Sabtu, 01 Februari 2014

Madinah pun Dilanda Hujan Lebat

Hujan di Masjid Nabawi Madinah
Saat ini, hampir seluruh wilayah di Indonesia dilanda hujan. Bahkan, tidak hanya di Indonesia, kota suci Madinah sekaligus kota dimana saya dilahirkan pun telah dilanda hujan lebat yang mengakibatkan banjir (berikut kami lampirkan foto-foto keadaan kota Madinah yang terjadi kemarin, pada tanggal 28 Januari 2014).
Dan memang benar ada hujan dan banjir yang merupakan suatu bencana bagi penduduk tertentu sebagaimana yang terjadi pada masa Nabi Nuh AS (QS Hud [11]: 37, QS al-Qamar : 11-12), atau hujan batu pada masa Nabi Luth AS. Hal ini berbeda jika banjir yang terjadi seperti pada keluarga Saba' (Abd Syams bin Yasyjab bin Ya'rab bin Qahthan (QS Saba' [34]: 16) dengan berbagai kriteria yang dinyatakan dalam Alquran.
Dan apa pun bentuknya, hujan adalah berkah yang diturunkan oleh Allah, sebagaimana firman Allah pada surah al-Anfal [8]: 11), al-Furqan [25]: 48-49, dan lainnya. Hujan itu menjadi berkah untuk membersihkan dari berbagai hal, menumbuhkan tanah yang mati, dan lain sebagainya. Jika kita melihat struktur air, maka dapat ditemukan dalam satu molekul air terdiri atas satu atom oksigen yang besar (bermuatan positif) ditempeli dua atom hidrogen yang kecil (bermuatan negatif).

Banjir di jalan dekat Masjid Al-Anbariyyah Madinah
Dalam salah satu hadisnya, Nabi SAW menyatakan bahwa doa ketika sedang hujan oleh Allah dikabulkan. "Dua ketika (di mana doa) tidak ditolak atau sedikit sekali yang ditolak : (yaitu) berdoa ketika azan dan ketika pertempuran sedang berkecamuk (dan dalam satu riwayat mengatakan) dan ketika hujan." (HR. Abu Daud).
Sedangkan kejadian banjir karena hujan tidak diperkenalkan dalam Alquran. Sebab, Alquran memperkenalkan hujan sudah sesuai dengan ukuran yang sesuai dengan kapasitas bumi. (QS al-Mu'minun [23] :18). Banjir merupakan human and social error, kesalahan manusia dan kesalahan sosial, kesalahan lingkungan sosial yang tidak akrab dengan ekosistem dan bukan "God Error". Curah hujan tetaplah sebagai rahmat Allah untuk alam semesta. Hanya saja, penghuni alam semesta ini (utamanya manusia) menolaknya dengan berbagai cara.
Penyebab terjadinya banjir adalah karena kesalahan manusia. Kejadian di atas merupakan salah satu bukti yang telah dijanjikan Allah SWT bahwa firman-Nya yang disampaikan melalui Nabi Muhammad SAW dalam Al-Quran dan Al-Hadist adalah benar datang dari Tuhan pencipta alam semesta ini, yaitu Allah SWT. Sebagaiman firman Allah SWT : “Al-Quran ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam. Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al-Quran setelah beberapa waktu lagi.” (TQS. Shad : 87-88).

Di jalanan Madinah
 Selain itu, sudah pasti bahwa musibah yang terjadi itu diakibatkan oleh perilaku manusia, yang mendzalimi dirinya dengan berlaku maksiat sekaligus berlaku dzalim pada alam lingkungannya. Misalnya dengan memperbanyak bangunan-bangunan mewah yang menghabiskan tanah yang merupakan resapan air. Akibatnya ketika terjadi hujan tidak ada resapan lagi. Akhirnya air menjadi membludak dan banjir. Allah SWT mengingatkan hal ini dalam TQS. Ar-Rum [30] ayat 41 : “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Wahai umat manusia di dunia, apalagi yang yang menghalagi kita untuk beriman bahwa : “Tiada Tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah”....... padahal kebenarannya telah terbukti?........ dan hari kiamat telah di depan mata???......Siapkan bekal menuju alam kubur, padang mahsyar & kampung akherat sekarang juga !!!!
Mari, kita bersama-sama agar selalu senantiasa bertaubat, sabar dan ikhlas dalam menghadapi setiap cobaan dalam kehidupan ini. (Syekh Ali Jaber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar