Selasa, 06 Mei 2014

RUH (3)

Derajat Nafs
Pekerti seseorang, watak dan cara hidupnya, ditentukan oleh kemampuan-kemampuan tersebut di atas. Sifat daripada syahwat ialah selalu menginginkan kelezatan jasmaniyah seperti makan-minum yang enak, berpakaian bagus serta segala macam kelezatan dan kemewahan lain. Syahwat tidak mau tahu tentang baik atau buruk, halal atau haram, dan manfaat atau bermadlarat. Tetapi Nathiqah mempertimbangkan mana diantara segala keinginan itu yang baik dan bermanfaat untuk kemudian dilaksanakan; sedang keinginan yang tidak baik untuk dihindari. Nathiqah mempertimbangkan segalanya itu berdasarkan pengetahuan, pengalaman, pemikiran dan agama. Nathiqah dan Syahwat mempunyai nilai-nilai yang berlawanan, karena Nathiqah cenderung kepada keutamaan sedang syahwat ingin kepada pemuasan dalam kelezatan jasmani. Maka antara keduanya terjadi dialog atau pertentangan. Kadang-kadang Nathiqah menang sehingga yang dilaksanakan ialah keinginan yang disetujui olehnya. Tetapi sering Syahwat lebih kuat, maka terjadilah perbuatan memuaskan hawa nafsu tanpa mengingat nilai moral dan agama. Akibatnya ialah kemampuan berpikir pada Nathiqah diperintah oleh Syahwat untuk memikirkan cara-cara yang lebih efektif guna memuaskan hawa nafsu itu.
Adapun Gadlab dapat diumpamakan sebagai api. Dia sumber lahirnya kemauan, tekad, keberanjan, kenekatan, kesabaran, ketergesaan dan kemarahan. Apabila Gadlab dapat dikuasai oleh Nathiqah maka ia akan kuat kemauan dan tekadnya untuk berbuat kebaikan, berani dan tidak membabi-buta, tenang dan sabar lagi pula tidak lekas marah. Tetapi bila Gadlab dikuasai oleh Syahwat, dia akan tamak dan serakah, tidak pernah puas dan tenang, pemarah dan angkuh, kejam dan aniaya.
Demikianlah keadaan jiwa atau nafs manusia. Allah menerangkan pembagian derajat nafs di dalam Al Quran, menjadi tiga : nafs amarah, nafs lawwamah dan nafs muthmainnah.
Nafs Ammarah ialah jiwa yang Syahwat dan Gadlabnya secara bersama-sama telah menaklukkan Nathiqah. Adreng dan perbuatan yang timbul dari nafs itu semata-mata ketamakan dan kejahatan, kemaksiyatan dan aniaya. Nafs Ammarah adalah derajat nafs yang terendah. Allah berfirman : “Sungguh nafs itu selalu menyuruh kepada kejabatan.” (Surat Yusuf  : 53).
Nafs Lawwamah ialah seperti firman Allah dalam Surat Al-Qiyamah : 2 : “Dan Aku tidak bersumpah dengan nafs yang mencela.”
Nafs Lawwamah ialah jiwa-yang telah mampu mencela pekerti yang jelek, artinya telah dapat merasa menyesal setelah melakukan perbuatan dosa atau tidak patut. Namun seringkali Syahwat dan Gadlab mengalahkan Nathiqahnya hingga dia terperosok lagi kepada perbuatan yang jahat, akhirnya menyesal pula. Maka dapat dikatakan bahwa dalam nafs lawwamah selalu terjadi perjuangan antara Nathiqah di satu pihak dan Syahwat serta Gadlab di lain pihak. Adakalanya Nathiqah unggul dan sering Syahwat serta Gadlab yang menang. Maka Nafs Lawawmah ini berada dalam derajat menengah.
Adapun Nafs Muthmainnah adalah yang tertinggi derajatnya. Sesuai dengan namanya jiwa ini selalu tenang, tidak mudah tergoda oleh pengaruh gejolak Syahwat dan Gadlabnya. Syahwat dan Gadlab itu telah tunduk kepada bimbingan dan petunjuk Nathiqahnya. Manusia yang berjiwa muthmainnah ini selalu ingat dan berbakti kepada Allah, hasratnya sangat besar untuk berbuat kebaikan serta hatinya tegas dalam menolak dan menjauhi kejahatan. Tidak terpengaruh oleh keduniaan karena yang diidamkan hanyalah karunia Allah dalam kehidupan Akhirat. Tentang nafs-muthmainnah ini Allah berfirman dalam Surat Al-Fajr ayat 27 – 30 : “Wahai jiwa yang tenang tenteram, marilah engkau kembali menghadap Tuhanmu dengan segala senang hati dan disenangi; maka masuklah engkau ke dalam golongan-hamba-hamba yang Aku kasihi serta masuklah engkau ke dalam syurga-Ku!”
Masing-masing derajat nafs tersebut di atas dapat berobah, meningkat atau menurun. Nafs ammarah dapat meningkat kepada derajat lawwamah dan seterusnya mencapai derajat muthmainnah. Demikian pula nafs muthmainnah dapat menurun ke derajat lawwamah dan seterusnya ammarah. Hal-hal yang dapat meningkatkan derajat nafs ialah pembinaan dan pendidikan serta pengajaran dan nasehat. Godaan dan bujukan untuk melakukan perbuatan jahat apabila terlalu kuat dan tidak dapat ditahan lagi oleh Nathiqah pasti akan melahirkan kejahatan serta menurunkan derajat nafs. Oleh sebab itu setiap manusia memerlukan pembinaan-pembinaan agar derajat nafs dapat stabil dalam keadaan baik serta tinggi nilainya. Pembinaan itu terutama ialah pendidikan agama dan akhlaq, sesudah itu pendidikan kesederhanaan dan ilmu. Nathiqah harus dapat membebaskan diri dari pengaruh Syahwat dan Gadlab, bahkan harus menyuluhi serta membimbing keduanya ke jalan dan cara hidup yang benar. Demikianlah agar supaya kelak, apabila telah tiba saatnya ruh meninggalkan jasad, nafs berada dalam derajat yang tidak mengecewakan, syukur dalam derajad Muthmainnah. Nafs-muthmainnah akan menerima rahmat Allah yang terbesar, seperti yng telah difirmankan dalam ayat tersebut di atas.
-------------------------
Menyingkap Tabir Rahasia Maut, Cetakan ke-2, H. Djarnawi Hadikusuma, PT. Percetakan Persatuan Yogyakarta, halaman 12-14.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar