Senin, 24 Maret 2014

KITAB PERJANJIAN BARU (1)

Kitab Perjanjian Baru mempunyai kedudukan yang jauh lebih penting daripada Perjanjian Lama bagi segala golongan agama Masehi. Pertama karena sebenarnya Kitab Perjanjian Lama itu asal mulanya khusus bagi bangsa dan agama Yahudi, kedua karena dalam Perjanjian Baru itu Allah menurunkan Anak-Nya yang tunggal yaitu Tuhan Yesus Kristus untuk diserahan kepada salib guna menebus segala dosa manusia. Artinya, dalam Perjanjian Lama, Allah hanya mengutus para Nabi; tetapi dalam Perjanjian Baru, Allah Sendirilah yang datang menyelamatkan manusia.
Adapun Kitab Perjanjian Baru itu terdiri dari Kitab-kitab Suci yang disebut Injil. Kata injil berarti “berita gembira”. Isi dari Injil-injil itu amat sederhana, yaitu riwayat kedatangan Tuhan Yesus ke dunia, sejak lahirnya dan penderitaannya hingga mati disalib dan bangkit lagi dari kubur lalu kembali kepada Bapa-Nya; diselingi oleh ajaran-ajaran serta mu’jizatnya. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa Kitab Perjanjian Baru, tak ubahnya sebagai Perjanjian Lama, adalah kitab sejarah; ialah sejarah dan pekerjaan Tuhan setelah dan selama turun ke dunia. Dan sebagaimana yang telah terjadi, dahulunya banyak sekali kitab-kitab Injil tersiar dalam kalangan ummat Nasrani. Menurut riwayat sedikitnya ada 35 kitab Injil disamping keempat Injil yang diakui sah sampai sekarang ini. Tetapi pada sekitar penghabisan abad kedua, konggrs Gereja hanya mengakui 4 Injil yaitu yang terpakai hingga sekarang ini, ialah Injil Matius, Markus, Lukas dan Yahya. Injil lainnya diapokrifkan.
Menurut penyelidikan, umumnya ahli sejarah antara lain E. Meyer (Arnold Toynbee: A. Study of History VI hal. 434) berpendapat bahwa :
  1. Injil karangan Markus ditulis tahun 65
  2. Injil karangan Matius ditulis tahun 70
  3. Injil karangan Lukas ditulis tahun 95
  4. Injil karangan Yahya ditulis tahun 100
Dalam tahun-tahun tersebut di atas itulah orang-orang yang bernama Markus, Matius, Lukas dan Yahya menulis Injilnya masing-masing menurut pengalaman, ingatan dan berita yang dialami sendiri. Penulis Injil-injil itu adalah digerakkan Ruhulkudus oleh Allah, meskipun cara menulisnya itu berdasarkan ingatan serta suasana yang dialami masing-masing penulis itu. Apalagi para penulis termasuk manusia suci. Demikianlah i’tikad agama Masehi.
------------------------
Sekitar Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, H. Djarnawi Hadikusuma, PT. Percetakan Persatuan Yogyakarta, halaman 29.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar