Sabtu, 08 Februari 2014

Pengumpulan Qur’an Masa Pemerintahan Abu Bakr (1)

Pengaruh Ekspedisi Yamamah dalam Kehidupan Muslimin
Ekspedisi Yamamah merupakan ekspedisi terbesar dalam perang Riddah. Dengan terbunuhnya Musailimah bin Habib semua mereka yang mendakwakan diri nabi di tanah Arab itu terkikis habis. Kembalinya kabilah Banu Hanifah kepada Islam merupakan suatu pengumuman tentang habisnya kaum murtad di Bahrain. Dan penumpasan kaum murtad ini membuka jalan kepada Musanna bin Harisah as-Syaibani untuk pergi ke muara Tigris dan Furat, dan merupakan garda depan yang berjaya dalam membebaskan Irak dan berdirinya kedaulatan Islam yang besar. Memang tepat sekali ketika Khalid bertindak tegas dengan mengerahkan pasukan Muslimin. Mati-matian mereka berperang, membunuh dan dibunuh sehingga dapat menyudahi riwayat Musailimah dan kawan-kawannya saat mereka berlindung di Kebun Maut. Kiranya kaum Muhajirin dan Ansar tidak berlebihan tatkala mereka terjun ke medan perang dan berjuang mati-matian, karena mereka memang mengharapkan mati syahid. Ketika itu dari pihak pasukan Muslimin yang gugur sebagai syuhada 1200 orang, 39 orang di antaranya para sahabat besar dan yang hafal Qur’an.
Sudah tentu penduduk Medinah sangat cemas dan sedih sekali atas kematian pasukan Muslimin di Yamamah itu, kendati motivasi kesedihan demikian itu beragam. Pertalian kerabat dan keluarga, handai tolan, sahabat-sahabat besar dan para penghafal Qur’an yang mati syahid yang sangat mereka hormati karena kedudukan mereka yang begitu tinggi di sisi Rasulullah ‘alaihissalam. Semua ini membuat hati terasa tersayat pedih. Umar bin Khattab yang begitu sedih karena kematian adiknya di Yamamah, ketika menemui anaknya Abdullah yang juga sudah habis-habisan berjuang di Yamamah, kata-kata yang pertama sekali diajukan ialah seperti yang sudah kita sebutkan di atas : “Mengapa engkau pulang padahal Zaid sudah meninggal. Tidak malu kau memperlihatkan muka kepadaku?!” Ketika itu Abdullah menjawab : “Dia memohon mati syahid kepada Allah, dia diberi Aku sudah berusaha supaya diberikan kepadaku, tetapi tidak diberikan juga.”

Umar Menyarankan Pengumpulan Qur’an kepada Abu Bakr
Sungguhpun begitu kesedihan Umar karena kematian adiknya itu serta sahabat-sahabatnya yang juga mati syahid di Yamamah tak sampai mengalihkan pikiran Umar dan persoalan penting ini. Memang inilah soal-soal yang paling berbahaya dalam sejarah Islam dan kaum Muslimin. Tidak sedikit sahabat Nabi yang sudah hafal Qur’an mati syahid dalam ekspedisi itu. Dan di Yamamah bukan satu-satunya ekspedisi yang dilancarkan pasukan Muslimin setelah Rasulullah wafat. Bagaimana pula jadinya nanti jika masih akan terjadi ekspedisi-ekspedisi lagi dan para penghafal Qur’an banyak yang terbunuh seperti yang di Yamamah itu?! Semua ini menjadi pikiran Umar dan lama sekali ia memikirkannya. Setelah pikiran demikian itu mantap ia pergi menemui Abu Bakr, yang dijumpainya sedang duduk di mesjid.
“Pembunuhan yang terjadi dalam perang Yamamah sudah makin memuncak,” katanya kepada Abu Bakr. “Aku khawatir di tempat-tempat lain akan bertambah banyak penghafal Qur’an yang akan terbunuh sehingga Qur’an akan banyak yang hilang, kecuali jika kita himpun. Aku ingin mengusulkan supaya Qur’an dihimpun.”
-------------------------
ABU BAKR AS-SIDDIQ, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Keduabelas, Januari 2010, halaman 316-317.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar