Minggu, 11 September 2016

Tempat Nongkrong Para Pembawa Api

Manga Gensō Suikoden III - The Successor of Fate. Bright "Airline" dan Fubar "Airline" menembus malam menempuh rute penerbangan perbatasan desa Chisha menuju desa Duck.
"Tanda apa di tangan kananmu itu, Hugo?", kepo Futch.
"Bekas luka bakar", jawab Hugo sekenanya.
"Hmm, begitu?", gumam Futch seolah tak percaya.
"Memang kenapa?", selidik Hugo.
"Dulu temanku juga punya tanda sepertinya sama denganmu, dia orang baik", tutur Futch.

Dan mereka kembali larut dalam hening malam perjalanan.

"Bagaimana pengintaiannya?", tanya Aila.
"Sebenarnya kami hendak ke benteng Budehuc, tapi kami melihat kobaran api di Chisha, maka kami memutuskan untuk melihat keadaannya", papar Futch.
"Bukankah benteng Budehuc tak ada kaiannya dengan perang?", tanya Hugo.
"Ada rumor disana adalah tempat berkumpulnya para pembawa api", jelas Futch.

Perjalanan pun kembali hening, hingga tiba-tiba.

"Hugo, itu tanda True Fire Rune khan?", tanya Futch.
"Tak usah disembunyikan, aku bukan musuh, setidaknya untuk saat ini", lanjut Futch.
"Tugasku bukanlah meninjau siuasi perang atau apa pun, tapi mencegah pahlawan api dan kawannya tertangkap. Aku pernah punya pengalaman melalui dua perang besar bersama para pemilik True Rune. Dan sekarang, perang besar yang memperebutkan True Rune akan menutupi permukaan tanah. Aku punya firasat bakal seperti itu. Jadi, aku sudah siap untuk itu dari saat diperintahkan komandan untuk melindungi True Rune", papar Futch lebih detail.

Mendengar paparan Futch membuat Hugo ingin segera bertemu Jimba untuk bertanya soal takdir Rune. (sumber : Manga Gensō Suikoden III - The Successor of Fate 6, karya Aki Shimizu; Kadokawa Corporation; Tokyo Japan 2002).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar