Sabtu, 05 April 2014

KITAB PERJANJIAN BARU (7)

Injil Yahya
Injil Yahya ini tidak termasuk Injil Sinoptis, karena memang sejarah dan isinya berlainan sekali. Dalam injil ini ketuhanan Yesus kelihatan ditonjolkan. Yesus dikatakan Kalam Allah, Anak Allah. Yesus dalam seluruh usaha dan keadaannya adalah benar-benar pernyataan Allah di dunia ini. Pendeknya Yesus adalah Allah. Di dalam injilnya ia menyebut dirinya sebagai “murid yang dikasihi Yesus” (Yahya 13 : 23 dan 21 : 20) dan akhirnya ia katakan bahwa murid yang dikasihi Yesus itu adalah dia sendiri, Yahya, penulis Injil Yahya (21 : 24). Penulis Injil ini mengaku bahwa dialah murid yang dikasihi Yesus. Oleh karena itulah pada kepercayaan orang Masehi, Yahya penulis itu ialah Yahya bin Zabdi, adik Yakub bin Zabdi, seorang daripada murid Yesus yang 12; yang kebenarannya masih amat disangsikan oleh para ahli sejarah injil. Menurut sejarah agama Masehi, selama mengikuti Yesus hingga disalib, Yahya ini masih muda belia, masih kanak-kanak. Setelah Yesus diangkat ke langit, Petrus mengambil pimpinan jum’at. Ia membawa Yahya berkeliling mengabarkan injil, bersama-sama ditahan dan dipenjara.
Ketika Raja Yahudi Herodes Agrippa I wafat pada tahun 44 dan digantikan oleh anaknya yaitu Herodes Agrippa II raja Yahudi yang terakhir, Yakub dan adiknya Yahya tersebut di atas dibunuh atas perintah Herodes Agrippa II; atau mungkin Yakub dibunuh pada zaman Agrippa I dan Yahya pada zaman Agrippa II. Pada tahun 66 terjadi pemberontakan bangsa Yahudi terhadap pemerintah Roma dan Herodes Agrippa II memihak pemerintah Roma dan membantunya mengepung Yerusalem. Pada tahun 70 Yerusalem jatuh dan dibinasakan, dan Herodes tinggal di Roma sesudah itu. Menilik peristiwa itu dapat diketahui dengan pasti bahwa Yahya bin Zabdi terbunuh sebelum tahun 66, atau sebelum tahun 70. Karena Injil Yahya ditulis dalam tahun 100, maka tidaklah mungkin bahwa penulisnya itu Yahya bin Zabdi, murid Yesus. Keterangan ini telah dikuatkan oleh Papias, uskup di Hierapolis. Ia katakan bahwa Yakub dan Yahya bin Zabdi benar telah meninggal sebelum tahun 70; dan bahwa ia kenal dua orang yang bernama Yahya. Seorang di antaranya ialah Yahya Pengetua Gereja (Yahya Presbyter) yang mungkin telah menulis Injil Yahya itu, atau setidaknya menulis Kitab Wahyu Yahya; surat kiriman Yahya yang ke dua dan ketiga, sedang Injil Yahya ditulis oleh seorang Yahya lain yang sudah pasti bukan Yahya bin Zabdi karena ia telah meninggal sebelum tahun 70.
Adapun kebanyakan orang Masehi menganggap atau percaya bahwa penulis Injil Yahya itu adalah Yahya bin Zabdi murid Yesus. Kepercayaan itu berdasarkan riwayat dari seorang Bapa Gereja bernama Irenius. Irenius mengatakan bahwa ketika hari mudanya berkenalan baik dengan Polikarpus Uskup di Smyrna. Uskup ini menerangkan kepadanya pernah ia mendengarkan khotbah Yahya di Epesus, Yahya itu meninggal pada tahun 100 dan pada hari-hari tuanya itulah ia menulis injilnya, Ia menulis injilnya itu untuk melawan ajaran Cerinthus yang mengajarkan bahwa Yesus itu bukan anak Allah. Maka Yahya menegaskan dalam injilnya bahwa benar-benar Yesus itu Anak Allah, Kalam Allah dan Tuhan Allah.
Tetapi keterangan ahli sejarah injil yang lebih dapat diperaya menegaskan bahwa Yahya tersebut itu bukan Yahya bin Zabdi murid Yesus, tetapi Yahya lain, mungkin sekali Yahya Pengetua Gereja (Presbyter) di Asia Kecil yang hidup sampai akhir abad pertama (tahun 100). Yahya bin Zabdi telah meninggal sebelum tahun 70. Banyak alasan yang kuat untuk meyakinkan itu, antara lain :
  1. Yahya Presbyter adalah seorang pengetua sidang jum’at di Asia Kecil yang hidup sampai akhir abad pertama. Sedang Cerinthus juga tinggal di Epesus, suatu kota di pantai Asia Kecil. Maka Yahya Presbyter inilah yang lebih mungkin menulis Injil Yahya untuk melawan ajaran Cerinthus. Tidak ada riwayat yang menceritakan bahwa Yahya bin Zabdi berkhotbah di Epesus, maka khotbah Yahya Presbyter itulah yang didengar oleh Polikarpus di waktu mudanya, yang tentang ini telah diceriterakannya kepada Ireneus.
  2. Ireneus adalah seorang Uskup di kota Lyon di negeri Perancis tahun 178. Asalnya dari Asia Kecil. Polikarpus menjadi Uskup di Smyrna, meninggal kira-kira tahun 156 dan hampir berumur 100 tahun. Ketika Ireneus sering bertemu dengan Polikarpus, usia Ireneus baru paling tinggi 15 tahun, dan baru menuliskan ceritera Polikarpus itu di Lyon antara 35 – 50  tahun kemudian di mana ia juga mengakui belum pernah menulis apa-apa sebelum itu. Ditulisnya bahwa Polikarpus rapat bergaul dengan Yahya serta orang-orang lain yang telah pernah melihat Yesus dan ditegaskannya bahwa itu Yahya ialah penulis injil yaitu Yahya bin Zabdi. Maka kelihatanlah bahwa Ireneus telah keliru menganggap Yahya Presbyter sebagai Yahya bin Zabdi.
  3. Injil Yahya sengaja ditulis untuk melawan ajaran Cerinthus di Epesus, Epesus adalah suatu kota di pesisir Asia Kecil dan Yahya Presbyter juga seorang Presbyter dari Asia Kecil yang hidup Sezaman dengan Cerinthus. Lagi pula tidak ada riwayat mengatakan Yahya bin Zabdi pernah menjelajah sampai Asia Kecil. Dalam Kisah Rasul-Rasul, nama Yahya murid Yesus itu tersebut paling akhir hanya sampai ke Samaria yang letaknya di sebelah utara Yudea di tanah Palestina. Sesudah itu tak terdengar lagi namanya. Ini memperkuat benarnya anggapan bahwa ia memang benar terbunuh tidak lama sesudah itu.
  4. Di samping kitab-kitab dan Encyelopaedie yang meragukan Yahya bin Zabdi sebagai penulis injil, kitab “Sejarah Kerajaan Allah” terjemahan dari “De Weg van Gods Koninkrijk”, karangan Ir. J.H. Bavinck, halaman 458 menerangkan bahwa Yakub dan Yahya bin Zabdi telah dibunuh dengan pedang atas perintah Herodes Agrippa II; meskipun dalam Kitab Rasul-Rasul hanya Yakub saja yang di sebut telah dibunuh. Sesuai dengan keterangan dalam Encyclopaedie Brittanica yang bersandar pada Papias Uskup di Hierapolis yang menerangkan bahwa Yakub dan Yahya bin Zabdi telah meninggal sebelum tahun 70. Kota Hierapolis terletak di Pirgia. Asia Kecil juga
  5. Terbunuhnya kedua anak Zabdi yaitu Yakub dan Yahya sebagai syahid memang telah tersurat dalam injil, yaitu Matius 20 : 20 – 23 dan Markus 10 : 35 – 45. Di situ diriwayatkan tentang permohonan kedua anak Zabdi itu kepada Yesus agar keduanya diperkenankan kelak di syurga duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus. Kedudukan dalam Arsy di syurga ini hanya tertentu bagi mereka yang terbunuh syahid karena membela Yesus. Yesus bertanya kepada mereka apakah mereka sedia meminum cawan minuman yang akan diminum oleh Yesus kelak. Ini suatu kiasan yang artinya pertanyaan apakah kedua anak Zabdi itu sedia mati berdarah seperti akan matinya Yesus sendiri, keduanya menjawab bersedia —Maka sudah selayaknya bagi setiap orang yang berpegang kepada Injil untuk mempercayai bahwa ayat Injil itu telah digenapi dengan syahid Yakub dan Yahya.— Dalam Markus lebih dikuatkan, ialah bahwa kedua mereka itu selain akan meminum cawan Yesus juga akan dibaptiskan sebagaimana Yesus akan dibaptiskan kelak.
------------------------
Sekitar Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, H. Djarnawi Hadikusuma, PT. Percetakan Persatuan Yogyakarta, halaman 40-42.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar