Senin, 21 April 2014

UJUNG PEMBELAJARAN

Setelah kita sekian lama menjelajah dan mengarungi lautan Kitab Perjanjian Lama dan Baru yang dipercayai sebagai kitab wahyu Ilahy, sekarang marilah kita lepaskan pikiran kita dari pengaruh kewahyuhan sesuatu kitab, dan marilah kita mentas dari lautan pemikiran tentang kewahyuan. Marilah kita mendarat ke daratan bebas, agar dapat lebih obyektif mengenai apa yang sebenarnya dinamakan wahyu Allah. Marilah kita hadapi Tuhan dengan sifat ketuhanan-Nya. Marilah kita menghadap Tuhan kita dengan mata dan hati terbuka.
Adalah suatu kewajaran dan keharusan bahwa Tuhan memiliki sifat-sifat yang menunjukkan keilahan-Nya dan dengan sifat-sifat itulah Tuhan adalah Tuhan Yang Esa, Yang Maha Kuasa dan Berkehendak serta Menentukan. Sifat-sifat itu sama qadiemnya dengan Dzat Tuhan sendiri, serta sifat-sifat itu merupakan sifat Kesempurnaan. Tuhan Maha Sempurna, karena itu Dia terhindar dari sifat-sifat yang tidak sempurna. Selain memiliki sifat Dzat (pribadi) yang sempurna itu. Tuhan juga bersifat dengan sifat-sifat yang melimpah kepada makhluk, yaitu antara lain sifat Rahman dan Rahim, memberi pahala dan hukuman; memberi petunjuk, perintah dan larangan yang merupakan Undang-undang Ilahi.
Tuhan bersifat Kalam atau Bersabda dan Yang Senantiasa Bersabda. Dengan sabda-Nya itulah Tuhan menyatakan kehendak-Nya yang senantiasa berlaku; maka tiada satupun terjadi di luar kehendak-Nya, meskipun hanya gugurnya daun kering dari tangkainya. Dengan Kehendak, Kekuasaan dan Kalam Allah ini telah terjadi alam dunia beserta segala isi dan gerak-geriknya dalam ketertiban pemeliharaan-Nya, yang orang namakan undang-undang alam yang setelah digali menghasilkan bermacam ilmu pengetahuan bagi manusia.
Kemudian dapat kita ketahui bahwa dengan Kalam Allah itu pula, Dia memberikan petunjuk, perintah dan larangan kepada, manusia untuk menjadi undang-undang dan tuntunan hidupnya. arena Dia adalah Tuhan serta Raja, tentulah Dia menentukan dalam Sabda-Nya ganjaran apa yang akan dikaruniakan-Nya kepada hamba yang mentaati petunjuk dan perintah serta larangan-Nya; serta menentukan hukuman bagi hamba yang mengingkarinya dan melanggar undang-undang-Nya. Kalam Allah dinamakan juga Wahyu. Dengan keterangan tersebut di atas, wahyu Allah dapat kita bagi menjadi tiga :
Pertama : Wahyu ‘Am atau wahyu Umum. Dengan wahyu ini Allah menjadikan seluruh makhluk, maka dinamakan wahyu khalqi. Wahyu taqdiri ialah wahyu yang menentukan segala gerak dan nasib makhluk-makhluk itu, menentukan segala apa yang terjadi, Wahyu ‘Am yang bersifat khalqi dan taqdiri ini berlangsung terus, karena itu Allah bersifat Mutakallim atau “senantiasa bersabda”: — (Dalam hal ini orang sering bersalahpaham dengan berpendapat : karena wahyu masih turun terus maka masih dapat sekarang ini orang menjadi Nabi).
Kedua : Wahyu Hidayah atau disebut juga “Ilham”. Wahyu ini berisi petunjuk dan dikaruniakan Allah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, yaitu karunia pengertian dan kesadaran mana yang baik dan buruk serta mana yang hak dan batil. Maka sangat utama kita sering mendo’a memohon hidayah Allah. — (Dalam hal inipun orang sering keliru paham lalu merasa mendapat wahyu dan menjadi Nabi, atau bersemadi ke tempat yang terpencil untuk mendapat wahyu.
Ketiga : Wahyu Syar’i atau Wahyu Agama. Wahyu Syar‘i ini hanya dikaruniakan kepada Nabi dan Rasul, lain tidak. Sangat berbeda dengan Wahyu ‘Am dan Wahyu Hidayah. Kalau Wahyu ‘Am hanya merupakan perintah terjadinya makhluk ini dan itu serta terjadinya peristiwa ini dan itu, dan kalau Wahyu Hidayah juga hanya merupakan pemberian kesadaran dan pengertian; maka Wahyu Syar’i merupakan : perkataan (firman) Allah yang telah tersusun lengkap berupa kalimat-kalimat yang difirmankan Allah. Isinya memuat agama yaitu : Iman dan Keesaan Allah, perintah dan larangan serta pahala dan siksa, serta tuntunan jelas bagi kehidupan manusia di dunia.
Wahyu Syar’i ini khusus kepada Nabi dan Rasul; agar Nabi dan Rasul itu memperdengarkan firman-firinan Allah itu ke telinga dan hati manusia. Firman-firman Allah inilah yang dinamakan Kitab Allah atau Kitab Suci. Dinamakan Kitab Suci karena dia Firman Allah Yang Mahasuci, Suci dari segala kekurangan, kekhilafan dan kesalahan, dan bersih dari tercampur oleh kata-kata susunan manusia. Orang Kristen menamakan wahyu ini “wahyu mekanis” karena sipenerima (Nabi dan Rasul) hanya menjadi corong. Memang wahyu Syar’i adalah firman Allah maka wajib bersifat mekanis, Rasul sekadar mengulang kembali firman itu tanpa merobah atau menambah dan mengurangi.
Kitab Allah memiliki ciri khusus, yang dengan memperhatikan adanya ciri-ciri itu kita dapat menentukan apakah sesuatu Kitab Suci adalah benar-benar wahyu Allah.
Ciri-ciri itu sebagai berikut :
  1. Tiada terdapat perselisihan antara ayat dengan ayat lainnya.
  2. Dengan jelas dan tegas menerangkan Keesaan Allah, tidak sama dan tidak disamai atau hampir disamai oleh lain-Nya. Dengan muthlak Allah itu Esa tidak samar atau ragu tidak seakan-akan dijumbuhkan dengan lain-Nya.
  3. Menerangkan dengan jelas dan tegas keadaan Syurga di akhirat sebagai pahala : serta keadaan Neraka di akhirat sebagai hukuman bagi manusia kafir dan ingkar.
  4. Memberikan tuntunan hidup bermasyarakat bagi manusia dalam segala segi kehidupannya.

Adapun pengertian tentang Keesaan Tuhan adalah sebagai berikut :
  • Esa dalam Dzat-Nya, artinya : Allah itu Satu tidak ada yang menyamai dan tidak tersusun dari beberapa unsur atau oknum menjadi satu.
  • Esa dalam Sifat-Nya, yaitu memiliki Sifat-sifat yang sempurna yang tidak disamai oleh apapun.
  • Esa dalam Af’al-Nya, yakni Allah berbuat atas kehendak dan kekuasaan-Nya sendiri dan tak ada suatupun yang menyamai atau menghalangi perbuatan Allah

Sekian semoga Allah memberi hidayah kepada segala hamba-Nya. Amien.
------------------------
Sekitar Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, H. Djarnawi Hadikusuma, PT. Percetakan Persatuan Yogyakarta, halaman 72-74.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar