Rabu, 09 April 2014

PERJANJIAN BARU (1)

Sejarah
Al-Kitab atau Bybel mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sesudah agama Masehi dimasukkan ke negeri kita oleh bangsa Belanda. Terjemahan bahasa Indonesia itu mungkin sekali berasal dari bahasa Belanda. Kitab Bybel yang berbahasa Belanda baik menurut “Statenvertaling tahun 1617” ataupun menurut terjemahan “Nederlands Bybel Genootschap tahun 1938”, adalah berasal dari bahasa Gerika.
Sebagaimana halnya Perjanjian Lama, maka keempat injil dan lain-lainnya yang termuat dalam Kitab Perjanjian Baru itupun ditulis oleh banyak orang yang masing-masing hidup dalam lingkungan berlainan dan masa tidak bersamaan pula. Demikian pula halnya dengan injil-injil dan surat-surat kiriman yang diapokrifkan. Kesemuanya itu merupakan kitab-kitab terpisah belum terkumpul, jumlahnya lebih dari 35 kitab yang masing-masing mempunyai pemegang dan pengikut tersebar di seluruh daerah di mana ada pemeluk agama Masehi.

a. Pengesyahan dan pembatalan pertama
Injil-injil yang banyak itu ternyata berlainan isinya bahkan banyak berbeda dan bertentangan sehingga menimbulkan perselisihan di antara pemeluk agama Masehi tentang ajaran, kepercayaan dan kewahyuan kitab-kitab itu. Dengan demikian itu dirasa perlu akan adanya ketetapan kitab mana yang dapat diakui menjadi pedoman yang syah, yang disebut “Canon”. Kata “Canon” artinya “alat pengukur”, atau “alat pelurus”. Dalam hal yang berkenaan dengan kitab injil, yang dimaksud dengan “Canon” ialah “kumpulan kitab yang telah disyahkan sebagai wahyu Allah”, berbeda dengan kitab lainnya yang bukan wahyu.
Usaha membentuk canon ini melampaui proses yang amat lama setelah terjadi perdebatan dan perbantahan yang amat sengit, dan baru dapat dikatakan selesai pada akhir abad keempat. Namun demikian masih banyak juga injil dan surat kirirnan yang tidak disyahkan tetap beredar, dibaca dan diikuti orang. Canon yang telah dibentuk itu ialah Kitab Perjanjian Baru berisi 27 kitab-kitab itulah yang diakui kesuciannya dan kewahyuannya, artinya ditulis oleh orang-orang suci dari wahyu Allah.
Seperti yang telah diterangkan di atas, pembentukan Canon oleh sidang gereja yang pertama pada akhir abad kedua baru mengesyahkan 21 kitab. Kitab-kitab itu ialah :
1. Injil Matius
2. Injil Markus
3. Injil Lukas
4. Injil Yahya
5. Kisah Rasul-Rasul
6. sampai 18. Surat-surat Kiriman Paulus
19. Surat Kiriman kepada orang Iberani yang menurut pendapat sebagian orang juga ditulis oleh Paulus
20. Surat Kiriman Petrus pertama
21. Surat Kiriman Yahya pertama

Keenam kitab yang tidak disyahkan ialah :
1. Surat Kiriman Yakub
2. Surat Kiriman Petrus kedua
3. Surat Kiriman Yahya kedua
4. Surat Kiriman Yahya ketiga
5. Surat Kiriman Yahuda
6. Kitab Wahyu

Seorang pengarang Masehi dalam ENSIE, J.N. Sevenster, menerangkan bahwa 21 kitab yang disyahkan itu termasuk Kitab Wahyu dan Surat Kiriman kepada orang Iberani itulah yang tidak disyahkan. Kitab Wahyu telah disyahkan di Gereja Barat tetapi ditolak di Gereja Timur. Persidangan Gereja Timur melengkapkan canonnya menjadi 27 kitab baru pada tahun 367 dan Persidangan Gereja Barat pada tahun 393 di Hippo dan tahun 397 di Kartago. Demikianlah keterangan J.N. Sevenster dalam ENSIE hal : 324.
Adapun Surat Kiriman kepada orang Iberani kebanyakan orang Masehi menyatakan telah ditulis oleh orang yang tidak dikenal, tetapi disyahkan juga menjadi Canon. Ini merupakan suatu keganjilan karena mereka mengakui kewahyuan surat kiriman ini padahal siapa penulisnya tidak diketahui.

b. Pengesyahan selanjutnya
Perjanjian Baru yang berisi 21 kitab tersebut di atas setelah disyahkan sebagai Canon segera dipakai menjadi pedoman hingga menjelang tahun 340. Pada tahun itu Gereja mulai meneliti Surat Kiriman Petrus kedua dan ketiga. Sudah itu pada tahun 367 diadakan lagi persidangan gereja di Laudicea dan pada tahun 393 di Hippo kemudian yang terakhir di Kartago pada tahun 397. Sejak itulah baik Gereja Timur maupun Barat melengkapkan canonnya menjadi 27 kitab setelah perdebatan sengit dan berlarut-larut.
Perdebatan yang paling sengit terjadi ketika membicarakan Surat Kiriman kepada orang Iberani dan Kitab Wahyu.

c. Kitab yang dibatalkan
Dengan diresmikannya Perjanjian Baru yang berisi 27 kitab itu sebagai Canon, maka kitab-kitab injil dan surat-surat kiriman lainnya dengan sendirinya telah dibatalkan dan dianggap apokrif, yakni tidak boleh dibaca orang, harus disembunyikan. Sering terjadi seorang uskup mengutuk dan membatalkan sesuatu injil secara khusus seperti injil Petrus yang dikutuk oleh uskup Antiyoki antara tahun 190 – 230. Pembatalan atas injil-injil secara khusus ini telah dilakukan dengan keputusan persidangan gereja atau dengan dekrit para uskup.
Bermacam-macam alasan telah dikemukakan untuk membatalkan injil-injil itu, antara lain karena :
a. diragukan kewahyuannya.
b. isinya dianggap hanya dongengan yang tidak bersumber dari wahyu.
c. ajarannya berselisih atau bertentangan dengan i’tiqad ketuhanan Yesus dan lain kepercayaan yang telah disyahkan.

Injil-injil yang telah dibatalkan itu amat banyak, tidak kurang dari 35 kitab. Antara lain yang tersebut dibawah ini :
  1. Injil orang Mesir
  2. Injil Nikodimus
  3. Injil Iberani
  4. Injil Petrus
  5. Injil Toma
  6. Injil Apelles
  7. Injil Andrias
  8. Injil Barnaba
  9. Injil Bartolomeus
  10. Injil Basilid
  11. Injil Cerinthus
  12. Injil Yakub
  13. Injil Thaddeus
  14. Injil Marcion
  15. Injil Yahuda Iskariyot
  16. Kisah Perbuatan Yahya
  17. Kisah Perbuatan Petrus
  18. Kisah Perbuatan Paulus
  19. Kisah Perbuatan Tomas
  20. Kitab Yakub, dan lain-lainnya.

Menilik nama-nama injil tersebut di atas, ternyata bahwa hampir semua murid Yesus menuljs injil yang karena alasan tersebut telah dibatalkan oleh gereja. Dengan demikian isi dari injil-injil itu tidak diketahui oleh umum, kecuali Injil Barnaba yang terjemahannya dalam bahasa Inggeris dan Arab telah beredar dan banyak diketahui orang. Dalam Injil Barnaha ini dikatakan bahwa Yesus tidak pernah disalib, yang disalib dan mati hanyalah Yahuda Iskariyot. Yesus bukan Tuhan dan bukan Anak Allah, melainkan seorang manusia wajar yang diangkat Allah Yang Esa menjadi Rasul-Nya seperti halnya Rasul-rasul Allah sebelum dia. Dan Barnaba sendiri adalah murid Yesus yang terdekat, yang telah diperintahkannya untuk menulis Injilnya itu.

d. Riwayat Penemuan Kitab Perjanjian Baru
Kalau kita membaca Kitab Perjanjian Baru terjemahan bahasa Indonesia, terlintaslah pertanyaan dalam hati kita, bagaimana ujudnya ketika mula ditulis orang dan bagaimana pula riwayatnya hingga diterjemahkan dalam bermacam bahasa.
Mengenai persoalan itu, J.N. Sevenster dalam “Eerste Nederlandse Systematisch Ingerichte Encyclopaedie (ENSIE)” menulis yang maksudnya sebagai berikut :
Kitab Perjanjian Baru terjemahan bahasa Belanda adalah hasil terjemahan dari bahasa Gerika asli yang bersumber pada :
a. tulisan tangan
b. terjemahan kuno
c. catatan yang dimiliki oleh ketua-ketua gereja zaman dahulu.

Adapun injil-injil asli tulisan-tangan yang pertama, yang ditulis oleh penulisnya, telah hilang tak dapat ditemukan lagi. Yang masih dapat dimiliki ialah tulisan-tangan salinan-salinan dari injil-injil kuno dan kemudian, terdiri dari keseluruhannya atau bagian-bagiannya, jumlahnya lebih kurang 2.650 tulisan-tangan yang bermacam-macam dan berlainan nilainya. Sampai abad kesembilan orang menulis injil-injil itu dengan huruf besar seluruhnya, sesudah itu dimulai orang menulisnya dengan huruf kecil. Yang tertulis dengan huruf besar dinamai “majuskels” dan yang dengan huruf kecil disebut “minuskels”. Injil majuskels yang tertua ditulis orang pada abad keempat seperti injil “Vaticanus” dan Injil “Sinaiticus” dan Injil “Alexandrinus” serta “Codex Ephraemi Syrie Rescriptus” ditulis pada abad kelima.
Injil Sinaiticus ditemukan di pegunungan Sinai dalam sebuah biara pada tahun 1884 oleh seorang Jerman bernama Tischendorf, lalu dibawanya ke kota Petersburg di Rusia dan akhirnya menjadi milik Tsar Alexander II. Pada tahun 1933 dijual kepada Pemeritah Inggeris dengan harga 100.000 pontsterling. Sampai sekarang Injil Sinaiticus itu masih tersimpan pada British Museum di London bersama dengan Injil Alexandrinus yang sudah berada di sana sejak tahun 1751.
Injil tersebut pertama dinamakan Sinaiticus karena ditemukan di pegunungan Sinai, dan yang kedua disebut Alexandrinus sebab dijumpai dalam perpustakaan Patriarch Alexandrie (Iskandariyah). Injil Vaticanus bernama demikian karena ditemukan dan tersimpan di Vatican, sedang Injil Codex Ephraemi Syrie Rescriptus dinamakan demikian sebab dikerjakan oleh seorang Syria bernama Ephraem pada abad ke 12. Untuk menentukan umur, persamaan dan nilai naskah-naskah tulisan-tangan tersebut sangat sukar dan memerlukan penyelidikan yang sangat mendalam, maka di mana tidak terdapat persesuaian antara naskah-naskah itu, sungguh amat sukar atau tidak mungkin menentukan keasliannya dengan cermat.
Demikianlah ringkasnya keterangan dalam ENSIE tersebut.
------------------------
Sekitar Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, H. Djarnawi Hadikusuma, PT. Percetakan Persatuan Yogyakarta, halaman 47-51.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar