Jumat, 31 Januari 2014

DASAR IDEAL BUAT NEGARA YANG BARU TUMBUH

Karena dasar ini pulalah maka di sini saya kutip bagian-bagian permulaan Surah At-Taubah itu secara keseluruhan. Dengan hasrat supaya dasar itu diketahui oleh semua orang Arab, Ali bukan saja membacakan ayat-ayat Bara’ah (At-Taubah) itu pada musim haji saja — menurut suatu sumber yang sudah disetujui — melainkan juga sesudah itu pun dibacakannya pula di rumah-rumah mereka — demikian sumber-sumber lain menyebutkan. Kalau orang membaca bagian-bagian permulaan Surah Bara’ah ini lalu diulang membacanya dan diteliti dengan seksama, orang akan merasakan sekali bahwa itulah dasar ideal dalam bentuk yang paling jelas bagi setiap negara yang baru tumbuh. Turunnya Surah Bara’ah ini secara keseluruhan ialah pada ekspedisi terakhir yang dilakukan Nabi. Setelah penduduk Ta’if datang menyatakan diri sebagai keluarga agama baru ini, setelah seluruh Hijaz berikut Tihama dan Najd bernaung di bawah bendera Islam, dan setelah sebagian besar kabilah-kabilah selatan semenanjung menyatakan diri tunduk kepada Muhammad dan bergabung ke dalam ajaran agamanya, ketika itulah tampak hikmah sejarah turunnya ayat-ayat yang mengatur dasar negara ideal sampai pada waktu itu. Supaya negara menjadi kuat, maka ia harus mempunyai suatu ideologi ideal yang umum sifatnva dapat dijadikan keyakinan masyarakat dan semua bersedia pula membelanya dengan segala kekuatan dan kemampuan yang ada. Dalam hal ini mana pula ada suatu ideologi yang lebih besar daripada keimanan kepada Allah Yang Mahaesa dan tidak bersekutu. Dan daripada suatu kesadaran bahwa ia merasa dirinya berhubungan dengan Alam dengan segala manifestasinya yang paling tinggi. Tak ada yang dapat menguasai dirinya selain Allah dan hanya Allah pula dapat mengawasi hati nuraninya. Apabila ada orang yang menentang ideologi umum yang harus menjadi dasar negara ini, maka mereka itu ialah orang-orang fasik, orang-orang yang mau menyebarkan benih-benih pergolakan perang saudara dan fitnah yang merusak. Oleh karena itu, terhadap orang-orang semacam itu tidak ada suatu perjanjian. Negara harus memerangi mereka. Kalau pembangkangan mereka terhadap ideologi umum itu bersifat liar dan tak terkemudikan, mereka harus diperangi sampai mereka tunduk. Kalau pembangkangannya terhadap ideologi bersitat tidak liar dan dapat dikendalikan —seperti halnya dengan Ahli Kitab— maka mereka wajib membayar jizyah dengan taat dan patuh pada peraturan yang berlaku.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 530-531.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar