rasa ragu-ragu terhadap kebenaran Islam, sehingga dapat mengelabuhi mata ummat manusia untuk melihat kebenaran Islam. Karena itu adanya tehnik menimbulkan keraguan terhadap kebenaran Islam yang digunakan oleh sarjana Barat (kaum Orientalis) ataupun musuh-musuh Islam lainnya, seluruhnya bersumber dari cara-cara bangsa Yahudi ini.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 108 - 111
Tidak ada komentar:
Posting Komentar