Rabu, 07 Maret 2018

Bahaya Wahabi

Note Trip. Sekira bulan akhir bulan Maret 2017 selepas kunjungan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud ke Indonesia tercinta, saat aku melakukan perjalanan ke Yogyakarta. Aku duduk bersama seorang bapak yang kemudian makan siang bareng sesampainya di Terminal Jombor, sembari membicarakan obrolan orang yang duduk di bangu depan kami.
Pak Agus (sebut saja begitu) teman sebangku perjalananku ke Yogyakarta, memulai pembicaraan : "Sempat dengar perkataan bapak yang duduk dibangku depan kita dik?"
"Yang bagian mana pak?", tanyaku
"Itu lho, "Di jaman pak harto, sekte wahabi yang dianut raja Salman sempat dilarang, setelah berafiliasi dengan Golkar akhirnya berjalan dengan pembinaan. Sekarang jemaahnya dibina oleh partai penguasa, beruntung saya sempat berada dalam aliran tersebut yang kemudian membawa saya kepada pemahaman perlu mengimani al-qur'an, injil bahkan beserta shuhuf-shuhuf torah yang ada di dalamnya dan melepas hadits-hadits tulisan orang-orang yang tidak memiliki jaminan dari Tuhan", ingat kah perkataan yang itu dik?"
"Ingat pak", jawabku.
"Menurut adik?", tanya beliau.
"Yang saya garis bawahi dia menafikan hadits-hadits, itu sangat berbahaya dalam menghadapi fitnah akhir zaman", jawabku.
"Berhati-hatilah dik, bila bergaul dengan orang-orang model seperti itu, pemikirannya sangat jauh dari watak Ahlus Sunnah wal Jamaah, pemikiran seperti itu bisa berasal dari syiah, liberal, atheis dan kroni-kroninya, tetaplah belajar agama yang benar, berdoa senantiasa untuk selalu dikucuri hidayah.", pak Agus menasehatiku.

Sebelum berpisah beliau sempat memberiku PR, "Buka Qur'annya ya dik!, surat Ali Imran ayat 71 - 73".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar