Sabtu, 26 April 2014

KETAHUILAH DIRIMU (1)

Manusia
Agama Islam adalah ajaran yang didasarkan pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri. Dalam pengertian tentang kata-kata “manusia” atau “insan”, terkandung dua unsur pokok yakni :
1. Jasmani.
Jasmani atau tubuh tersusun daripada darah, daging, tulang dan bagian-bagian lain; masing-masing mempunyai tugas khusus sendiri-sendiri namun kesemuanya itu teratur dan terkoordinir dengan rapih dan serasi. Maka tubuh manusia keseluruhan merupakan mesin yang teramat lengkap peralatannya, mulai yang kasar seperti tulang, daging dan urat, sampai kepada yang teramat halus seperti syaraf, kelenjar dan benak. Cara bekerjanya pun sangat menta’jubkan.
Pusat kemampuan tubuh terletak pada jantung, paru-paru dan benak. Jantung berdenyut memompakan darah beredar ke seluruh tubuh melalui urat-urat besar dan kecil serta yang sangat lembut. Darah itu mengantarkan sari makanan dan segala zat yang berguna bagi melaksanakan tugas setiap bagian tubuh itu. Darah itu kembali ke jantung melalui rongga paru-paru yang mengisinya lagi dengan hawa yang bersih. Paru-paru berkembang kempis. Mengembang menghirup udara bersih lalu diresapkan ke dalam darah, lalu mengempis menghembuskan hawa yang telah kotor keluar. Adanya hawa bersih dalam tubuh jauh lebih mutlak daripada sari makanan. Manusia tahan hidup tanpa makan dan minum sampai berbulan bulan, tetapi pasti akan mati lemas tanpa bernapas kira-kira setengah jam saja. Adapun benak, dia memelihara keseimbangan terlaksananya segala tugas dan gerak dalam seluruh tubuh, dan memberikan setiap perasaan dan kesadaran melalui syaraf-syaraf yang teramat lembut.
Zat-zat yang tidak terpakai lagi harus dikeluarkan karena kalau tidak pasti akan mengganggu kelancaran dan menimbulkan penyakit. Maka usus besar mendorong ampas itu ke bawah dan mengeluarkan kotoran itu melalui dubur. Disamping itu ginjal memisahkan kotoran yang berupa air, ditampung dalam kantong kencing yang setelah hampir penuh lalu menimbulkan hasrat untuk buang air kecil melalui kemaluan. Sebagian dari air yang telah tidak terpakai itu disalurkan ke luar tubuh melalui lobang kecil (pori) pada kulit, menjadi keringat atau peluh.
Demikianlah ringkasnya proses yang terjadi dalam tubuh kita tiap hari. Di samping itu terjadi pula proses lain yang menyebabkan manusia melihat, mendengar, merasa, susah, senang, marah, benci, adreng, berpikir, tertidur, terbangun dan sebagainya; yang semua itu lebih erat hubungannya dengan benak atau otak.

2. Ruh.
Adapun ruh atau nyawa, adalah sesuatu yang berasal dari luar tubuh. Ruh itu masuk ke dalam tubuh dan memberikan kemampuan bergerak. Mungkin sekali jantunglah yang mula-mula menerima kemampuan bergerak itu. Setelah jantung bergerak maka bergerak pula semua peralatan lainnya menunaikan fungsinya masing-masing. Ruh terus berada dalam tubuh selama waktu yang ditentukan. Apabila waktu telah habis maka ruh keluar dari tubuh yang menyebabkan kematian tubuh itu.
Kalau segala apa yang ada dalam bumi ini termasuk tubuh manusia berasal dari tanah atau bumi, maka antara lain menurut Imam AlGhazali dalam “Ihya Ulumiddin”, adalah Ruh diciptakan Allah dari cahaya. Ruh adalah sesuatu yang berdiri sendiri dan tidak terbagi (indivisible), karena berwujud Rohani bukan materi. Dikatakan bahwa ruh selalu sadar kepada Tuhan penciptanya. Ruh adalah diciptakan hidup dan hidupnya kekal.
Keadaan ruh dalm tubuh bukan seperti bertempatnya air dalam bejana, yang jika bejana itu berlobang maka air membocor keluar. Dan bukan seperti letaknya penumpang dalam sebuah kapal atau kendaraan lain. Yang sewaktu-waktu penumpang itu keluar. Ruh itu menyerap ke seluruh tubuh sehingga seolah-olah bersatu dengan tubuh itu, memberikan daya untuk gerak dan hidup. Maka yang dikatakan “manusia” ialah kesatuan dari ruh dan jasad. Ruh yang telah bersatu dengan tubuh itu akhirnya pada saat yang telah ditentukan akan keluar dari tubuh. Pada saat itu pula manusia dikatakan “mati”, kehilangan daya gerak dan hidupnya. Namun setelah ke luar dari tubuh itupun, sama seperti sebelum masuk, ruh akan tetap hidup dan kekal adanya.
Apabila orang mengatakan “aku”, maka yang ditunjuk dengan kata “aku” itu adalah dirinya, yakni perpaduan antara ruh dan jasadnya. Setiap makhluq hidup memiliki kesadaran tentang “keakuan” ini.
-------------------------
Menyingkap Tabir Rahasia Maut, Cetakan ke-2, H. Djarnawi Hadikusuma, PT. Percetakan Persatuan Yogyakarta, halaman 3-4.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar