Rabu, 30 April 2014

PROSES TERCIPTANYA MAKHLUQ MANUSIA

Manusia pertama adalah Nabi Adam yang diciptakan Allah daripada tanah, lalu daripada sebilah tulang rusuknya Allah ciptakan pula isterinya yang bernama Hawa. Dan kedua laki-isteri itulah berkembangbiak umat manusia bertebaran hidup di bumi. Ini telah dijelaskan dalam Surat Al Hujurat : 13 : “Wahai sekalian manusia, sungguh Kami telah ciptakan kamu sekalian dari seorang lelaki dan seorang wanita, dan Kami telah pula jadikan kamu sekalian berlainan bangsa dan suku agar supaya kamu saling berkenalan. Sungguh yang paling mulia di antara kamu sekalian pada penilaian Allah ialah yang paling taqwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui dan memberitakan segala perbuatan kamu.”
Tentang diciptakannya Adam dari tanah lalu keturunannya diciptakan Allah dalam rahim ibu tersebut dalam Surat As-Sajadah ayat 7, 8 dan 9 : “Allah telah memperindah segala sesuatu yang diciptakan-Nya, dan mula-mula menciptakan manusia dari tanah, kemudian menjadikan keturunannya dari pada sari airmani, lalu Dia membinanya dan meniupkan ke dalamnya sebagian daripada ruh yang diciptakannya dan Dia jadikan bagimu indera pendengar, penglihatan serta perasaan. Sungguhpun demikian alangkah sedikitnya kamu yang tahu terimakasih.”
Adapun tentang proses terciptanya manusia bayi dalam kandungan telah nyatakan dalam Surat Al-Mukminun ayat 12 – 14 : “Dan sungguh Kami telah ciptakan manusia daripada sari tanah, lalu sari tanah itu Kami ciptakan menjadi benih-hidup yang tersimpan dalam rahim yang teguh, kemudian Kami jadikan benih itu segumpal darah, serta dalam daging itu Kami tumbuhkan tulang, maka Kami balut pula tulang-tulang dengan daging, kemudian Kami ciptakan dia menjadi makhluq baru. Demikianlah Allah Yang Maha Memberkahi serta Pencipta Yang Tertinggi.”
Firman Allah tersebut di atas menerangkan dengan lebih terperinci terjadinya darah-kental dalam rahim itu seperti yang tersebut dalam 5 ayat Surat Al-’Alaq yang mula-mula turun. Lalu Allah terangkan pula proses pembinaan terhadap darah-kental itu hingga menjadi manusia bayi yang hidup.
Diterangkan bahwa nuthfah atau spermatozoon yaitu benih-hidup yang terdapat dalam airmani lelaki, adalah diciptakan Allah dari sari-tanah. Ini mudah dipahami, karena nuthfah ini terjadi dari zat-makanan yang diolah dalam tubuh, dan makanan berasal dari tanaman serta tanaman dari tanah. Dalam setiap 1 cm3 airmani lelaki ada mengandung ± 60 juta benih hidup, bentuknya bagai cacing bergerak dan berenang. Karena lembutnya tidak terlihat oleh mata. Pada saat tertentu airmani lelaki memasuki tubuh wanita. Benih-hidup yang berjuta-juta itu bergerak memasuki saluran di atas rahim ibu, dijemput oleh butiran-butiran telur wanita. Dari sekian banyaknya benih-hidup itu hanya satu yang berhasil menembus dan masuk ke dalam sebutir telur. Dan telur yang telah dibuahi itu kemudian disalurkan memasuki rahim lalu melekat dengan teguh pada dindingnya, maka kehamilan pun mulailah. Inilah yang oleh Allah dijelaskan dengan kata-kata : “fi qara rin makin” atau tersimpan dalam simpanan yang teguh.
Demikianlah nuthfah itu lalu dibina menjadi darah, lalu menjadi daging, lalu dalam daging itu tumbuh tulang, kemudian daging beserta tulang itu senantiasa bertambah besar serta berbentuk dengan terwujudnya anggauta-anggauta badan dimana daging membalut tulang. Pada usia ± 4 bulan Allah meniupkan ruh ke dalamnya maka hiduplah bayi itu sebagai manusia baru. Dan akhirnya setelah cukup bulannya iapun lahir ke dunia. Bayi itu diusui dan diasuh oleh ibunya. Pendengaran telinganya yang tadinya amat lemah berangsur terang, mendengar setiap suara dan bunyi di sekelilingnya. Kedua matanya yang sewaktu lahir terpejam, kini terbuka tetapi belum melihat. Penglihatannya berangsur datang sesuai dengan perkembangan syarafnya. Beberapa minggu setelah dilahirkan ia dapat melihat dunia ini dengan jelas dan terang. Perasaan hatinya juga tumbuh berangsur-angsur mengikuti tambahnya umur, demikian pula kemampuannya mengingat dan berpikir. Dalam usia 6 atau 7 tahun pertumbuhan itu mulai sempurna. Kesadaran bertambah terang, ingatan semakin kuat, pikiran makin cerdas, perasaan bertambah tajam dan rasa “ke-aku-an” semakin menonjol.
-------------------------
Menyingkap Tabir Rahasia Maut, Cetakan ke-2, H. Djarnawi Hadikusuma, PT. Percetakan Persatuan Yogyakarta, halaman 6-9.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar