Rabu, 27 Juni 2012

KEMBALINYA MEREKA YANG HIJRAH KE ABISINIA

Kaum Muslimin yang hijrah ke Abisinia tinggal selama tiga bulan di sana. Sementara itu Umar ibn’l-Khattab sudah pula masuk Islam. Setelah para pengungsi ini mengetahui bahwa pihak Quraisy sudah mulai surut dan mengganggu Muhammad s.a.w. dan pengikut-pengikutya — setelah Umar masuk Islam — menurut sebuah sumber, banyak di antara mereka itu yang kembali, dan sumber lain mengatakan semua mereka itu kembali ke Mekah. Tetapi setelah mereka sampai di Mekah, ternyata pihak Quraisy kembali menyiksa kaum Muslimin bahkan lebih keras lagi daripada yang pernah dialami kaum pengungsi itu dulu. Sebagian mereka ada yang kembali ke Abisinia, ada pula yang memasuki Mekah atau di dekat-dekatnya dengan sembunyi-sembunyi. Konon katanya, bahwa mereka yang kembali itu membawa pula sejumlah kaum Muslimin dan mereka ini tinggal di Abisinia sampai sesudah Hijrah dan sesudah keadaan Muslimin di Medinah jadi lebih stabil.
Apa pula motif yang mendorong kaum Muslimin di Abisinia itu kembali sesudah tiga bulan mereka tinggal di sana? Di sinilah munculnya cerita gharaniq itu yang dilangsir oleh Ibn Sa’d dalam dan oleh at-Tabaqat’l-Kubra dan oleh at-Tabari dalam Tarjkh‘r-Rusul wal-Muluk, yang juga sama dilangsir oleh ahli-ahli tafsir kalangan Muslimin dan penulis-penulis sejarah Nabi, dan lalu diambil pula oleh sekelompok Orientalis-orientalis yang dalam sekian lama oleh mereka tetap dipertahankan

GHARANIQ YANG LUHUR
Adapun timbulnya cerita gharaniq itu ialah, setelah Muhammad s.a.w. melihat pihak Quraisy menjauhinya dan sahahat-sahabatnya disiksa. Ia berharap-harap sambil mengatakan : Coba aku tidak mendapat perintah apa-apa yang kiranya akan menjauhkan mereka dari aku. Ia mengumpulkan golongannya dan mereka bersama-sama pada suatu hari duduk-duduk dalam sebuah tempat pertemuan di sekitar Mekah. Kepada mereka dibacakannya Surah An-Najm sampai pada firman Allah : “Adakah kamu perhatikan Lat dan ‘Uzza. Dan itu Manat ketiga, yang terakhir?” (QS 53 : 19-20). Sesudah itu lalu dibacakannya pula: “Itu gharaniq yang luhur, perantaraannya sungguh dapat diharapkan.”
Kemudian ia meneruskan membaca Surah itu seluruhnya sampai pada akhirnya ia sujud. Ketika itu semua orang ikut sujud, tak ada yang ketinggalan. Pihak Quraisy menyatakan kepuasannya atas apa yang telah dibaca Muhammad s.a.w. itu.
Kata mereka: “Kami tahu sudah bahwa Allah itu menghidupkan dan mematikan, menciptakan dan memberi rezeki. Tetapi dewa kami ini menjadi perantara kami kepada-Nya. Kalau ternyata dia juga kauberi tempat, maka kami pun setuju dengan kau.”
Dengan demikian hilanglah perselisihan dengan mereka itu. Peristiwa tersebut lalu tersebar di kalangan umum hingga sampai juga ke Abisinia. Pihak Muslimin lalu berkata: Di sana ada keluarga-keluarga dekat kami yang sangat kami cintai. Lalu mereka pun pulang kembali. Apabila pada tengah hari mereka sampai ke dekat Mekah mereka bertemu dengan rombongan kafilah Kinana yang lalu dan rombongan itu pun menjawab : Ia menyebutkan dewa-dewa mereka dengan baik dan mereka pun lalu mengikutinya. Kemudian ia berbalik lagi mencela dewa-dewa mereka itu dan mereka pun lalu memusuhinya lagi. Perbuatan mereka itu dibicarakan oleh pihak Muslimin. Tidak tahan lagi mereka ingin menemui keluarga, dan mereka lalu memasuki Mekah.
Sebabnya maka Muhammad s.a.w. berbalik tidak mau menyebutkan dewa-dewa Quraisy dengan baik — menurut beberapa sumber yang mencatat berita ini — ialah karena ia sudah tidak tahan atas ucapan Quraisy: “Kalau ternyata dewa-dewa kami juga kauberi tempat, maka kami pun setuju dengan kau,” dan karena ketika dia sedang duduk-duduk di rumahnya hingga sore Jibril datang dan bertanya :
“Aku membawakan dua anak kalimat ini kepadamu?” dengan menunjuk kepada “Itu gharaniq yang luhur, perantaraannya dapat diharapkan.”
Muhammad pun menjawab :
“Aku mengatakan sesuatu yang tidak dikatakan oleh Allah.” Kemudian Allah mewahyukan : “Dan hampir-hampir saja mereka itu menggoda kau tentang apa yang sudah Kami wahyukan kepadamu, supaya engkau mau atas nama Kami memalsukannya dengan yang lain.”
Ketika itulah mereka mengambil engkau menjadi kawan mereka. Dan kalaupun tidak Kami tabahkan hatimu, niscaya engkau hampir cenderung juga kepada mereka barang sedikit. Dalam hal ini, akan Kami timpakan, kepadamu hukuman berlipat ganda, dalam hidup dan mati. Selanjutnya engkau tiada akan mempunyai penolong menghadapi Kami.“ (QS 17 : 73 – 75)

Dengan begitu kembali ia memburuk-burukkan dewa-dewa Quraisy itu, dan Quraisy pun kembali lagi memusuhinya dan mengganggu sahbat-sahahatnya.
--------------------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 114-116

Tidak ada komentar:

Posting Komentar