Kamis, 09 Juni 2016

Terbunuhnya Tgaqhut Al-Kadzab

TIME TUNNEL. Selepas pertemuan pertama dengan ksatria wanita Mukminah beberapa saat yang lalu di lorong waktu. Rindu sekali berkhidmat tentang ke-Islam-an dan kecintaan beliau pada Allah ta'ala dan Rasulullah s.a.w.
Ketika berada tak jauh dari rumah beliau, Ummu Umarah. Aku rasakan ada sesuatu yang hilang dari suasana kota Madinah. Ternyata aku sudah melewati masa duka Madinah. Setibanya di rumah Ummu Umarah, beliau menjamu aku dan mulai bercerita banyak bahwa selepas Uhud-nya; keikutsertaannya dalam baitur-ridwan bersama Rasulullah  ﷺ dalam perang Hudaibiyah, begitu juga tatkala perang Hunain.
Dan beliau bercerita tentang keikutsertaannya dalam perang Yamamah, memerangi kabilah murtad pimpinan Musailamah Al-Kadzab. Di dalam perang ini Nusaibah terlebih dahulu mendapat ujuan berat karena sang putra, Hubaib bin Zaid bin Ashim yang menjadi utusah khalifah Rasulullah  ﷺ, Abu Bakr As-Siddiq, syahid di tangan Musailamah Al-Kadzab ketika dipaksa bersyahadat atas kenabian Musailamah Al-Kadzab, tetapi Hubaib lebih memilih memegang kesaksiannya kepada Allah dan Rasulullah Muhammad  ﷺ.
Kemudian dengan segenap perjuangan Ummu Umarah memohon ijin kepada khalifah Rasulullah, Abu Bakr As-Siddiq untuk turut berperang bersama Abdullah bin Zaid bin Ashim putranya yang tersisa. Dengan penuh semangat kepahlawanan dan bertekad membunuh sang murtad. Tetapi takdir Allah menghendaki lain, bahwa yang mampu membunuh sang murtad adalah Washyi bin Harb.
Namun begitu Ummu Umarah ketika mengetahui kematian si Thaghut Al-Kadzab, maka beliau bersujud syukur kepada Allah ta'ala. 
Ummu Umarah pulang dari peperangan Yamamah dengan 12 luka pada tubuhnya, kehilangan satu tangannya dan kehilangan satu lagi anaknya yang tersisa, Abdullah bin Zaid bin Ashim.
--------------------------------
Inspirasi :
Nisaa' Haular Rasul, Mahmud Mahdi Al Istanbuli dan Musthafa Abu An Nashr Asy Syalabi (Para Penulis), Mengenal Shahabiah Nabi s.a.w. (Edisi Indonesia), Abu Umar Abdullah Asy Syarif (Penterjemah), At-Tibyan Solo, halaman 252 – 256.
Abu Bakr As-Siddiq, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Keduabelas, Januari 2010, halaman 157-158.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar