Minggu, 22 Januari 2012

Wanita Dalam Pandangan Yahudi

Adapun wanita menurut orang-orang Yahudi bahwa mereka adalah makhluk yang rendah dan hina. Bagi mereka wanita ibarat barang tak berharga yang dapat dibeli di pasar-pasar, yang dikekang hak-haknya, terhalang untuk mendapatkan warisan apabila orang tuanya meninggalkan harta. Adapun apabila Seorang ayah meninggalkan barang tetap (semisal rumah atau tanah) maka diberikan kepadanya. Namun apabila meninggalkan harta, sama sekali dia tidak memiliki hak nafkah dan mahar termasuk dari jenis emas dan perak.
Apabila ahli waris tidak ada melainkan wanita dan tidak memiliki saudara laki-laki, maka tidak boleh bagi wanita tersebut menikah dengan suku yang lain, dan tidak boleh bagi mereka menyalurkan warisan tersebut kepada orang yang di luar sukunya.
Mereka menganggap bahwa bagi laki-laki, wanita adalah satu pintu dan pintu jahannam karena wanitalah yang dituduh menggerakkan dan membawa mereka kepada dosa. Dan wanitalah terpancar mata air musibah yang menimpa manusia seluruhnya. Mereka berkeyakinan bahwa wanita adalah laknat karena telah menggoda Adam. Para wanita manakala sedang haidh, mereka tidak boleh duduk dan tidak boleh pula makan-makan dan tidak boleh menyentuh bejana karena dianggap najis. Mereka dilarang memasuki rumah dan disediakan baginya tempat khusus dan disediakan di depannya roti dan air. Mereka tetap di tempat tersebut hingga mereka kembali suci. Telah merata di kalangan mereka perzinaan dan dosa dengan mengatasnamakan kebebasan. Maka wanita menjadi pelacur, dan mereka menempatkan perzinaan sebagai bentuk dari upacara suci, dengan menyetubuhinya berarti dia telah melakukan ibadah. Bahkan menjadikan zina sebagai bentuk taqarub/ mendekatkan diri kepada tuhan mereka.
Kita dapatkan pula bahwa pendeta di kalangan mereka mirip degan pezina yang memperbolehkan penganut Yahudi untuk melakukan perbuatan zina. Dan dikatakan dalam kitab mereka yang diselewengkan bahwa Allah mengharamkan orang Yahudi bersetubuh dengan kerabatnya, adapun dengan wanita lain maka diperbolehkan.
Begitulah, menurut mereka wanita itu rendah dan hina dina. Maka dari sini kita, begitu pula ibu-ibu kita, istri-istri kita, putri-putri kita dapat merasakan nikmat Islam yang begitu agung dan rahmat-Nya yang tiada tara yang telah memuliakan wanita, sehingga dapat meningkatkan akidah kita. Maka kita serukan kepada para wanita, “Wahai muslimah janganlah kau ganti nikmat Allah dengan kekufuran.”
-----------
NISAA' HAULAR RASUL, Mahmud Mahdi Al Istanbuli dan Musthafa Abu An Nashr Asy Syalabi (Para Penulis), MENGENAL SHAHABIAH NABI S.A.W. (Edisi Indonesia), Abu Umar Abdullah Asy Syarif (Penterjemah), At-Tibyan Solo, halaman 22-23

Tidak ada komentar:

Posting Komentar