Senin, 03 Februari 2014

KEPUTUSAN YANG BERLEBIH-LEBIHAN

Dari tinjauan kita mengenai arti ayat-ayat Surah At-Taubah yang sudah kita baca itu, dari segi sejarah dan sosiologi, tenlu akan mnengantarkan kita pada penilaian itu juga. Dan setiap orang yang jujur dan beritikad baik, akan ke sana pula penilaiannya. Akan tetapi, mereka yang telah memberikan tanggapan kepada Rasul dengan cara yang sudah melampaui batas itu, akan meninggalkan tinjauan demikian ini. Mereka akan menafsirkan ayat dalam Surah At-Taubah yang sudah begitu jelas dan kuat itu dengan mengatakan, bahwa hal itu akan mendorong orang jadi fanatik, yang sudah tidak sesuai lagi dengan jiwa toleransi peradaban dewasa ini akan mendorong orang supaya mengejar dan membunuh orang-orang musyrik di mana saja ada orang-orang yang beriman — tanpa mengenal ampun dan kasihan lagi, juga mendorong orang membuat undang-undang atas dasar tirani.
Demikian inilah kata-kata yang sering kita baca dalam buku-buku kaum Orientalis. Kata-kata ini sangat menarik pikiran orang yang memang belum matang dalam masalah-masalah kritik sosial dan sejarah, dalam kalangan Muslimin sendiri sekalipun. Kata-kata demikian itu sebenarnya samasekali tidak sesuai dengan kenyataan sejarah juga tidak sesuai dengan kenyataan social. Hal inilah — yang dalam penafsiran mereka mengenai Surah At-Taubah seperti yang kita sebutkan dan yang serupa itu pula yang banyak terdapat dalam surah-surah lain dalam Quran yang menyebabkan orang membuat suatu penafsiran yang samasekali tak dapat diterima oleh logika dan kenyataan dalam sejarah Rasul, juga bertentangan dengan rangkaian sejarah hidup Nabi Besar itu sejak ia di utus Allah membawa agama ini sampai ia berpulang kembali ke rahmatullah.

KEBEBASAN BERFIKIR DAN PERADABAN BARAT

Untuk menjelaskan hal ini, baik juga kalau kita bertanya mengenai dasar ideal peradaban yang berlaku sekarang, lalu kita bandingkan dengan dasar ideal seperti yang dibawa oleh Muhammad itu. Dasar ideal peradaban yang berlaku dewasa ini ialah kebebasan berpikir yang tidak terbatas, dan hanya cara menyatakannya dibatasi dengan undang-undang. Dan kebebasan berpikir inilah yang lalu dijadikan suatu ideology, yang dibela orang dan bersedia ia berkorban untuk itu. Ia berjuang dan berperang mati-matian hendak mewujudkan hal itu, dan menganggap semua itu sebagai kejayaan yang patut dibanggakan oleh setiap generasi, dan dibanggakan juga terhadap masa lampau. Karena itu pulalah Orientalis-orientalis seperti yang kita sebutkan itu berkata :
“Ajaran Islam yang hendak memerangi orang yang tidak mau beriman kepada Tuhan dan Hari Kemudian, ialah ajaran yang menyuruh orang jadi fanatik. Sebenarnya ini bertentangan dengan kebebasan berpikir.”
Ini suatu pemalsuan yang memalukan, apabila kita sudah mengetahui bahwa nilai pikiran itu terletak pada ajaran dan perbuatannya. Islam tidak menyuruh menentang orang-orang musyrik penduduk semenanjung itu, kalau saja mereka patuh dan tidak mengajak orang melakukan syirik dan menyuruh pula melaksanakan upacaranya. Peradaban yang sedang berkuasa (the ruling culture) sekarang, dalam memerangi pikiran-pikiran yang berlawanan dengan situasi ideologi itu sudah melebihi perlawanan kaum Muslimin terhadap orang-orang musyrik. Juga peradaban yang berkuasa sekarang ini seribu kali lebih jahat dibandingkan dengan jizya yang berlaku terhadap orang yang dianggap Ahli Kitab itu.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 531-533.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar