Allah berfirman : QS. Ali Imran : 83 – 85
”Apakah mereka mencari agama selain dari agama Allah, padahal hanyalah kepada-Nya segala yang di langit dan di bumi berserah diri, baik dengan suka hati atau terpaksa dan kepada-Nya mereka di kembalikan.” (83)
Katakanlah . “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya‘qub dan anak anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para Nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membedakan seorang pun di antara mereka, dan kami berserah diri kepada-Nya.“ (84)
Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima (amal) daripadanya dan dia di akherat termasuk orang-orang merugi.” (85)
Kaum Yahudi dan Ahli Kitab pada umumnya meninggalkan kebenaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Padahal kebenaran yang mereka hadapi tidak dapat dibantah sedikit pun. Mereka kemudian mencari agama selain Islam.
Salah satu dalih yang digunakan bangsa Yahudi untuk meninggalkan Islam ialah dengan mengatakan bahwa mereka adalah pewaris agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub, Musa dan Isa as. Semua Nabi yang disebut bangsa Yahudi ini adalah membawa ajaran Allah yang sama dengan yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
Bahkan Al-Qur’an mengatakan bahwa Nabi dan kaum muslim bukanlah orang yang mengakui sebagian Rasul, tetapi kafir sebagian lainnya, sebagaimana dilakukan oleh bangsa Yahudi dan kaum Nasrani.
Para Nabi ini dapat diibaratkan dengan para amir yang jujur lagi amanat yang diutus oleh raja secara bergantian untuk mengurus salah satu wilayah kerajaannya, membangun kepentingan penduduknya dan membuat undang-undang yang bermanfaat untuk memerintah wilayah tersebut. Lalu ada kalanya seorang amir di belakangnya mengubah sebagian undang-undang yang sama, sejalan dengan perkembangan penduduknya dan adat - isuadat mereka, sebagaimana Ia saksikan dari suasana yang hatinya kasar menjadi halus, dari yang tadinya bodoh menjadi berilmu, yang tadinya biadab menjadi beradab. Tujuan dilakukannya perubahan ini ialah demi kesejahteraan mereka dari memperluas kebahagiaannya serta membawa mereka kepada keadaan yang sejahtera.
Bangsa Yahudi dengan agamanya ternyata tidak menjadikan mereka sebagai manusia yang dapat berjiwa pasrah dan tunduk kepada Allah. Agama Yahudi telah menjadi suatu cara hidup yang berlawanan dengan akal sehat dan fitrah manusia. Sebagai bukti ialah doktrin mereka, bahwa mereka menjadi kekasih Tuhan, sedangkan manusia yang lain menjadi budak mereka, Tuhan akan mengampuni dosa orang Yahudi, walaupun betapa besar kejahatannya, karena mereka adalah manusia pilihan. Doktrin-doktrin semacam ini menyebabkan mereka menolak ajaran Islam yang mengajarkan adanya persamaan derajat bagi setiap manusia dan pertanggunganjawaban manusia atas setiap tindakannya kepada Allah.
Agama yang tidak bisa menjadikan penganutnya berjiwa pasrah dan tunduk kepada Allah, adalah merupakan sekedar rangkaian slogan dan tradisi yang tidak membawa manfaat kepada ummat manusia. Bahkan akan menambah kerusakan jiwa dan kebingungan. Jika agama telah menjadi sekumpulan slogan dan tradisi, pada saat itu akan menjadi sumber kebencian dan permusuhan sesama manusia di dunia ini.
Bangsa Yahudi telah merasakan bahwa agama mereka hanya tinggal serangkaian slogan dan tradisi dan penuh dengan kebingungan dan sumber kerusakan moral. Walaupun Islam datang kepada mereka membawa ajaran yang membangkitkan kesegaran jiwa dan memberikan cahaya terang benderang, tapi karena kebencian mereka kepada Islam, mereka menolaknya dan berusaha menciptakan agama tandingan. Agama tandingan yang hendak mereka sodorkan inii, mereka tawarkan sebagai warisan dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ishaq. Maka tidaklah mengherankan kalau sampai saat ini bangsa Yahudi dengan penuh kecongkakan membanggakan diri sebagai pewaris agama Nabi-Nabi Bani Israel yang bersumber dari Nabi Ibrahim. Dan pada hakekatnya pernyataan mereka ini adalah sebagai kedok untuk menciptakan agama lain sebagai tandingan dari agama Islam.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 120 - 123
”Apakah mereka mencari agama selain dari agama Allah, padahal hanyalah kepada-Nya segala yang di langit dan di bumi berserah diri, baik dengan suka hati atau terpaksa dan kepada-Nya mereka di kembalikan.” (83)
Katakanlah . “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya‘qub dan anak anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para Nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membedakan seorang pun di antara mereka, dan kami berserah diri kepada-Nya.“ (84)
Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima (amal) daripadanya dan dia di akherat termasuk orang-orang merugi.” (85)
Kaum Yahudi dan Ahli Kitab pada umumnya meninggalkan kebenaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Padahal kebenaran yang mereka hadapi tidak dapat dibantah sedikit pun. Mereka kemudian mencari agama selain Islam.
Salah satu dalih yang digunakan bangsa Yahudi untuk meninggalkan Islam ialah dengan mengatakan bahwa mereka adalah pewaris agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub, Musa dan Isa as. Semua Nabi yang disebut bangsa Yahudi ini adalah membawa ajaran Allah yang sama dengan yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
Bahkan Al-Qur’an mengatakan bahwa Nabi dan kaum muslim bukanlah orang yang mengakui sebagian Rasul, tetapi kafir sebagian lainnya, sebagaimana dilakukan oleh bangsa Yahudi dan kaum Nasrani.
Para Nabi ini dapat diibaratkan dengan para amir yang jujur lagi amanat yang diutus oleh raja secara bergantian untuk mengurus salah satu wilayah kerajaannya, membangun kepentingan penduduknya dan membuat undang-undang yang bermanfaat untuk memerintah wilayah tersebut. Lalu ada kalanya seorang amir di belakangnya mengubah sebagian undang-undang yang sama, sejalan dengan perkembangan penduduknya dan adat - isuadat mereka, sebagaimana Ia saksikan dari suasana yang hatinya kasar menjadi halus, dari yang tadinya bodoh menjadi berilmu, yang tadinya biadab menjadi beradab. Tujuan dilakukannya perubahan ini ialah demi kesejahteraan mereka dari memperluas kebahagiaannya serta membawa mereka kepada keadaan yang sejahtera.
Bangsa Yahudi dengan agamanya ternyata tidak menjadikan mereka sebagai manusia yang dapat berjiwa pasrah dan tunduk kepada Allah. Agama Yahudi telah menjadi suatu cara hidup yang berlawanan dengan akal sehat dan fitrah manusia. Sebagai bukti ialah doktrin mereka, bahwa mereka menjadi kekasih Tuhan, sedangkan manusia yang lain menjadi budak mereka, Tuhan akan mengampuni dosa orang Yahudi, walaupun betapa besar kejahatannya, karena mereka adalah manusia pilihan. Doktrin-doktrin semacam ini menyebabkan mereka menolak ajaran Islam yang mengajarkan adanya persamaan derajat bagi setiap manusia dan pertanggunganjawaban manusia atas setiap tindakannya kepada Allah.
Agama yang tidak bisa menjadikan penganutnya berjiwa pasrah dan tunduk kepada Allah, adalah merupakan sekedar rangkaian slogan dan tradisi yang tidak membawa manfaat kepada ummat manusia. Bahkan akan menambah kerusakan jiwa dan kebingungan. Jika agama telah menjadi sekumpulan slogan dan tradisi, pada saat itu akan menjadi sumber kebencian dan permusuhan sesama manusia di dunia ini.
Bangsa Yahudi telah merasakan bahwa agama mereka hanya tinggal serangkaian slogan dan tradisi dan penuh dengan kebingungan dan sumber kerusakan moral. Walaupun Islam datang kepada mereka membawa ajaran yang membangkitkan kesegaran jiwa dan memberikan cahaya terang benderang, tapi karena kebencian mereka kepada Islam, mereka menolaknya dan berusaha menciptakan agama tandingan. Agama tandingan yang hendak mereka sodorkan inii, mereka tawarkan sebagai warisan dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ishaq. Maka tidaklah mengherankan kalau sampai saat ini bangsa Yahudi dengan penuh kecongkakan membanggakan diri sebagai pewaris agama Nabi-Nabi Bani Israel yang bersumber dari Nabi Ibrahim. Dan pada hakekatnya pernyataan mereka ini adalah sebagai kedok untuk menciptakan agama lain sebagai tandingan dari agama Islam.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 120 - 123
Tidak ada komentar:
Posting Komentar