Senin, 28 April 2014

KETAHUILAH DIRIMU (2)

Proses lahirnya Manusia
Ketika Muhammad s.a.w. menjelang usia 40 tahun hatinya teramat sedih dan prihatin melihat bangsanya hidup dalam kemusyrikan, kemaksiyatan dan kemunkaan. Iman dan ibadah yang tadinya telah subur ditabur kan oleh leluhur bangsa Arab yaitu Nabi Ibrahim ‘alaihissalam beserta puteranya Ismail, telah sejak lama musnah tidak berbekas. Ka’bah telah dipenuhi dengan arca dan patung yang dianggap tuhan. Nilai kemanusiaan dan akhlaq telah merosot ke tingkatan yang paling rendah. Terdorong oleh prihatin yang sangat mendalam, hampir tiap hari Nabi bersunyi menyembunyikan diri dalam sebuah gua di atas bukit, gua Hira. Dia berdzikir kepada Allah, memohon taufiq dan hidayah bagi bangsanya.
Allah mengabulkan permohonannya, bahkan berkenan mengutus dia sebagai Rasul terakhir bagi segenap umat manusia. Allah mengutus Malaikat Jibril menyampaikan kepadanya firman-Nya yang pertama yaitu Surat Al-’Alaq atau “Segumpal darah kental”. Dalam lima ayat yang pertama turun itu Allah jelaskan proses kejadian manusia dalam rahim ibu : “Bacalah atas nama Tuhanmu yang telah menciptakan — Telah menciptakan manusia daripada darah kental — Bacalah demi Tuhanmu, Yang Teramat Pemurah — Yang telah mengajarkan penggunaan pena — Yaitu mengajar manusia tentang apa yang belum diketahuinya.”
Firman Allah tersebut memberikan pengertian dasar tentang beberapa hal, yakni :
  1. bahwa yang menciptakan manusia adalah Allah, bukan semata-mata hasil atau akibat daripada hubungan antara pria dan wanita. Proses perkawinan, kehamilan dan kelahiran hanyalah suatu sarana untuk terciptanya perkembangan manusia itu, sedang segala sesuatu diatur serta ditentukan Allah sesuai dengan kebijaksanaan dan ilmu-Nya yang Maha Tinggi.
  2. Allah ciptakan manusia dari darah mengental dalam rahim ibu. Darah itu terbentuk dari hasil perbuahan bertemunya bibit lelaki dengan telor dalam rahim. Darah itu tumbuh dan berkembang membentuk tulang dan daging, lalu terus berkembang sehingga berbentuk anak manusia. Allah menghembuskan ruh kedalamnya maka bergeraklah dengan tenaga sendiri, hidup serta menyempurnakan bentuknya untuk kemudian lahir sebagai manusia baru.
  3. Telur yang telah berbuah melekat pada dinding rahim ibu, menerima pembinaan terus menerus selama 9 bulan 10 hari hingga lahir ke dunia. Pembinaan itu berupa zat-zat yang diperlukan bagi pertumbuhannya. Zat itu berasal dari makanan yang dicerna oleh si ibu, dan makanan itu berasal dari tumbuh-tumbuhan serta hewan di bumi, dan tumbuh-tumbuhan ditumbuhkan oleh hujan yang diturunkan Allah dari langit agar bermanfaat kepada manusia dan hewan.
  4. Demikianlah Allah memberi rezeki kepada manusia dan keturunannya yang karena itu Allah bersifat “pemurah” atau “karim”. Akan tetapi kepada manusia. Allah tidak hanya memberi rezeki dan kesenangan jasmaniyah saja, bahkan juga menganugerahkan akal dan ilmu pengetahuan serta penggunaan pena atau seni sastera guna memperkembangkan ilmu pengetahuan, agar manusia mencapai kebudayaan dan peradaban yang tinggi. Sebab itulah maka Allah tidak saja bersifat “karim” tetapi juga “al-akram” atau “Yang teramat Pemurah.”

Itulah makna yang ringkas dari 5 ayat pertama diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad s.a.w. yang memohon petunjuk itu. Maka jelaslah bahwa kebijaksanaan Allah menentukan, sebelum manusia diberi petunjuk tentang keimanan dan peribadahan terlebih dahulu harus diajari agar mengerti asal-usul dirinya. Dengan mengetahui itu manusia akan lebih terbuka hatinya untuk kembali mengenal Tuhan. Dikatakan “kembali” oleh karena setiap ruh senantiasa dekat dan mengenal kepada Tuhan Rabbul ‘Alamin yang telah menciptakan dia. Tetapi sebagai yang telah diterangkan di atas, demikian ruh itu dihembuskan Allah ke dalam tubuh maka bersatulah ia dengan tubuh itu. Persatuan antara ruh dan jasad itu membuahkan makhluq yang bernama manusia, yang memiliki kesadaran dan pengertian sendiri dan yang dapat mencerap serta merasai benda materi. Dan karena persatuan antara ruh dan jasad itulah maka manusia menjalani dua kehidupan, yaitu kehidupan rohani dan kehidupan jasmani. Dua macam kehidupan itu berkaitan, namun mempunyai arah sendiri-sendiri, dan dapat diseimbangkan.
Manusia yang lebih banyak dipengaruhi oleh kehidupan jasmaninya, memang dapat melupakan Tuhan. Dan manusia yang secara mutlak dikuasai oleh kehidupan jasmaninya maka dia samasekali melupakan Tuhan dan nilai-nilai rohani, serta hidupnya dikemudikan oleh hawa nafsu. Jika mereka mencari pertolongan kepada kekuatan gaib maka mereka bertemu dengan arca, berhala dan patung yang menjadikan mereka itu musyrik.
Dengan landasan pengetahuan tentang asal-usul diri mereka, mereka akan dibawa kembali kepada Tuhan yang haqiqi, dengan agama dan i’tiqad yang benar.
-------------------------
Menyingkap Tabir Rahasia Maut, Cetakan ke-2, H. Djarnawi Hadikusuma, PT. Percetakan Persatuan Yogyakarta, halaman 4-6.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar