Senin, 12 Mei 2014

ALAM BARZAKH (1)

Pengertian tentang alam Barzakh
Dari segi bahasa “barzakh” berarti tabir atau perbatasan. Yang dimaksud ialah batas atau antara atau jarak yang memisahkan antara alam dunia dan alam akhirat. Sebagaimana telah diketahui, dunia ini kelak akhirnya akan rusak binasa dan hilang sirna. Kerusakan semesta itu disebur sa’ah, atau dinamakan qiyamah karena sesudah itu jasad manusia yang telah mati dibangkitkan dan dihidupkan lagi. Sejak itu alam dinamakan akhirat. Maka yang dinamakan barzakh ialah jarak waktu dihitung dan saat matinya masing-masing manusia sampai datangnya akhirat. Dengan demikian jarak waktu alam barzakh yang dialami masing-masing manusia berlainan panjangnya.
Barzakh adalah alam rohani, jadi tidak merupakan tempat dan tidak menghajatkan tempat atau ruang. Dengan demikian kita tidak dapat mengatakan di mana letaknya alam barzakh itu, tetapi kita dapat mengatakan apabilanya manusia sampai di sana; yaitu sesudah manusia mati sampai dibangkitkan lagi di akhirat kelak. Pada waktu ruh telah kembali dan berada dalam alam harzakh, jasad telah berada dalam kubur. Oleh karena itu secara tidak benar orang sering mengatakan tentang alam kubur, sedang yang dimaksud sebenarnya ialah alam barzakh itu. Secara umum dapat dikatakan bahwa barzakh berada dalam bagian rohani dari alam ini. Setelah ruh berada di alam barzakh, dia tidak akan pernah kembali atau menjenguk dunia manusia yang masih hidup ini.
Setelah ruh lepas dari tubuh dia terus menjalani waktunya di alam barzakh, dengan mengalami peristiwa-peristiwa rohani yang terjadi sepanjang waktu itu. Tiap ruh mempunyai kesadaran, dia melihat dan mendengar. Dan dia sadar akan “aku”nya. Setiap yang dialami dalam alam barzakh pun menimbulkan perasaan tertentu, bahagia atau susah, puas atau menyesal. Rasulullah Muhammad s.a.w. telah menjelaskan apa yang dialami ruh selama berada dalam alam banzakh itu, dengan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Ibnu ‘Umar : “Sungguh masing-masing kamu sekalian apabila telah mati, tiap pagi dan sore kepadanya akan diperlihatkan tempatnya kelak di akhirat. Jika Ia ahli Syurga maka Syurgalah yang akan diperlibatkan itu, dan jika Ia ahli Neraka maka neraka pulalah. Lalu akan dikatakan kepadanya : Inilah tempatmu nanti apabila engkau dibangkitkan lagi pada hari kiyamat.”
Melihat Syurga adalah kenikmatan yang teramat besar karena merupakan kepastian bahwa kelak di akhirat ruh itu akan ditempatkan dalam Syurga itu, yang penuh kebahagiaan abadi. Ruh menjadi tenang, menanti tibanya saat ia dibangkitkan. Tenang, tenteram dan bahagia. Inilah yang dinamakan ni’mat-kubur, dan sudah jelas bahwa yang dimaksud yaitu kenikmatan dalam alam barzakh. Adapun melihat neraka adalah siksa yang amat pedih, yang juga bersifat rohani, yaitu takut, menyesal, susah dan gelisah yang tidak berkeputusan karena mengerti bahwa di akhirat akan menjadi penghuni Neraka Jahannam. Siksa barzakh ini dinamakan ‘adzab-kubur.
Sebagian besar Ulama berpendapat bahwa terjadinya nikmat dan siksa kubur itu dialami oleh jasad atau mayat dalam kuburan. Allah mengembalikan ruh ke dalam mayat itu dengan kekuatan sekadar untuk melihat dan merasa serta menjawab pertanyaan Malaikat. Agaknya pendapat itu berlainan dengan firman Allah tersebut di atas bahwa ruh tidak dikembalikan ke jasad tetapi langsung ke alam Barzakh dan menanti kebangkitan di sana. Namun demikian barangkali letaknya perbedaan pendapat itu disebabkan oleh perbedaan tafsiran. Maka persoalan itu kita Serahkan kepada Allah.
-------------------------
Menyingkap Tabir Rahasia Maut, Cetakan ke-2, H. Djarnawi Hadikusuma, PT. Percetakan Persatuan Yogyakarta, halaman 19-20.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar