Minggu, 30 Maret 2014

KITAB PERJANJIAN BARU (4)

Injil Matius
Matius adalah seorang murid Yesus yang dipercayai telah menulis Injil Matius itu. Sebelum menjadi murid Yesus adalah dahulunya bernama Levi, seorang pengawal pemungut pajak. Jabatan ini sangat dibenci dan dihinakan oleh orang Yahudi karena dianggap menindas rakyat dan pembantu pemerintah penjajahan Romawi.
Setelah Yesus diangkat ke langit ia menyiarkan agamanya di Afrika Utara. Dia dibunuh orang pada 70 M setelah selesai menulis injilnya. Kebanyakan ahli Masehi berpendapat bahwa ia menulis itu bahasa Suryani atau Arab, ada juga yang menyangka dalam bahasa Aram. Menurut pendapat ahli-ahli Masehi, maksud Injil Matius hanya satu, ialah yang menjelaskan, bahwa benar-benar Yesus itu Messias yang telah sekian lama dijanjikan Allah dalam Perjanjian Lama, untuk melepaskan bangsa Israil dari penderitaan. Sedikitnya 47 kali ia mengutip ayat-ayat dalam Perjanjian Lama untuk membuktikan bahwa kedatangan Yesus tidak lain hanya penggenapan nubuat-nubuat (pemberitaan) dalam Perjanjian Lama.
Perjalanan Matius dalam menyiarkan agamanya sangat sedikit sekali diketahui orang, dan injilnya yang asli tidak pernah diketemukan. Adapun yang diketemukan ialah sebuah kitab injil dalam bahasa Yunani dengan nama Injil Matius, tetapi tidak diketahui orang pula siapa yang telah menterjemahkan ke dalam bahasa Yunani itu, sebagaimana tidak pula diketahui dengan pasti pada tahun berapa ia menulis injilnya. Pendapat para ahli yang terkuat, antara lain E. Meyer, bahwa Injil Matius ditulis pada tahun 70 M, jadi 5 tahun sesudah Injil Markus. Begitupun sebagaimana yang diterangkan di atas, ada juga yang berpendapat bahwa Matius tidak pernah menulis Injil. Benar tidaknya pendapat itu sukar diselidiki, tetapi kita sekarang dihadapkan kenyataan adanya Injil Matius. Pendapat bahwa Matius tidak menulis Injil riwayat Yesus sebagai yang ada dalam Injil Matius sekarang ini, adalah didasarkan atas keterangan Papias tersebut di atas.
------------------------
Sekitar Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, H. Djarnawi Hadikusuma, PT. Percetakan Persatuan Yogyakarta, halaman 35-36.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar